ABOUT US - 66

194 8 0
                                    




.
1 minggu telah berlalu, dan 1 minggu itu pula Pamela dan Samuel belum juga pulang. Kondisi Nenek siti belum membaik, bahkan sekarang sudah 2 hari di rawat di rumah sakit karena tambah parah.

Lexa sebenarnya ingin kesana untuk mengunjunginya, namun di larang oleh Pamela. Selain tempatnya jauh, Lexa juga tak bisa kesana sendirian, apalagi dirinya perempuan. Takut jika ada hal-hal yang akan terjadi di perjalanan.

Dirumah juga, Lexa sedikit bosan. Mengajak teman-teman untuk keluar pun tidak bisa karena mereka sibuk.

Seperti sekarang ini, dirinya hanya bermalas-malasan di sofa. Ia sangat bosan, keluar pun cuma pergi bekerja saja. Ia ingin keluar, pergi untuk refresing, tapi tidak ada orang yang bisa ia ajak. Levi? Noo, mengajaknya pun pasti tidak akan bisa. Apalagi pemuda itu sekarang jarang pulang.

Matanya sedari tadi mengikuti arah jarum jam yang berputar, ia rasa sudah hampir 15 menit ia melakukan ini.

Ceklek.

Suara pintu terbuka, membuat Lexa menolehkan kepalanya.

Levi, pemuda itu baru saja pulang. Dengan tangan yang mengenggam sebuah plastik berisi es boba.

Es boba, kesukaan Lexa. Tapi entah kenapa sekarang gadis itu tak punya semangat untuk meminumnya walaupun minuman itu adalah minuman kesukaan nya.

Levi berjalan kearah sofa, meletakkan plastik es boba di atas meja. Pemuda itu menyadari jika gadis itu terlihat tidak mood.

"Kenapa?" Tanyanya.

Lexa melirik sebentar, lalu mengambil minuman tersebut.

"Gak papa." Lexa mulai meminumnya.

Levi membuka jaketnya, "besok," Ucapnya, membuat Lexa menoleh menunggu perkataan darinya.

"Mau nggak jalan-jalan? Mumpung besok libur."

Mata Lexa berbinar, kesempatan emas.

"Beneran?" Tanya Lexa memastikan.

Levi tersenyum melihat raut wajah Lexa yang berubah, ia tahu jika gadis itu merasa bosan di rumah.

Levi mengangguk.

"Mau." Ucap Lexa dengan semangat.

"Tapi," Ucap Levi membuat Lexa terdiam.

"Apa?" Tanyanya.

"Besok jalan-jalan, tapi nggak gratis."

Lexa membuka mulutnya, apa maksudnya tidak gratis? Ia harus membayar gitu?

"Maksudnya?"

Pemuda itu menatap lekat wajah Lexa. "Iya."

"Nggak gratis. Bayarannya  ... "

"Kita pacaran."

Deg.

Jantung Lexa berhenti berdetak beberapa detik. Gadis itu terdiam, bayaran macam apa itu? Dari pada berpacaran dengannya, lebih baik ia tidak usah pergi jalan-jalan.

"Gimana?" Tanya Levi.

"Enggak lah! Mending nggak usah jalan-jalan. Pergi aja sono sendiri." Tolak Lexa.

"Beneran?"

Lexa terdiam, sebenar nya ia ingin sekali pergi keluar, tapi kenapa pemuda itu mengatakan hal yang mustahil untuk dirinya lakukan. Ia tak masalah jika bayarannya adalah uang, tapi ini  ...

Akhh, Lexa tak habis pikir dengan pemuda itu.

Levi bangkit dari duduknya, lalu beralih duduk di samping Lexa. Memutar badannya kearah gadis itu.

ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang