.
Pagi pun datang, Lexa dan Levi kini tengah sarapan di meja makan.
"Aku nanti pulang sekolah mau nganter Liana." Ucap Lexa kepada Levi.
Levi yang tengah makan menoleh.
"Kemana?"
"Ke Panti Asuhan."
Jawaban dari Lexa, membuat Levi terkejut, Panti asuhan?
"Pa-panti Asuhan?"
Lexa mengangguk, "iya."
Levi menghentikan kegiatan makannya tersebut, ia khawatir jika Panti Asuhan yang ia datangi adalah Panti Asuhan Lexa dulu berada. Ia takut jika Lexa tahu, sebelum Mama dan Papa nya memberitahunya.
Ia harus segera melarangnya, Ia hanya tidak mau sesuatu terjadi jika Lexa pergi ketempat itu.
"Emm, kayaknya kamu nggak bisa nganter Liana." Ucap Levi.
"Kenapa?"
"Emmm.....kamu harus nganter kakak ke pasar! Buat beli bahan makanan." Ucap Levi dengan alasan yang terlintas di otaknya.
Lexa menyerngit kan dahinya. Kakaknya lupa atau bagaimana? Jelas-jelas Mamanya menyetok bahan makanan sangat banyak dirumah.
"Perasaan Mama kemarin beli bahan makanan banyak banget, jangan buang-buang duit! Irit kata Mama! Lagian dikulkas kan masih banyak kan?"
Levu terdiam, benar juga! ngapain dia bilang seperti itu? Alasan apa lagi yang harus ia katakan untuk melarang Lexa?
Ia sangat bingung sekarang."Udah ah! Ayok berangkat!"
.
Levi memarkirkan motornya di parkiran, mereka berdua pun turun.
"Liana!" Panggil Lexa ketika melihat Liana yang baru saja memarkirkan motornya.
Levi menatap kearah Liana, gadis itu menghampiri Lexa.
Liana, gadis itu tersenyum kala melihat Levi. Benar kata Lexa, ia semakin tinggi dan juga semakin tampantampan tentunya.
"Hai kak Levi!" Sapa Liana.
Levi membalas dengan senyuman. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Liana, tapi...ini adalah sesuatu yang tidak bisa Ia bicarakan kepada orang lain dengan sembarangan.
"Ayok ke kelas!" Ajak Lexa kepada Liana.
"Eh bentar!" Cegah Levi.
Lexa dan Liana menoleh, menunggu Levi untuk mengatakan sesuatu.
"Emmm."
"Apasih kak! Udah ah, ayok ke kelas."
Lexa dan Liana pun melenggang pergi meninggalkan Levi.
Levi menatap punggung Lexa yang semakin menjauh, ia khawatir! Tapi ia tidak tahu harus bagaimana, membuat alasan pun tak akan mempan untuknya.
Apa ia harus menelpon Papa dan Namanya? Tapi mereka pasti sedang sibuk. Ia tidak bisa menganggunya.
Levi mengusap wajahnya kasar, lalu berjalan kearah kelas, ujiannya akan dimulai beberapa menit lagi.
.
"Yang sudah selesai, kertas soal dan jawaban di taruh di meja, dibalik! Yang sudah, boleh keluar." Ucap salah satu guru penjaga didalam kelas Levi.
Padahal ini baru 35 menit, namun salah satu guru yang tengah menjaga sudah berkoar-koar dari tadi, lagian siapa sih yang sudah mengerjakan 40 soal dalam waktu 35 menit? bahkan satu pelajaran pun di kasih waktu 1 jam setengah.
Namun, siapa sangka? Seorang anak laki-laki berdiri dari duduknya, membuat semua siswa di dalam ruangan teralihkan kepadanya.
"Sudah?" Tanya salah satu guru kepadanya, yang dijawab anggukan olehnya.
"Wahhh." Seru para siswa di dalam ruangan.
Mereka tercengang, bagaimana bisa seseorang mengerjakan 40 soal yang dibilang susah itu selesai dalam waktu 35 menit?
"Ini! Contoh murid yang harus kalian tiru! Belajar yang rajin! Jangan pulang sekolah keluyuran kesana kesini. Oke, Levi! Kamu bisa keluar dan istirahat sekarang."
Ya! Murid itu adalah Levi. Ia mengerjakan soal tanpa adanya kesulitan, bahkan soal-soal yang ada di ujian kalian ini, keluar semua setelah semalam ia mempelajarinya.
Levi pun mengambil tasnya, lalu bergegas keluar. Ia ingat! Ia harus melakukan sesuatu untuk mencegah Lexa. Levi pun melangkahkan kakinya untuk pergi ke toilet.
Ia masuk ke salah satu wc, lalu mengunci dirinya. Ia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas.
Tangan nya mulai mencari nama yang ia cari. Ia pun mulai menelpon Pamela. Ya! Ia berencana ingin memberitahu Pemula tentang Lexa yang akan pergi ke Panti asuhan. Mungkin, tindakannya ini akan menganggu Mamanya.
"Halo? "
Terdengar suara Pamela dari seberang sana.
"Halo ma!"
"Iya? Kenapa Levi? Mama lagi sibuk ini! Nanti aja ya, kalo mama udah selesai."
"Bentar ma! Ini penting!"
"Penting?"
"Ini tentang Lexa ma."
"Lexa kenapa? Bentar! Mama pindah dulu, disini brisik."
Lalu terdengar suara langkah kaki dari dalam ponsel Levi. Levi pun menunggu Mamanya.
"Levi! Ada apa dengan lexa? Coba jelaskan!"
Levi menghela nafasnya, ia sedikit ragu, ia takut jika Pamela mendengar hal ini, ia akan khawatir disana, apalagi Mamanya sedang sibuk membantu tantenya.
"Tadi waktu sarapan, Lexa bilang! Dia mau nganter Liana ke Panti Asuhan-"
Belom sempat menyelesaikan ucapannya, Pamela memotongnya.
"Panti Asuhan? Dimana?"
"Levi nggak tau! Lexa nggak nyebutin Panti Asuhan yang mana."
"Kamu larang adek kamu! Gimana kalau Panti asuhan yang dia datangi, Panti asuhan tempat dia dulu berada? Larang adek kamu Levi! Mama nggak mau Lexa tau yang sebenarnya dari sana!"
Terdengar Pamela yang tengah khawatir.
"Levi nggak bisa larang Lexa, Mama tau kan Lexa kayak gimana? Mama aja yang ngomong sama Lexa. Levi juga nggak mau kalau Lexa tau yang sebenarnya kalau dia bukan bagian dari keluarga kita."
"Oke, Mama telfon dia sekarang."
"Jangan sekarang Ma! Lexa lagi Ujian."
"Iya?......oiya! Aku kesana sekarang. Levi! Nanti dulu, Mama dipanggil, pokoknya kamu berusaha larang adek kamu, jangan sampe Lexa pergi ke tempat itu............... Cuma kamu yang bisa Mama andalkan."
Levi terdiam, bagaimana caranya ia larang Lexa? Ia pun tidak tahu.
"Baik Ma!"
Sambungan telepon pun terputus, Ia pun menyandarkan tubuh nya pada pintu, kenapa masalah ini muncul ketika dihari-hari yang seperti ini?
.
Like & comment
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US √
Teen Fiction[CHAPTER LENGKAP] [TAHAP REVISI & TAHAP PENULISAN ULANG. JANGAN KAGET KALAU ALUR CERITANYA SEDIKIT BERBEDA] Hubungan keluarga yang mereka jalin dari dulu tak berjalan dengan baik seperti yang mereka harapkan. Bermula, ketika sepasang suami istri me...