Love 19

6.4K 169 4
                                    

"Sialan ! Kemana sih dia. Di saat seperti ini dia masih mau bermain-main denganku".

Aron menggeram. Sedari tadi dia sudah memencet bel rumah ini dan sudah hampir sepuluh menit dia berdiri di sini, namun belum ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka.

"Coba bapak telfon".

'Ah iya. Kenapa tidak ku telfon saja bedebah sialan itu'. Batin Aron.

Inilah salah satu kelemahan Aron. Dia selalu mendahulukan emosi saat keadaan sedang genting, bukannya berfikir jernih, dia malah sering mengumpat dan melakukan tindakan gegabah. Sama seperti yang ia lakukan pada Keysa kemarin.

Aron tersenyum pada Keysa, kemudian merogoh benda pipih hitam mengkilat berlogo apel dan mendial nomor Brian. Hanya beberapa saat panggilannya langsung di angkat oleh Brian.

"Brengsek ! Dimana kau"

"Auwh .. Sapaan yang sopan sekali Aron"

"Diam ! Cepat bukakan pintu. Aku sudah di depan"

"Oh kau sudah sampai. Sebentar aku akan turun. Aku baru sele__"

"Damn! Aku tidak butuh penjelasanmu"

Aron buru-buru mematikan sambungan telfonnya. Emosinya kembali terpancing. Bisa-bisanya di saat seperti ini Brian masih bisa bercanda dengannya.

"Sejak kapan kau sampai. Kenapa tidak memencet bel".

Begitu lah kata Brian, sesaat setelah dia membuka pintu rumahnya. Aron memutar bola mata malas. Apa telinga Brian sudah tuli ? Aron bahkan sudah berkali-kali memencet bel sampai tangannya pegal dan berdiri di depan pintu ini selama sepuluh menit. Itu membuang-buang waktunya jelas ! Kalau saja ini bukan karena Nancy, dia tidak mau repot-repot seperti ini. Sebenarnya ada hubungan apa Nancy dengan Brian.

"Dimana Nancy ?!". Aron menekankan kata-katanya.

"Hhh. Kau selalu to the point Aron. Nancy ada--siapa dia ?"

Pandangan Brian jatuh pada sosok di samping Aron.

'Bukankah gadis itu yang kemarin di club. Kenapa dia bisa bersama Aron ?'

"Dia sekretarisku. Sudah cepat katakan di mana Nancy. Aku tidak punya banyak waktu"

"Tunggu dulu. Kenapa kalian bisa__"

"Bisa. Itu takdir. Bisa kau tunjukkan di mana Nancy. Waktuku semakin berkurang"

Brian menelan rasa penasarannya. Bagaimana gadis yang pernah membuat jantungnya berpacu itu muncul kembali di hadapannya, apa ini berarti semesta mendukungnya ?

Oke baiklah. Akan Brian pikirkan itu nanti. Kelihatannya keadaan benar-benar genting. Brian tau bahwa tatapan Aron begitu serius, ya walaupun tatapan Aron memang seperti itu. Dan seorang Aron yang setahu Brian tidak akan pernah mau  repot-repot mendatangi karyawannya. Mungkin ada hal penting yang berhubungan dengan Nancy.

"Ikut aku"

Kemudian Brian berbalik dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua di ikuti oleh Aron dan Keysa. Brian berjalan dengan memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Namun sampai di ujung tangga. Brian merasa Aron dan Keysa tidak mengikutinya. Brian pun membalikkan badannya dan melongok ke bawah. Ia melihat Aron yang sedang membatu Keysa menaiki tangga. Baru kali ini Aron bisa bersikap peduli terhadap perempuan selain ibunya dan Amora dulu.

Bahkan, Brian melihat Aron yang menatap Keysa begitu lembut dan dalam. Brian tidak bodoh. Tatapan itu pernah Briab lihat saat Aron menatap Amora dulu. Ia mendadak tidak suka akan perlakuan Aron pada Keysa. Bukannya Aron dulu tidak menyukai Keysa. Tapi mengapa Aron mendadak berubah seperti ini. Sepertinya Brian banyak melewatkan sesuatu. Ah ya sudahlah nanti Brian akan meminta penjelasan pada Aron.

My BigBossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang