.
"Mandi."
"Mandi? Kakak kan lagi sakit! Nggak usah mandi, mending ganti baju aja dulu."
"Lengket badan kakak! Nggak betah!" Ucap Levi.
Levi hendak pergi, namun Lexa mendorong nya untuk tetap duduk.
"Iya tau! Mending di lap aja deh badan kakak."
Levi menatap Lexa, ia menarik satu sudut bibirnya keatas.
"Kamu yang lakuin ya!"
Ucapan Levi membuat Lexa kaget, Lexa menjauhkan badannya dari Levi.
Ia? Melakukannya? Tidak! Bagaimana bisa kakaknya berfikiran seperti itu.
"Nggak! Kenapa aku?"
"Kan kamu yang nyuruh."
Lexa menghela nafasnya. "Issh! Aku nyuruh, bukan berarti aku yang lakuin dong!"
Lexa terlihat kesal, Levi yang melihat Lexa hanya tersenyum.
"Yaudah kalo gitu, mau mandi aja."
Lexa menatap Levi, "yaudah! Sana mandi." Suruh Lexa.
Lexa membiarkan kakaknya untuk mandi, ini lebih baik kan? Dari pada ia melakukan hal tadi yang Levi suruh?
.
Malam pun telah tiba, Lexa tengah menyiapkan buku-buku yang akan dibawa besok untuk pelajaran.
Ia juga tak lupa menyiapkan seragam olahraga nya.
Setelah selesai, ia mendudukan badannya di kasur, lalu mengambil ponselnya.
Ia mengirimkan pesan kepada Liana, untuk mengatakan ia ingin memboncengnya besok pagi. Besok, kakaknya tidak berangkat sekolah, jadi ia ingin membonceng Liana.
Setelah mengirim pesan, Lexa mengecas HP nya. Kemudian, ia bersiap-siap untuk tidur.
Ia menatap langit-langit kamarnya, ia bingung dengan dirinya sendiri, kenapa akhir-akhir ini ia merasa kalau ia mudah sekali baper dengan ucapan kakaknya Levi.
Lexa mengusap wajahnya dengan kasar.
"Lexaaa! kamu harus tauuu, kak Levi itu kakak kamu." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Ia pun mulai terlelap dalam tidurnya, membuang jauh-jauh pikiran negatif yang ada di otaknya, menyadarkan dirinya bahwa kenyataannya mereka adalah saudara.
.
Lexa kini sedang berdiri di depan gerbang rumahnya. Menunggu kedatangan Liana.
Tak selang beberapa menit, Liana datang dengan sepeda motornya.
Namun, ada yang beda dari Liana, gadis itu memotong rambutnya menjadi pendek diatas bahu.
Liana berhenti tepat didepan Lexa. Lexa memandang Liana dengan sumringah.
"Ciee rambut baru..." Goda Lexa.
Liana tersenyun. "Apasih! Ini juga kependekan tau! Kesel aku sama tukang potongnya, padahal aku minta dipotong sampe bahu, bukan atasnya." Liana merubah raut wajahnya menjadi kesal.
"Ih tapi bagus tau! Malah cocok kayak gitu."
"Beneran?" Tanya Liana.
Lexa tersenyum, lalu mengangguk. "Beneran, suerr."
Liana tersenyum, "yaudah ayok! Berangkat."
Mereka berdua pun menjauh dari rumah Lexa, untuk pergi ke sekolah.
.
Liana memarkirkam sepeda motornya. Kemudian, mereka berjalan untuk kekelas masing-masing.
"Bye Lexa!" Ucap Liana sambil melambaikan tangannya kearah Lexa.
Lexa membalas lambaian Liana, "byee!"
Lexa pun memasuki kelasnya yang masih sepi, hanya ada beberapa anak saja yang ada di kelas.
Ia menaruh tasnya, lalu mendudukan badannya. Ia belom memakai pakaian olahraga, karena olahraga jam ke 3.
Lexa mengambil ponselnya yang ada disaku. Lalu, mulai memainkan game yang ada di ponselnya.
Tak lama kemudian, Luna datang. Ia mendudukan badannya di samping Lexa.
Lexa melirik sebentar kearah Luna, lalu fokus lagi ke ponselnya.
"Lo Inggris udah belom?" Tanya Luna.
"Udah." Ucap Lexa.
"Gue liat dong!"
"Di tas! Ambil aja." Suruh Lexa.
"Gue ambil ya?" Ijin Luna.
Lexa berdehem. Luna pun mulai membuka tas Lexa, kemudian mengambil buku b.inggris milik Lexa.
Luna pun langsung menyalinnya. Lexa mematikan ponselnya.
"Yaampun! Gue Inggris belom." Clara datang tiba-tiba dengan heboh.
Clara meletakkan tasnya, "eh lo Inggris udah belom?" Tanya Clara.
"Nih!" Tunjuk Luna pada buku milik Lexa.
"Lo udah Gal?" Tanya Clara.
"Udah dong! Emang nya kalian!" Ucap Lexa sambil tersenyum.
"Iya iya, yang paling pinter!"
.
Pelajaran b.inggris telah usah, Lexa dan teman sekelasnya mulai berganti baju dengan pakaian olahraga.
Setelah itu, mereka pun berbaris di tengah lapangan.
"Oke, selamat pagi anak-anak." Ucap seorang guru olahraga.
"Pagi pak!" Seru para murid.
"Hari ini kita penilaian bulu tangkis ya, 2 orang ambil raket 4 ya di gudang olahraga."
Setelah disuruh, 2 orang laki-laki pergi untuk mengambil raket seperti yang disuruh guru olahraganya.
"Saya, kasih 10 menit buat latihan ya."
"Baik pak!"
Mereka pun mulai berlatih bulu tangkis,
Setelah 10 menit berlalu, mereka pun mulai penilaian.Lexa duduk di tepi lapangan, menunggu gilirannya.
"Ayo Claraaaa! Semangat!" Milan bersorak untuk Clara yang tengah bersiap-siap untuk mulai.
"Ayo Claraaaa!"
Lexa yang duduk di samping Milan, menutupi telinganya karena brisik.
Clara yang melihat Milan, hanya tersenyum lalu mengacungkan jari jempolnya.
"Oke, siap ya, 1.......2....3."
Prittt
Suara peluit terdengar petanda pertandingan dimulai.
Tak selang beberapa menit, Clara telah selesai dengan memenangkan pertandingan.
Setelah beberapa pertandingan, kini giliran Lexa yang akan bermain.
"Gooo Lexaaa, jangan sampe kalah!" Teriak Clara.
Lexa berjalan kearah lapangan, lawan dia sekarang adalah Gea, ia tak terlalu dekat dengannya, tapi yang pasti ia murid pintar di kelasnya.
"Semangat Lexa!!"
Prittt
Mereka pun memulai pertandingan, dan akhirnya Lexa yang memenangkan pertandingan.
Jam olahraga pun akhirnya selesai, para siswa kembali ke kelasnya, untuk berganti pakaian dan ada juga yang ke kantin.
.
Like & comment
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US √
Teen Fiction[CHAPTER LENGKAP] [TAHAP REVISI & TAHAP PENULISAN ULANG. JANGAN KAGET KALAU ALUR CERITANYA SEDIKIT BERBEDA] Hubungan keluarga yang mereka jalin dari dulu tak berjalan dengan baik seperti yang mereka harapkan. Bermula, ketika sepasang suami istri me...