ABOUT US - 32

216 4 0
                                    







.

"Berat banget sih motornya! Motor siapa lagi ini! "

Liana berusaha memindahkan motor nmax yang terparkir menghalangi motornya. Dengan bantuan dari Lexa, akhirnya motor nmax tersebut berpindah posisi.

Mereka berdua keluar terlebih dahulu dari ruangan, karena telah selesai mengerjakan ujian tadi. Hanya beberapa anak saja yang telah usai mengerjakan ujian kali ini.

"Ayok! " Ucap Liana setelah berhasil mengeluarkan motornya.

Lexa yang lesu, mengangguk.

Liana yang mendapati Lexa yang sedari tadi tak bersemangat, mengerutkan dahinya.

"Kamu kenapa? Lesu banget. "

Lexa menaiki motor milik Liana, "HP aku! "

"HP kamu kenapa?" Liana mulai menyalakan mesin motornya.

"Rusak! Jatoh tadi di wc, mana baru beli lagi!" Lexa menekuk wajahnya.

Liana mulai menjalankan motornya.

"Kamu sih! Kebiasaan kalo ke wc pasti mainan HP!" Tegur Liana.

Memang kebiasaan Lexa dari dulu, membawa HP dan memainkan HP saat sedang di wc, dan inilah akibatnya.

Liana menatap Lexa dari kaca spion, terlihat jelas bahwa gadis itu tengah bersedih.

"Nanti aku anter buat service HP kamu!" Ucap Liana yang sedikit teriak karena suara kendaraan yang berisik.

"Makasih Liana, tapi nanti kayaknya aku service HP sama kak Levi ajadeh, aku nggak mau ngerepotin kamu." Ucap Lexa sambil tersenyum.

"Lagian nanti aku juga, mau sekalian keluar sama kak Levi! " Lanjutnya.

Liana mengangguk, "oiya, kita kerumah aku dulu ya, ngambil barang-barangnya. Habis itu kita kesana. "

"Iya."

.

Setelah mengambil barang-barang yang akan di bawa ke panti asuhan dari rumah Liana, mereka berdua pun segera menuju ketempat tujuan.

Awan terlihat mendung menandakan akan turun hujan. Liana pun tak lupa menyiapkan jas hujan untuk berjaga-jaga.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan, tak selang beberapa detik mereka sampai, tetesan air hujan mulai berjatuhan membasahi seragam mereka, mereka berdua pun mengambil semua barang-barang untuk berteduh.

Lexa dan Liana berdiri di depan pintu, sambil membersihkan sisa-sisa air yang membasahi seragamnya.

"Untung udah sampe ya Na! Nggak kebayang kalo kita masih dijalan kehujanan."

Liana menoleh kearah Lexa, gadis itu tersenyum.

"yaudah, Ayok masuk!"

Mereka berdua pun mulai memasuki bangunan itu, dengan kedua tangan yang menenteng plastik.

Sepi.

Itulah yang pertama kali mereka lihat, sepi tak ada orang. Biasanya, mereka akan disambut hangat oleh anak-anak disini.

"Pada kemana ya? Tumben banget sepi."  Liana menaruh plastik yang ada ditangannya di atas meja, diikuti dengan Lexa.

Seseorang yang dari dalam, mengetahui keberadaan mereka pun menghampiri Lexa dan Liana.

"Eh baru dateng?"

Mereka berdua menoleh kesumber suara.

"Eh iya mbak." Liana menyalami perempuan yang diketahui bernama Etin, pengurus panti asuhan, diikuti dengan Lexa.

"Pada kemana mbak? Kok tumben sepi?" Tanya Liana.

"Anak-anak lagi di lantai atas, lagi di perpustakaan. Kalian kesana aja, biar mbak buatin minuman."

"Eh, nggak usah mbak! Kita nggak haus kok, nggak usah buat!" Tolak Lexa sambil menyenggol tangan Liana, memberi kode agar gadis itu juga menolaknya, Lexa tak mau merepotkan Mbak Etin, lagi pula mereka juga sudah membawa minuman botol sendiri dari rumah.

Liana yang paham maksud Lexa, tersenyum. "Iya Mbak, nggak usah. Lagian kita juga udah bawa minuman sendiri kok."

