.
.
"Aku nggak mau punya adik!"
"Sayang, dengerin mama dulu."
"Nggak mau! nggak mau! pokoknya Levi nggak mau adik!!"
"Deng-"
"NGGAK MAU!!!!! Levi nggak mau adik!"
Anak laki-laki berumur 5 tahun dengan piyama birunya itu berlari menuju sebuah kamar dengan nuansa putih yang tak jauh dari dirinya berada. Menghempaskan badan kecilnya ke atas kasur yang bercorak spiderman, setelah dirinya mengunci pintu kamarnya itu. Kedua tangan mungilnya meninju-ninju sebuah bantal guling yang hampir tiap malam ia peluknya itu dengan kesal dan marah. Pelupuk matanya hampir penuh dengan air yang sedari tadi ia tahan, namun ia mencoba untuk tidak menangis.
Anak laki-laki itu bernama Levi, kedua orang tuanya sudah memutuskan untuk mengadopsi seorang anak, dan Levi tidak suka dengan keputusan tersebut. Bukannya tidak suka mempunyai seorang adik, hanya saja anak laki-laki itu belum siap jika ada kedatangan seseorang di keluarganya, dia takut jika perannya di keluarga akan tergantikan oleh seseorang yang nantinya akan menjadi adiknya dan kasih sayang kedua orangtuanya akan teralihkan kepada adiknya itu nanti.
Sedangkan di luar kamar, ada sepasang suami istri yang menatap sendu pintu coklat yang ada di hadapannya. Sang suami yang bernama Samuel tersebut mengusap punggung seorang wanita yang hampir 7 tahun ia nikahi dengan lembut.
"Kita coba lagi nanti kalo Levi udah tenang, nanti biar aku yang ngomong sama bujuk dia." Ucap nya sambil menatap hangat wanita yang ada di sampingnya itu membuat sang istrinya tersenyum.
"Jangan terlalu paksa dia, bujuk dia pelan-pelan. Levi masih kecil, butuh waktu untuk dia memahami situasi nya" Ucapnya.
Wanita itu bernama Pamela, memiliki penyakit kista dan mengharuskan dirinya melakukan operasi dengan mengangkat salah satu ovariumnya pada 1 tahun yang lalu. Dirinya ingin memiliki seorang anak lagi, namun kemungkinannya untuk hamil hanya beberapa persen saja, apalagi mengingat ovariumnya sudah diangkat salah satunya. Oeh karena itu, dia dan Samuel berencana untuk mengadopsi seorang anak yang ada di panti asuhan di kota tetangganya.
Namun, sepertinya Levi anak sulung mereka tak setuju dengan keputusan mereka berdua, jadi mau tak mau mereka harus memikirkan cara untuk membujuknya lagi.
.
Seorang anak laki-laki tengah duduk disebuah bangku tepatnya di taman dekat rumahnya. Ia sudah hampir 2 jam di sini sambil membawa mobil remote-nya yang sudah habis baterai karena ia mainkan sedari tadi. Anak laki-laki itu adalah Levi, dirinya sengaja keluar dari rumahnya karena kesal dirinya tak diajak pergi oleh kedua orangtuanya.
Bahkan mereka enggan bilang akan pergi kemana, hanya kalimat 'sebentar' dan 'dirumah aja' yang keluar dari mulut mereka. Namun ia rasa sudah 3 jam-an mereka pergi. Sebenernya, pintu rumah sudah dikunci oleh Samuel, namun entah lupa atau bagaimana, Samuel pernah memberi tahu dimana kunci cadangan rumah berada, dan membuat Levi mengambilnya untuk kabur dari rumah.
"LEVI!!"
Sebuah teriakan terdengar oleh sepasang telinga Levi, itu adalah suara Samuel-papanya. Anak laki-laki itu pun bergegas lari menuju semak-semak yang tak jauh dari tempat ia duduk, tak lupa juga dengan mobil remote yang ada di pelukannya.
"LEVI!!"
Samuel berlarian kecil, sambil memanggil nama anaknya tersebut berulang kali. Keringat dingin kini menghiasi wajahnya yang sedikit pucat karena terkejut ketika pulang dari tempat Panti Asuhan mendapati anak sulungnya tak ada dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US √
Teen Fiction[CHAPTER LENGKAP] [TAHAP REVISI & TAHAP PENULISAN ULANG. JANGAN KAGET KALAU ALUR CERITANYA SEDIKIT BERBEDA] Hubungan keluarga yang mereka jalin dari dulu tak berjalan dengan baik seperti yang mereka harapkan. Bermula, ketika sepasang suami istri me...