.
Lexa kini sedang berada dikamarnya, ia tengah menggambar sesuatu di kertas, menggambar adalah salah satu hobinya.Setelah pulang dari sekolah, ia tak memberanikan diri untuk membuka HPnya, karna ia tebak, Dean tengah mengirimkan pesan sedari tadi. Ia juga mematikan ponselmya.
Setelah selesai menggambar, Ia tersenyum puas dengan hasil gambarannya. Lalu menutup buku gambarnya, kemudian menaruhnya ketempat semula.
Ia menyenderkan badannya, pada penyangga kursi. Kemudian ia menatap dirinya pada cermin.
Ia bingung, apa yang mencolok dari dirinya, padahal wajah dia sangat pas-pasan. Apa yang membuat Dean yang termasuk murid populer itu menyukainya? Bahkan sampai ia rela menunggu dirinya lulus.
Lexa mengusap-usap wajahnya, lalu berdiri, ia ingin mandi agar pikirannya bisa tenang.
.
Lexa dan Levi kini tengah menonton TV.
Pamela sedang keluar rumah karena ada urusan sebentar, samuel belum pulang dari kerjanya.Lexa menoleh ke kakaknya yang tengah fokus menatap layar televisi.
"Kak?" Panggil Lexa.
"Hmm."
"Emm..." Lexa ragu-ragu ingin menanyakan ini kepada kakanya.
Levi menoleh, "kenapa?"
"Menurut kakak, yang mencolok dari Lexa apa?"
Dengan gugup, ia menanyakan itu kepada kakaknya. Levi terlihat diam menatap Lexa.
Lexa menatap kakaknya, menunggu jawaban darinya.
"Yang mencolok dari kamu ituuuuu....."
Lexa dengan serius menunggu perkataan kakaknya.
"Nggak ada!" Ucap Levi, lalu kembali menonton TV.
Lexa melempar bantal kepada Levi, kesal dengan kakaknya.
"Ih sebel aku sama kakak!" Kesal Lexa, lalu berdiri untuk pergi kekamar nya.
Levi tersenyum sambil menatap punggung Lexa yang semakin menjauh.
.
06:45
Pamela memegang dahi Lexa yang panas.
"Kita kedokter ya?" Tanya Pamela.
Lexa dengan lemas menggeleng. Jadi, semalam Lexa merasakan tidak enak badan, dan sekarang Ia demam. Ini adalah petama kalinya Lexa demam setelah terakhir kali ia sakit saat kelas 2 SD.
"Ma!"
Levi datang kekamar Lexa dengan pakaian sekolah, bersiap untuk berangkat.
Pamela menoleh, "kamu mau berangkat?"
"Iya."
Levi berjalan mendekati Pamela, lalu memandang adiknya yang terkapar lemas dikasurnya.
"Mama mau turun dulu, mau ambil teh anget, kamu tunggu disini ya."
"Iya."
Pamela pun turun untuk mengambil teh hangat untuk Lexa.
Levi mendekat kearah Lexa, lalu menempelkan telapak tangannya ke dahi Lexa, panas! Itu yang ia rasakan.
Ia mengelus-elus kepala Lexa, menatap adiknya dengan perasaan sedih.
Pamela datang sambil membawa teh hangat.
"Sudah sana kamu berangkat! Nanti telat loh!" Ucap Pamela sambil menaruh gelas di meja belajar milik Lexa.
"Hm, aku berangkat dulu Mah." Ucap levi, bersalamam kepada Pamela lalu melenggang pergi.
.
Hari ini Levi pulang lebih awal dari biasanya, dikarenakan ada rapat guru.
Jadi ia bisa mengurus adiknya yang sedang sakit. Kebetulan juga hari ini, Pamela juga ada urusan di kantor suaminya.Levi membawakan nampan berisi nasi dengan sayuran dan juga teh hangat, kekamar Lexa. Lalu meletakkan nya di meja.
Lexa tengah memainkan game di HP Levi. Ia sekarang sudah membaik dari sebelumnya, walaupun panasnya masih tinggi. Ia masih belom membuka hpnya dari kemarin.
"Jangan mainan hp terus, kamu lagi sakit!" Ingat Levi.
Lexa tak memperdulikan perkataan kakaknya, masih fokus kepada gamenya.
Levi mendengus, "kamu sakit! Masa main HP!"
"Aku cuma sakit kak! Bukan lumpuh!"
Ucap Lexa dengan kesal.Levi tersenyum, lalu mengambil nasi. Dan mulai menyuapi Lexa.
Lexa menjauhkan darinya, ia tak mau makan.
"Makan!"
Lexa menggeleng, "nggak mau, aku nggak laper!" Tolak Lexa.
"Dikit aja, biar perut kamu nggak kosong!"
"Nggak!"
"Dikit, dikiiit aja."
"Nggak mau kak!"
Levi kesal karena Lexa tidak mau makan. Lalu merebut hp dari tangannya.
"Ihh, kakak! Aku lagi main." Rengek Lexa.
"Kakak balikin hpnya, tapi kamu harus makan!"
Lexa mendecakkan lidahnya, dengan pasrah ia menjawab.
"Iya iya, tapi dikit aja!"
Levi tersenyum lalu mengembalikan hpnya kepada Lexa. Levi pun mulai menyuapi Lexa dengan perlahan.
.
Like & coment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US √
Teen Fiction[CHAPTER LENGKAP] [TAHAP REVISI & TAHAP PENULISAN ULANG. JANGAN KAGET KALAU ALUR CERITANYA SEDIKIT BERBEDA] Hubungan keluarga yang mereka jalin dari dulu tak berjalan dengan baik seperti yang mereka harapkan. Bermula, ketika sepasang suami istri me...