ABOUT US - 25

257 6 0
                                    




.

Lexa dan Dean kini sedang berada di sebuah Cafe. Tempatnya lumayan jauh dari sekolahnya.

"Pesen apa?" Tanya Dean sambil membaca menu.

"Minuman aja." Ucap Lexa.

"Rasa?"

"Cappucino."

"Cappucino 2 ya mas!" Ucap Dean.

"Baik mas!"

Lexa menatap kearah depan cafe, ia tak mau menatap Dean. Ia juga sangat canggung sekarang, bahkan menelan ludahnya saja sangat susah.

Dean menatap Lexa.

"Mikirin apa?" Tanya Dean.

Lexa menoleh kearah Dean. "Eh nggak kok! Aku nggak mikirin apa-apa!"

Dean menatap Lexa terus menerus, membuat Lexa risih. Ia sangat ingin segera pergi dari sini.

"Aku mau dengar, alasan kamu bohongin aku tentang kakak kamu itu." Ucap Dean.

Mampus! Sekarang Lexa tak tahu harus melakukan apa, bagaiman ia menjelaskannya kepada Dean?

Lexa menggigit bibir bawahnya, "itu......"

"'Itu' apa?"

Lexa meremas jari-jari tangannya, sungguh! Ia tidak tahu harus ngomong apa.

"Ini mas minumannya." Ucap seorang laki-laki sambil menaruh 2 gelas dimeja.

"Makasih mas!" Ucap Dean.

Lexa meminum minumannya agar ia bisa tenang.

Dean menatap Lexa, ia tahu kalau Lexa melakukan itu karna ia ingin menghindari dirinya. Dean mendapati ada sesuatu di rambut Lexa.

Tangannya pun mengulur untuk mengambilnya, namun....Lexa malah memundurkan badannya.

Pasti Lexa kira, ia akan melakukan sesuatu kepadanya.

"Ada sesuatu di rambut kamu." Ucap Dean.

"Ha?!"

Dean mengambil sesuatu dari rambut Lexa. Lalu menunjukan kepadanya.

"Benang." Kata Dean.

Lexa menatap benang yang ada di tangan Dean.

Dean pun membuang benang tersebut, lalu meminum minumannya.

"Buka blokir nomor aku."

Perkataan Dean membuat Lexa tersedak.

"Kamu nggak papa?" Tanya Dean dengan khawatir.

Lexa melambaikan tangannya, pertanda ia tidak apa-apa.

Lexa menatap Dean. "Nomer aku udah ganti." Ucap Lexa.

Ia sudah mengganti nomornya sejak 5 bulan yang lalu, jadi ia tidak memiliki nomornya lagi.

Dean memberi ponselnya kepada Lexa, "tulis nomor kamu!" Suruh Dean.

Lexa menatap sebentar ponsel Dean, lalu dengan berat hati ia merimanya. Ia pun mulai mengetik no teleponnya di ponsel milik Dean.

Setelah selesai, Lexa pun mengembalikannya kepada Dean.

Dean memasukkan ponselnya kedalam saku.

Lexa mengaduk-aduk minumannya, ia sudah tidak betah disini, dia ingin cepat-cepat pulang.

Ntah keberuntungan apa yang ia dapat, tiba-tiba ponsel Lexa berdering tanda ada panggilan masuk, ia pun segera melihatnya, Mamanya ternyata yang meneleponnya.

Ia pun langsung saja mengangkatnya.

"Iya Ma, ada apa?" Ucap Lexa.

"............."

"Aku lagi di Cafe ma!"

".................."

"Sama temen." Jawab Lexa dalam telepon sambil melirik Dean.

"..............."

"Iya ini juga mau pulang."

"........."

"Iyaa!"

Lexa mematikan sambungan teleponnya, ia memasukkan ponselnya ke saku. Ia menatap Dean.

"Kak! Mama aku nyuruh aku pulang." Ucap Lexa kepada Dean.

"Yaudah, aku anter!"

Lexa kaget, mengantarnya?

"Eh kak, nggak usah! Aku bisa naik gojek kok, lagian rumah aku juga nggak terlalu jauh dari sini." Tolak Lexa.

Dean tak menghiraukan ucapan Lexa, ia mengambil kunci motornya, lalu berdiri.

"Aku anter!"

Setalah mengucapkan itu, Dean melangkahkan kakinya untuk membayar, lalu berjalan keluar.

Lexa pun menggendong tasnya, lalu berjalan keluar. Ia mengekor Dean dari belakang.

"Kak! Beneran deh, aku naik gojek aja, aku nggak mau ngerepotin kak Dean." Ucap Lexa berdiri di samping Dean.

Dean menatap Lexa, "malah kalo kamu pulang pake gojek, terus gojeknya nyulik kamu, malah aku yang repot!"

Lexa menatap kesal Dean. Dean menaiki motornya.

"Ayok naik!" Suruh Dean.

Lexa diam sebentar, lalu dengan berat hati ia menaiki motor Dean.

.

Ditengah perjalanan, mereka berdua diam tak ada yang berbicara, toh Lexa juga tak ingin berbicara dengannya.

Lexa juga dari belakang terlihat tak semangat.

Setelah beberpa menit diperjalanan, akhirnya mereka telah sampai dirumah.

Lexa turun dari motor Dean, Dean menatap rumah Lexa.

"Makasih kak!" Ucap Lexa.

"Kalo gitu....aku masuk dulu ya!" Lanjutnya.

Dean menatap Lexa. "Besok aku jemput."

Tiga kata yang dilontarkan dari bibir Dean, membuat Lexa membulatkan matanya.

"Nggak usah kak! Aku berangkat sama Kakak aku kok!" Tolak Lexa.

Dean mengangguk, "kalo gitu....pulang bareng aku."

Lexa lagi-lagi membulatkan matanya, kenapa Dean tidak peka? Kenapa dia tidak tau kalau dia tidak nyaman dengannya? Dan apa sekarang? Pulang bareng bersama nya?

"Aku juga pulang bareng kakak aku." Ucap Lexa sambil tersenyum dengan paksa.

"Yaudah kak, aku masuk dulu, btw makasih ya sekali lagi." Ucap Lexa, lalu pergi meninggalkan Dean.

Lexa berjalan dengan cepat memasuki rumahnya, sambil berjalan ia juga tak henti-hentinya mengumpat.






.

Like & Comment








ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang