Love 30

6.9K 172 9
                                    

Aron menghembuskan nafas lelah. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang king size di suite room hotel mewah ini. Matanya menerawang, hatinya sangat kesal. Bagaimana tidak, orang-prang yang selama ini ia percayai untuk mengurus proyek ini sama sekali tidak bisa di andalkan. Masalah ini sebenarnya sudah terjadi beberapa minggu yang lalu, dan mereka baru melaporkan pada Aron sekarang. Seharusnya mereka itu sudah di pecat beberapa minggu yang lalu.

Aron memijat pangkal hidungnya. Ia mendesah keras, ini akibatnya jika ia terlalu mempercayakan semuanya pada orang lain.

Sama seperti hatinya, dulu ia sangat mempercayakan hatinya untuk wanita itu. Ia mempercayakan hidupnya untuk wanita itu. Namun nyatanya wanita itu pula yang menghancurkannya. Wanita itu pula yang menyebabkan bahwa 'Percaya' adalah hal terbodoh dan sia-sia yang pernah ia lakukan.

Kepercayaan itu merubahnya menjadi sosok dingin tak tersentuh. Bahkan sebelumnya ia meyakinkan diri sendiri untuk tak percaya siapapun agar tak terluka.

Hingga sosok Keysa datang di hidupnya. Perlahan ia merubah pandangannya. Ia ingin mempercayakan hatinya lagi. Ia ingin mempercayakan hidupnya lagi. Dan ia ingin Keysa dapat di percaya untuk itu semua. Lewat matanya yang polos dan perilakunya yang manis, Aron ingin bersamanya, ia ingin menghabiskan sisa hidupnya. Bersama gadis itu.

Ponsel Aron bergetar, ia mengangkatnya.

"Hallo pak ..". Oh..suara indah ini

"Iya Keysa. Ada apa ?". Jawab Aron dengan senyum tersemat di bibirnya.

"Ada beberapa file yang saya kirimkan lewat email. Mohon di pelajari". Ucap Keysa dengan sopan.

Aron terdiam. Dalam hatinya ia merasakan kelegaan yang luar biasa. Kesal dan lelah yang ia rasakan menguap begitu saja dan berganti desiran-desiran hangat yang membuatnya merasa begitu nyaman.

"Pak..bapak masih disana ?"

"O..oh iya saya masih disini"

"Oh iya pak. Soal peninjauan kerjasama bersama pak Derrick akan di lakukan lusa. Karena bapak tidak ada pihak mereka meminta saya untuk menggantikan anda dan..."

"Jangan. Tunggu saya pulang"

"Ya ?"

"Saya bilang. Tunggu saya pulang Keysa"

"Tapi mereka sudah mendesak kita untuk segera melakukan peninjauan langsung pak"

"Tunggu saya pulang atau batalkan kerjasama kita. Bilang itu pada mereka ! Saya tidak pernah main-main dengan kata-kata saya"

"Emm..baiklah pak. Saya akan lakukan sesuai permintaan bapak. Ada lagi ?"

Aron terdiam. "Keysaa"

''Iya pak"

"Saya rindu kamu Keysa"

PIIPP

sambungan telfon terputus, menyisakan kebingungan Keysa di seberang sana. Keysa menatap layar ponselnnya yang telah mati

'Saya rindu kamu Keysa'

Kata itu terus bergeremul di fikirannya. Suhu tubuhnya tiba-tiba naik. Ia pun langsung mengambil kaca di sebelahnya.

"Oh tidak ! Pipiku memerah !"

Lantas ia memegang dadanya. Dan kenapa jantungnya bergemuruh dengan begitu hebat. Apa ini efek dari kata-kata itu. Oh tidak jika begini terus ia bisa kena serangan jantung di usia muda.

"Ya tuhan..ya tuhan.  Keysa sadarlah ! Tarik nafas hhhmmmpp.. hembusakan huuuffffttt.." . Keysa memegangi dada dan pipinya bergantian. Ia masih belum bisa meredakan debaran-debaran ini.

My BigBossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang