ABOUT US - 11

395 12 0
                                    








.

Sehabis pulang dari Mall, Lexa berada di kamarnya hingga malam. Ia menghabiskan waktu dikamarnya dengan menggambar.

Ia melihat jam dinding dikamarnya.

19:45

Perutnya sudah lapar, Ia pun keluar dari kamarmya.

Ia mengedarkan pandangannya, berharap kakaknya sudah ada dikamarnya. Ya, sejak kejadian tadi di Mall ia merasa canggung, ia tidak tahu kenapa dirinya seperti ini, padahal biasanya ia biasa-biasa saja.

Merasa aman, ia pun berjalan untuk kebawah, sebagian lampu sudah dimatikan, dan sepertinya Pamela sedang berada dikamarnya.

Ia berjalan menuju ruang makan untuk melihat apa ada makanan, dan ternyata masih ada Ikan dan sayur.

Ia pun mulai makan dengan lahap. Setelah selesai makan, Ia membawa piring kotor kedapur.

Lalu berjalan untuk pergi kekamar nya.

Uhuk uhuk!

Suara batuk yang tak asing di telinga Lexa, membuat Lexa menoleh ke sumber suara. Suara itu berasal dari ruang TV.

Ia tebak itu adalah suara Levi, kakaknya. Ia pun berjalan sambil mengendap-endap mendekati sofa. Dan benar saja, Levi tengah tertidur di sofa ruang tamu.

Lexa menghembuskan nafasnya lega, lalu ingin beranjak pergi, namun ia mengurungkan niatnya.

Ia menatap kakaknya tak tega, Ia ingin membangunkannya untuk pindah kekamar nya, tapi ia juga masih kepikiran dengan kejadian tadi.

Lexa menggaruk kepalanya.

Lalu, dengan hati-hati menggoyangkan kaki Levi dengan pelan.

"Kak!"

"Kak! Bangun! Pindah kamar sana!" Ucap Lexa.

Levi menggeliat, lalu mulai membuka perlahan matanya.

"Bangun! Pindah kamar!"
Setelah mengucapkan itu, Lexa berlari untuk kekamar nya.

Levi mendudukkan badannya, nyawa dia belum terkumpul, ia menguap karna masih mengantuk.

.

Ujian sekolah telah usai, kini para siswa dapat menikmati liburan kenaikan kelas.

Lexa naik ke kelas 9 dengan peringkat 8 dikelasnya, ia begitu bersyukur karna peringkatnya naik dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan Levi, ia naik ke kelas 11 dengan peringkat yang sangat memuaskan, peringkat 2 dikelasnya.

Keluarga Samuel, berencana akan liburan kerumah Mamanya, nenek Levi dan Lexa yang berada di pegunungan.
Mereka sudah sangat lama tidak pernah mengunjunginya semenjak Levi kelas 5 SD.

"Siapin barang-barang kalian yang mau dibawa besok!" Ucap Samuel sambil membungkus oleh-oleh yang akan dibawa nanti.

Lexa dan Levi yang tengah memasukkan makanan ringan kedalam kardus menoleh.

"Udah semua kok!" Ucap Lexa.

"Jangan banyak-banyak bawanya." Ingat Samuel.

"Iya, nggak banyak kok! Cuma 2 tas doang." Ucap Lexa membuat Levi dan Samuel menoleh menatap dirinya.

Lexa yang ditatap oleh mereka berdua bingung.

"Yang satu tas HP." Jelas Lexa.

Samuel mengangguk- anggukan kepalanya, ia hampir salah paham dengannya.

"Ayok, kalian makan dulu." Panggil Pamela yang tengah mempersiapkan makan malam.

Mereka bertiga menoleh.

"Waahhh, udah matang!" Seru Lexa, lalu berlari kecil kearah meja makan.

"Enak banget aromanya."

Mereka pun mulai makan bersama, malam itu mereka menceritakan cerita mereka masing masing, dengan iringan gelak tawa yang mereka ciptakan.

.

Lexa beberapa kali mengubah posisi tubuhnya menghadap kesegala arah, ia tidak bisa tidur karena suara petir.

Lexa menatap jam dindingnya, sudah jam 2 pagi namun ia masih belom tidur. Lalu mendudukkan badannya.

Gludukkk

Suara petir membuat Lexa kaget dan takut. Ia pun turun dari kasurnya lalu berjalam keluar.

Dengan perasaan takut, Ia mengetuk pintu kamar kakaknya.

"Kak!" Ucapnya dengan pelan, Ia takut akan membangunkan Mama dan Papanya.

Tak ada sahutan, Ia mengetok pintu kamar Levi dengan sedikit keras.

Gludukkk

Suara petir, lagi-lagi membuat Lexa ketakutan, Ia menutup matanya sambil mengetuk pintu kakaknya terus menerus.

"Ada ap-"

Levi membuka pintu dengan wajah kesal, namun perkataannya terhenti ketika Lexa tiba-tiba memeluknya.

"Takut!" Ucap Lexa dengan suara lirih dipelukan Levi.

Levi terdiam sebentar, lalu membawa Lexa masuk kedalam kamarnya, kemudian menutup pintu kamarnya.

Ia menyalakan lampu, lalu mengelus punggung Lexa.

"Hei! Gapapa, kakak disini!" Ucap Levi menenangkan Lexa.

Lexa perlahan-lahan melepas pelukannya.
Matanya berkaca-kaca karna saking takutnya.

Levi memegang pundak adiknya.

"Kamu takut?" Tanya Levi.

Lexa mengangguk.

Levi mendengus, "nggak Papa! Cuma suara petir aja, nanti juga ilang kok! Ayok kakak an-"

Lexa dengan cepat menidurkan badannya di kasur Levi.

"Mau tidur sini!" Ucap Lexa.

"Yaudah kamu tidur sini, kakak tidur dikamar kamu!"

Lexa mendecakkan lidah, kenapa kakaknya tidak peka? Ia kesini karna takut, bukan ingin tukar kamar!

Levi menghembuskan nafasnya.

"Terus?"

"Kakak temenin aku tidur!"

Levi melebarkan matanya, kaget. Apa? Menemaninya tidur? Tidur bareng maksudnya?

"Maksud kamu tidur bareng?" Tanya Levi.

"Ish iya!" Kesal Lexa.

Levi menelan ludahnya. Lexa menatap Levi yang tengah diam.

"Kakak jangan mikirin aneh-aneh deh!"

Levi menatap tajam adiknya.

"Siapa yang mikirin aneh-aneh?"

Lexa mengerucutkan bibirnya,"kakak!"

"Kita kan keluarga! Nggak Papa dong tidur bareng!" Lanjutnya.

Levi terdiam ketika Lexa mengatakan itu, lalu ia mematikan lampu kamarnya.

Levi berjalan kearah kasur, lalu tidur disamping Lexa. Ia menaruh bantal guling ditengah-tengah mereka, agar menghindari hal-hal yang tidak ia inginkan.

Levi menatap Lexa yang sudah tertidur, ia sangat menyayangi adiknya, bahkan melebihi dari kata adik.






.

Jangan lupa tinggalin jejak kalian:)



ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang