ABOUT US - 29

225 5 0
                                    




.

"Papa berangkat jam berapa?" Tanya Lexa.

Mereka tengah sarapan di ruang makan.

"Jam 8."

"Kalian berdua inget ya, apa yang Mama bilang semalem!" Ingat Pamela.

"Iya Ma," Jawab mereka berdua kompak.

Setelah sarapan, Levi dan Lexa berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Mereka juga tak lupa mengatakan, Hati-hati kepada orang tuanya.

.

Ujian hari ini telah selesai, Lexa pulang bersama Liana, mereka berdua mampir dulu ke toko buku untuk membeli buku yang diinginkan oleh Liana.

Dan disinilah mereka berada, di sebuah toko buku.

"Lexa?!" Panggil Liana.

Lexa berjalan kearah Liana. Liana menunjukkan 2 buku novel yang ada ditangannya.

"Menurut kamu, bagusan yang mana?"

Lexa menatap 2 buku itu, lalu menunjuk salah satu buku tersebut.

"Yang ini aku udah baca, cerita nya biasa aja, mungkin yang ini bagus kayaknya." Ucap Lexa, sambil berganti menunjuk satu buku lainnya.

"Yang ini?"

"Iya, itu sih menurut aku."

"Oke deh, ini aja."

Liana meletakkan satu buku ketempat semula, lalu mereka berdua berjalan kearah kasir untuk membayar.

Setelah membayar, mereka berdua pun pulang. Sebelum itu, mereka mampir terlebih dahulu ke sebuah toko untuk membeli minuman.

"Rasa apa?" Tanya Lexa kepada Liana.

"Vanilla aja."

"Mbak, vanilla 1, sama coklatnya 2 ya."

"Baik kak, tunggu dulu ya."

"2 buat siapa?" Tanya Liana.

Lexa menoleh, "buat Kak Levi."

Setelah mendengar nama Levi, Liana tersenyum. "Kakak kamu? Gimana sekarang? Tambah ganteng nggak? Aku nggak pernah liat soalnya disekolah."

"Ya kayak biasanya! Tapi Kak Levi tambah tinggi, bahkan kalo aku natap mukanya selama 5 detik aja leher aku udah pegel."

"Masa? Kayaknya kalo aku di samping kak Levi, berasa kek kurcaci nggak sih? Apalagi badan aku kan pendek!" Ucap Liana dengan sedih.

Tinggi Liana hanya 155, tinggi Lexa 160, dan tinggi Levi mungkin sekitar 180, mungkin juga lebih dari itu.

"Tutor tinggi dong Xa!"

"Gampang!"

Liana dengan semangat bertanya. "Gimana? Gimana? Apa aja?"

Lexa tersenyum, "cuma mimpi aja, halu kamu udah tercapai, hahaha."

Liana memasang wajah kesal. "Ihhh Lexaaaa! Aku udah serius lohh!"

"Hahaha." Lexa tertawa.

Bener kan kata dia, satu-satunya jalan untuk mewujudkan keinginan, hanya mimpi saja. Hahaha.

.

Motor Liana berhenti didepan rumah Lexa.

"Makasih ya." Ucap Lexa.

"Iya!"

"Oiya, besok pulang sekolah kamu sibuk nggak?"

Lexa menggeleng. "Nggak! Kenapa emang?"

"Besok temenin aku ke Panti Asuhan yuk, Mama aku nggak bisa soalnya ntar besok."

Lexa tersenyum. "Mau! Mau banget malah."

Liana tersenyum.

"Okedeh, nanti pulang sekolah langsung aja ya."

"Yaudah, aku pulang dulu ya! Bye Lexaaa."

"Byee, Hati-hati!" Ucap lexa.

Setelah Liana pergi dari rumahnya, Lexa masuk kedalam rumahnya, sambil membawa plastik berisikan es yang tadi ia beli.

Lexa mendapati Levi yang tengah memasak didapur. Ia pun menghampirinya.

Levi yang melihat kedatangan Lexa pun bertanya.

"Dari mana kamu?"

"Nganter Liana beli buku, sama beli es!" Ucap Lexa sambil menunjukan plastik ditangannya.

"Mau aku bantu?" Tawar Lexa.

Levi yang tengah memotong cabai menoleh, "nggak usah, sana kamu ganti baju!" Suruh Levi.

Levi lebih suka melakukan sesuatu sendiri, dibandingkan jika Lexa membantunya, pernah waktu itu ketika Lexa membantunya untuk memasak, namun bukannya membantu malah Lexa mengacaukannya. Jadi ia tidak butuh lagi bantuan darinya.

Lexa pun naik keatas untuk berganti baju, setelah beberapa menit, Lexa pun turun ke bawah.

Levi menaruh 2 piring keatas meja makan. Ia memasak ikan goreng dengan sayur. Ia tidak tahu, Lexa suka atau tidak dengan sayur yang ia buat, pasalnya ia tidak terlalu bisa membuat sayur.

Lexa duduk di bangku. Lalu menatap lauk yang ada didepannya, Ia pun menghirup aroma lauk tersebut.

Levi yang melihat Lexa hanya tersenyum.

Lexa mengambil nasi kedalam piring milknya dan Levi. Mereka berdua pun mulai memakan makanan mereka.

Tak ada yang membuka suara, hanya suara sendok dan piring saling bertabrakan yang menggema di seluruh ruangan.

Setelah beberapa menit, mereka pun selesai makan. Lexa mencuci piring bekas makannya tadi. Sedangkan Levi, Laki-laki itu tengah menonton TV.

Lexa menaruh piring dan sendok ketempatnya. Setelah itu, ia berjalan kearah TV.

Ia mendudukan badannya di sofa, lalu mengambil minuman yang tadi ia beli. Ia pun meminumnya hingga sisa setengah. Lexa menaruh minuman itu di meja.

"Ganti salurannya dong kak!" Ucap Lexa kepada Levi.

"Nggak! Ini aja!" Tolak Levi.

"Ishh, nonton apa sih! Berita doang juga!"

Levi menoleh, "lagian kamu mau nonton apa sih? Sinetron cinta-cintaan? Nggak bagus buat kamu!"

Lexa menatap kakaknya kesal, lagian kenapa kali dia nonton sepeti itu? Toh, ia juga sudah besar sekarang.

Lexa mengerucutkan bibirnya, menyilangkan kedua tangannya, lalu bersender pada sofa.

Levi tersenyun kecil mendapati Lexa kesal kepadanya. Ia menatap 2 minuman yang satunya tinggal setengah, dan satunya lagi masih utuh belum dibuka.

Tangannya pun meraih minuman yang tinggal setengah itu, lalu meminunnya.

Lexa melotot, ketika tahu minuman nya di minum oleh Levi.

"Ihh, itu minuman aku!"

Levi yang tengah meminum itu, menoleh.

"Emang kenapa?" Tanya Levi.

Dengan kesal, Lexa menjawab.

"Ada liur aku yaampun, ini es kakak, ihhh sebel banget deh!!" Kesal Lexa.

Levi tersenyum, "lagian kalo ada liur kamu kenapa? Enak kok!"

Ucapan Levi membuat Lexa terdiam, wajahnya memerah sekarang, apa katanya? Enak?

Levi tersenyum mendapati pipi Lexa yang memerah. Ia pun menaruh minuman tersebut di meja.

Entah sampai kapan, Ia bisa menyembunyikan perasaan ini kepadanya, faktanya mereka bukanlah kakak adik kandung. Ia juga tidak tahu, sampai kapan statusnya menjadi kakak Lexa berakhir, cepat atau lambat Lexa akan tahu kalau mereka bukanlah saudara kandung.

.

Like & comment


ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang