ABOUT US - 41

191 4 0
                                    










.
Keberangkatan Levi untuk ke Singapura tinggal beberapa menit lagi, Samuel, Pamela dan Lexa pun ikut mengantar ke bandara. Tak hanya mereka, Danny dan Julian pun ikut mengantarnya, ya mereka berdua berinisiatif untuk mengantar Levi, anggap saja seperti salam perpisahan.

"Nggak ada yang ketinggalan kan?" Tanya Pamela.

Levi menggeleng, "nggak ada ma, udah semua kok."

"Sabun? Pepsodent? Udah dibawa?"

"Kalo itu sih, Levi bisa beli disana ma, mama jangan khawatir, nggak ada yang ketinggalan kok." Levi tersenyum kearah Pamela yang terlihat khawatir.

"Haa, pokoknya kamu disana jaga diri baik-baik ya, jangan telat makan! Tidur yang cukup! Jangan buat tubuh kamu kelelahan!" Ingat Pamela kepada anak sulungnya itu.

Levi tersenyum lebar, "iya maa, mama dari tadi udah ngomong kayak gitu sampe 10 kali loh."

Pamela memukul lengan anaknya itu pelan, "ih kamu itu! Mama tuh khawatir sama kamu, kalo kamu sakit disana gimana? Disana kan nggak ada siapa-siapa, siapa yang mau ngurus kamu kalo sakit?"

Levi terkekeh kecil, mamanya ini sangat bawel. Lalu matanya teralihkan pada Samuel dan Lexa yang kini tengah membawa koper miliknya, diikuti oleh Danny dan Julian di belakangnya.

"Udah semua kan, barang nya Levi? Nggak ada yang ketinggalan di mobil?" Tanya Samuel.

"Nggak ada pa, udah semua."

Tiba-tiba suara pemberitahuan dari bandara, membuat mereka teralihkan. Ternyata, pesawat yang akan ditumpangi Levi akan lepas landas dalam 10 menit.

"Tinggal 10 menit lagi, mending kamu kesana aja, biar nggak gugup." Suruh Pamela.

"Iya, ma." Levi mengambil kopernya.

"Ma, pa, Levi kesana ya, jaga kesehatan kalian selama Levi disana." Ucap Levi, lalu memeluk Samuel dan Pamela bergantian.

"Iya, kamu juga, jangan lupa kabari mama kalo kamu udah sampe disana!" Mata Pamela mulai berkaca-kaca, berat rasanya melepas Levi untuk pergi ke negara tetangga.

"Sering-sering telfon mama sama papa! Jangan ngelakuin hal-hal nggak penting disana!" Samule memperingatkan Levi.

"Iya paa."

Levi menatap kearah Julian dan Danny, "lo berdua, ngapain juga ikut nganter gue."

Julian menatap Levi dengan kesal, "kenapa? Lo nggak seneng apa kita berdua nganter lo?"

Levi tertawa.

"Makasih ya, kalian berdua emang teman gue yang paling-"

"Ganteng!" Julian memotong perkataan Levi, dan membuat orang disana tertawa.

Danny menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menonyor kepala Julian. "Gausah nglawak!"

"Siapa juga yang ngelawak?"

Levi tersenyum, lalu memeluk kedua temannya itu. "Hati-hati ya kal disana."

"Emang kenapa?" Sahut Julian.

"Ada singa nya," Jawaban dari Danny, membuat mereka tertawa lagi.

Julian menatap Danny dengan kesal, ingin sekali ia berkata kasar, tapi ia sadar ada orang tua Levi disini.

"Akur-akur deh kalian berdua, jangan berantem mulu kerjaanya." Ingat Levi.

"Tau tuh Danny," Celetuk Julian.

"Kok gue sih?" Ucap Danny tak Terima.

Levi tertawa melihat kelakuan temannya itu, mungkin ia akan merindukan kelakuan mereka berdua nantinya. Levi pun mengalihkan pandangannya pada Lexa yang kini tengah menatapnya dengan wajah yang akan menangis.

Levi berjalan mendekat kearah Lexa. "Jangan nangis!" Ucapnya.

Lexa berusaha untuk tidak menangis, namun perkataan Levi membuat ia tak kuasa menahan air matanya.

Levi tersenyum, lalu memegang bahu Lexa. "Jangan cengeng!," Ucapnya sambil menghapus air mata Lexa.

"Selama kakak disana, jaga mama sama papa! Nurut sama mereka, jangan nakal!"

Sambil menangis, Lexa mengangguk. Lalu memeluk Levi, Laki-laki itu pun membalas pelukan Lexa, tangannya mengusap-usap punggung gadis tersebut.

"Sudah sana, nanti kamu ketinggalan pesawat nya lagi." Ucap Pamela.

Levi melepas pelukannya.

"Yaudah, Levi berangkat dulu ya."

"Iya, inget kata-kata mama!"

Levi pun berjalan meninggalkan mereka dengan berat hati. Hingga tubuhnya tak terlihat oleh mereka.

Setelah pesawat yang dinaiki oleh Levi lepas landas, mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Setelah sampai di rumah, Lexa memasuki kamarnya dengan perasaan sedih. Levi sudah pergi, artinya ia akan sendiri selama beberapa tahun kedepan tanpa adanya kakaknya itu.

Hubungan yang membuat mereka dekat, membuat Lexa sangat berat ditinggalkan olehnya. Mereka sudah bersama-sama sejak kecil, walaupun mereka bukan sedarah.



.

Part ini dikit ya hehe:[)

Like& comment

ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang