ABOUT US - 68

198 4 0
                                    




.

Kaki panjang milik seorang pemuda kini berjalan kearah seseorang yang kini tengah tertidur di sofa. Dengan langkahnya, pemuda itu berjalan dengan pelan-pelan takut jika akan membangunkannya.

Dia menghentikan langkahnya ketika telah sampai di tubuh orang itu berbaring. Pemuda itu berjongkok dengan matanya yang tak lepas dari pandangannya pada wajah gadis yang kini tengah tertidur dengan tangannya yang menutupi wajahnya.

Dipandangnya dengan lekat, hingga mata pemuda itu tertuju pada gelang yang dipakai oleh gadis itu membuat sudut bibirnya terangkat.

1 minggu dirinya tak pulang, dan meninggalkan gadis ini sendirian dirumah. Ada sedikit penyesalan saat pemuda itu meninggalkannya sendirian. Namun, jika bukan karna pekerjaanya, ia tidak akan melakukan nya.

Laki-laki itu meraih tangan kanan milik gadis itu, kemudian menggenggam nya dengan kedua tangannya. Mengusap lembuat dengan jari jemarinya, dirinya tidak bisa berbohong kalau dia sangat merindukan gadis ini.

Ngghh

Gadis itu menggeliat karna kegiatan pemuda itu, matanya perlahan-lahan mulai terbuka, dan langsung tertuju pada pemuda yang kini tengah berjongkok di sampingnya berada.

"Mimpi lagi." Pelan gadis itu, lalu menutup kembali matanya.

Levi terkekeh, pemuda itu gemas dengan gadis itu. mimpi katanya?

"Bukan mimpi."

Lexa langsung membuka matanya lebar-lebar, dan melirik pemuda yang tadi ia kira hanyalah sebuah mimpi.

Sedetik kemudian, gadis itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Merasakan tangannya yang terasa berat, gadis itu menoleh kearah tangan kanannya yang masih di genggam oleh Levi. Dia pun langsung saja menarik nya hingga terlepas.

" Mimpi lagi." Ulang Levi mengulangi ucapan Lexa tadi. "Jadi, dari kemarin mimpi aku terus, iya?" Goda Levi.

Pipi Lexa memerah, dia pun mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

"Nggak! Pd banget bilang kayak gitu."

Ya, Lexa berbohong. Jadi sudah 4 hari ini dirinya memimpikan Levi di setiap tidurnya. Dan tadi saat ia membuka matanya dan melihat sesosok Levi ia kira dirinya tengah bermimpi.

Levi tersenyum, "terus kenapa pipi kamu merah?"

Lexa membulatkan matanya, terlihat kah?

"Apasih! Nggak." Lexa hendak bangun, namun tiba-tiba dirinya di kunci oleh tubuh Levi dengan kedua tangan pemuda itu sebagai penyangga.

Lexa langsung saja terkejut, bahkan dirinya berusaha memundurkan badannya, namun badan dia sudah terlalu mepet dengan sofa. Jarak mereka berdua sangat dekat bahkan nafas mereka pun saling menyapu masing-masing wajah mereka.

Lagi, Lexa merasakan hal aneh itu lagi, bahkan jantungnya berdegup lebih kencang saat ini, mungkin saja wajahnya sudah tambah memerah karna hal ini.

Levi mengunci tatapannya pada Lexa, pemuda itu menatap dalam-dalam mata gadis itu. Pemuda itu juga merasakan hal yang sama seperti Lexa, jantungnya berdegup 2 kali lebih cepat sekarang.

"Kak." Lexa berusaha mendorong tubuh Levi, namun tubuh besar pemuda itu tak bergeming sama sekali.

Pemuda itu hanya diam, tanpa tahu jika gadis yang kini ada di depannya berusaha mati-matian untuk keluar dari tubuh besarnya.

Lexa menatap Levi dengan perasaan gugup.

"Kak, minggir." Lexa berusaha mendorong-dorong tubuh Levi.

ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang