"Key apa yang terjadi". Carol buru-buru menghampiri Keysa dan Aron yang duduk di sofa. Carol mengabaikan rambutnya yang sangat berantakan karena saat ia tengah tertidur tadi ia di kagetkan dengan keributan maka dari itu ia langsung bangkit dari tidurnya dan mencari Keysa. Tapi Carol sedikit heran, kenapa tiba-tiba Aron ada disini. Kapan datangnya. Sudah lah itu tidak penting yang Carol khawatirkan sekarang adalah Keysa.
Aron melirik sekilas. "Kau terlambat nona. Mereka sudah pergi". Ucap Aron sembari menyesap tehnya.
Carol mengalihkan pandangannya sebentar pada Aron kemudian menatap kembali Keysa yang menundukkan kepalanya.
"Mereka.. mereka siapa Key ?". Tanya Carol cemas.
Keysa hanya terdiam sembari memilin ujung ibu jarinya. Ia masih sangat kaget untuk kejadian barusan. Keysa bingung, setelah ini ia harus bersikap bagaimana di hadapan Aron. Rasanya sungguh malu hanya untuk sekedar menatap muka pria itu.
"Penagih hutang". Cicit Keysa
"Apa ! Kenapa mereka datang sekarang. Bukankah seharusnya dua minggu lagi".
Carol langsung mendudukkan dirinya di samping Keysa, ia langsung memeluk Keysa. Carol merasa sangat menyayangkan hal ini. Ia menyadari akan sikap Keysa. Pasti sekarang Keysa merasa tertekan. Carol yang sebagai sahabatnya hanya bisa terus memberi dukungan, karena saat Carol menawarkan bantuan pun Keysa menolaknya.
"Kau tidak menyapaku nona ?". Kata Aron dengan jengah.
Carol langsung mengalihkan pandangannya pada Aron. Ia tersenyum sekilas. "Maaf pak. Saya lupa kalau ada bapak. Bapak ngapain kesini"
Aron menaikkan sebelah alisnya atas jawaban Carol. Aron merasa ada yang berbeda dengan Carol sekarang. Kenapa dia berani sedikit bicara dengan santai seperti ini.
"Saya berkunjung. Kenapa ?"
Carol menyipitkan mata menatap Keysa dan Aron bergantian. Kini Carol mengerti situasinya.
"Tidak. Tidak apa-apa"
Kemudian Carol kembali mengalihkan pandangannya pada Keysa.
"Maafkan aku Key. Aku tidak berada di sana saat kau kesusahan"
Keysa mengangkat kepalanya. Ia tersenyum tipis pada Carol yang masih terlihat khawatir padanya.
"Tidak apa-apa Carry". Keysa mengelus lengan Carol yang merangkulnya, kemudian Keysa mengalihkan pandangan pada Aron yang duduk di seberangnya.
"Maa.. maafkan saya pak. Bapak menjadi terganggu"
Keysa menundukkan kembali kepalanya. Rasanya sungguh malu bahkan untuk menatap mata Aron saja Keysa merasa tidak mampu.
"Angkat kepalamu kalau bicara"
Keysa memejamkan mata sejenak. Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya. Aron memandangnya dengan pandangan yang tidak dapat di mengerti oleh Keysa. Keysa menghembuskan nafas pelan, ia harus menjelaskan ini. Ia tidak ingin Aron berfikir macam-macam terhadapnya.
"Maafkan saya pak. Mereka adalah penagih hutang. Teman ayah saya meminjam uang pada mereka atas nama ayah saya. Namun setelah teman ayah saya mendapat uangnya, ia pergi begitu saja. Awalnya ayah mengira temannya itu meminjam uang beberapa saja. Namun saat mereka datang menagih, ternyata teman ayah saya meminjam begitu banyak. Jadi sejak saat itu ayah berkerja keras di bantu ibu yang berjualan kue untuk mengembalikan uang itu. Kami tidak bisa berbuat banyak saat itu. Karena kalau ayah tidak bisa mengembalikan semua uang itu maka ayah akan di penjara dan rumah kami disita. Melihat kedua orang tua yang kesusahan seperti itu membuat saya tidak tega, sehingga saya memutuskan untuk kerja paruh waktu di minimarket untuk membiayai kuliah saya sendiri. Saat saya memberi tahu ayah bahwa saya telah menyellesaikan belajar saya, ayah terlihat begitu senang dan bahagia. Namun semua tidak seindah yang kita kira pak, Ayah dan Ibu meninggalkan saya selamanya tepat di hari wisuda saya. Sehingga sekarang mau tidak mau hutang-hutang itu menjadi tanggung jawab saya"
Keysa menyeka air matanya. Entah sejak kapan cairan itu mengalir di pipinya. Hatinya masih sangat sakit mengingat kejadian yang merenggut semua kebahagiaannya. Kadang ia merasa bahwa dunia ini tidak adil, kenapa justru di saat bahagianya Ayah dan Ibunya meninggalkannya. Di saat anak-anak lain sibuk berfoto dengan seragam toganya, Keysa justru harus menghadapi kenyataan pahit yang begitu mematahkan hatinya. Semua yang ia lakukan adalah demi orang tuanya, Harapannya hanya satu adalah agar orang tuanya tidak terbebani dan kesusahan lagi. Tapi lagi-lagi kenapa justru tuhan mengambil mereka yang bahkan Keysa belum sempat bahagiakan.
Aron menatap Keysa dengan sendu, ingin sekali Aron berlari kesana dan memeluknya.
Tapi tidak,ini belum saatnya.
Tanpa Keysa sadari, hati Aron ikut teremas. Walaupun Aron sudah tahu ini dari orang suruhannya, namun saat Keysa bercerita sendiri padanya, Rasanya berbeda. Sesuatu dalam diri Aron terasa nyeri.
Aron menghela nafasnya. "Tenangkan dirimu. Jangan menangis"
Carol merasa ada yang berbeda saat Aron menatap Keysa seperti sekarang. Carol tahu bahwa pandangan seperti itu mengartikan bahwa ada sesuatu antara Aron Keysa.
"Ehem.. sudah jangan menangis. Benar apa kata pak Aron. Kau tidak sendiri Key. Katakan kalau kau perlu bantuanku"
Keysa tersenyum tulus. "Kau terlalu banyak membantuku Carry. Terimakasih atas tawaranmu"
Aron melirik jam tangannya. "Ya sudah kalau begitu saya permisi pulang"
"Biat saya antar pak". Keysa bangkit dari duduknya di ikuti oleh Aron dan Carol di belakangnya.
Keysa menghela nafasnya begitu melihat mobil Aron hilang di tikungan.
"Ayo masuk Key. Apa kau lapar ? Aku akan membuat makanan untukmu". Carol menggiring Keysa masuk ke rumah.
Keysa menggeleng pelan sembari tersenyum lemah. "Tidak Carry. Aku ingin istirahat saja"
☆☆☆
''Apa kau yakin dengan apa yang kau katakan barusan, son ?"
Aron memijit pangkal hidungnya. "Tidak ada cara lain. Aku ingin segera memilikinya. Katakan aku egois. Biarlah. Aku mencintainya dan aku ingin melindunginya"
Pria paruh baya di hadapannya tersenyum simpul. "Setidaknya bicaralah baik-baik dengannya. Paling tidak ungkapkan perasaanmu dengan pantas. Tidakkah ini terlihat seperti pemaksaan"
Aron menatap tajam pria di hadapannya. "Lakukan saja tugasmu dan kau mendapat bayaranmu"
Pria itu terkekeh. "Jika ibumu tahu dia akan mencekikmu"
"Aku tahu oleh sebab itu tutup mulutmu".
Pria itu menggeleng kepala heran. "Jalan pikiran anak muda sekarang sulit ku mengerti"
"Aku pergi". Aron bangkit dari duduknya dan melangkah keluar.
Pria itu melambaikan tangannya sembari tersenyum geli. Ia mengambil smartphone dari sakunya dan mendial nomor seseorang.
"Hallo nyonya. Aku ada berita untukmu"
Hay hay hay
Kangen sama Aron dan Keysa. Inii aku kembali lagii . Semoga kalian menikmati cerita ku lagi ya. Selama aku hiatus ini aku sama sekali ngga mendapat ide dan baru bisa nulis hari inii.Jadi jangan lupa Follow, Vote dan Komen yaa
Salam sayang
☆It'sAvril
KAMU SEDANG MEMBACA
My BigBoss
RandomKarena Hutang .. Kau mendapatkan Jodohmu .. Tersembunyi di dalam kenangan Masa Lalu .. Yang ternyata sudah lama kau mengenalnya .. * Aaron Dan Keysa * .. Warning 20+ .