Perempuan itu mengangguk paham, "yasudah kalau begitu, mbak tinggal dulu, kalo kalian butuh apa-apa panggil mbak aja ya. "

Mereka berdua mengangguk.

"Barang-barangnya mau taruh dimana mbak?" Tanya Liana.

Mbak Etin menatap beberapa plastik berukuran besar yang ada di meja. Lalu berjalan mendekatinya.

"Taruh sini juga nggak apa-apa, sekalian mbak tata biar rapi."

Liana mengangguk, "okedeh, kalo gitu kita keatas ya mbak."

Mbak Etin mengangguk, lalu tersenyum. "Iya."

Mereka berdua pun mulai menaiki anak tangga untuk menuju ketempat anak-anak berada, perpustakaan.

Lexa yang berjalan di samping Liana, mengedarkan pandangannya pada setiap sudut bangunan tersebut.

Kini, mereka telah sampai di depan pintu, yang dimana dalamnya adalah perpustakan. Liana memegang knop pintu, memutarnya dan pintu pun terbuka.

Seluruh seisi ruangan menoleh kearah pintu, yang kini tengah berdiri 2 gadis yang tersenyum hangat kepada mereka.

Anak-anak yang tadinya tengah asik membaca buku pun berhamburan mendatangi mereka.

"Kakakkk."

"Kak Lianaaa!"

"Kak Lexaa!"

Mereka mengerumuni Lexa dan Liana, mereka berdua tersenyum kala melihat anak-anak terlihat bahagia dengan kedatangan nya.

"Haii, Gimana kabar kalian?" Sapa Lexa kepada mereka.

"Baiiiikkk." Mereka kompak menjawab.

Mereka berdua pun, ikut bergabung dengan anak-anak untuk membaca buku, bahkan mereka pun membacakan sebuah cerita yang membuat gelak tawa. Bahkan, suara tawa mereka hampir mengalahkan suara hujan yang kini tengah turun dengan derasnya.

.

Di tempat lain, Levi keluar dari ruang ujian. Ia sedikit terlambat mengerjakannya, tadi ia tak bisa fokus pada ujian kalian ini, pikirannya dipenuhi dengan satu orang, Lexa.

Levi menatap hujan dengan perasaan resah. Sebagian murid sudah pulang, dan sepertinya Lexa juga. Ia mengutuk dirinya, karena tak bisa mengerjakan ujiannya dengan cepat. Alhasil, ia tidak bisa menemukan Lexa.

Ia mengeluarkan benda pipih dari sakunya, menyalakan ponselnya tersebut. Namun, ponselnya tak kunjung hidup. Ia mencoba menyalakannya lagi, namun hasilnya tetap sama.

Levi berfikir sejenak, apa tadi ponselnya  jatuh? Tidak, ia tidak merasa tadi menjatuhkan ponselnya, batrenya habis? Mungkin saja, karena tadi baterainya pun tinggal 10%.

Ck. Levi mendecakkan lidahnya, ponselnya tidak bisa hidup sekarang, ia tidak bisa menelfon Lexa maupun Orang tuanya.

Levi pun berlari menerjang derasnya hujan untuk ketempat parkiran, tak menghiraukan jika seragamnya basah.
Kini yang ada didalam pikirannya hanya ada nama, Lexa, Lexa, dan Lexa.

Setelah sampai ditempat motornya berada, tangannya merogoh saku celananya mencari kunci motor. Setelah itu, ia bergegas menyalakan motornya.
Tanpa berlama-lama, ia langsung menancap gas motornya, tanpa menghiraukan kalau dia sedang berada di sekolahnya.

Dibawah derasnya hujan, Levi tidak tahu apa yang harus ia lakukan, menyusul Lexa? Bahkan ia pun tidak tahu dimana.

Tiba-tiba ia terpikir, jika Panti asuhan yang dimaksud Lexa adalah tempat dulunya ia berada, berarti tidak salahh lagi kalau lexa ada disana.

Pemuda itu pun menaikkan kecepatan motornya menuju ketempat tujuan, ia tidak menghiraukan kalau dirinya tengah kehujanan.



.

Like & comment

ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang