ABOUT US - 27

255 6 0
                                    








.

Ujian tengah semester akhirnya telah didepan mata, besok adalah hari pertama ujian. Banyak murid-murid yang tengah sibuk belajar untuk hari esok agar mendapatkan nilai yang memuaskan.

Pamela dan Samuel, menyuruh Lexa dan Levi untuk belajar. Walaupun ujian kali ini bukan ujian kenaikan kelas, namun mereka tetap menyuruh mereka untuk belajar dengan giat.

Seperti hari ini, mereka melarang kedua anaknya itu untuk keluar bermain. Menyuruh mereka belajar, agar mereka tidak kesusahan untuk menjawab soal-soal nanti.

Pamela dan Samuel, kini tengah menonton TV, sedangkan Levi dan Lexa tengah belajar di dalam kamar mereka masing-masing. Hari ini Samuel libur bekerja, jadi ia habiskan untuk bersantai dirumah.

"Hahaha." Tawa milik Samuel terdengar jelas diseluruh ruangan.

Ia tengah menonton TV yang tengah menampilkan acara kesukaannya, ditemani oleh Pamela.

Pamela menatap suaminya sambil tersenyum.

"Pa!" Panggil Pamela.

"Iya ma?" Jawab Samuel tanpa mengalihkan pandangannya pada layar TV.

"Kita sepakat kan, kalo nanti Lexa udah libur semester, kita kasih tau dia?" Tanya Pamela.

Samuel menatap istrinya, lalu merangkulnya.

Samuel tersenyum. "Iya ma, kan kita udah sepakat waktu itu."

"Menurut Papa, gimana ya reaksi Lexa tentang hal ini?"

"Yang pasti....Lexa nggak akan benci kita."

Samuel mengelus pundak Pamela, "Mama tenang aja, apapun yang bakal terjadi nanti, Papa pasti akan selalu yang jadi pertama buat maju." Ucap Samuel dengan hangat kepada Pamela.

Pamela memeluk Samuel, ia bersyukur bahwa ia memiliki suami seperti dirinya.

.

Sedangkan ditempat lain, Lexa kini tengah berhadapan dengan beberapa bukunya dimeja. Sedari pagi, ia tak henti-hentinya membuka buku untuk ia pelajari. Entah kenapa, Ia hari ini sangat giat untuk belajar dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya.

Dan juga, akhir-akhir ini nilainya sedikit menurun, ini disebabkan dari minggu-minggu lalu Ia habiskan untuk berjalan-jalan, jadi Ia tidak ada waktu untuk belajar.

"4 dibagi 2-" Suara Lexa terhenti, karena tiba-tiba ponselnya berdering.

Ia menatapnya, dari Clara ternyata. Ia pun menjawabnya.

"Halo, kenapa Ra?" Tanya nya.

"Lexa, potoin materi bahasa Indonesia yang kemarin dong, gue nggak nulis soalnya kemaren."

"Oh, oke aku potoin sekarang." Ucapnya

Lexa pun mematikan sambungan teleponnya, lalu mulai memfoto catatan buku bahasa Indonesia nya. Setelah itu, Ia kirim ke Clara.

Lexa pun meletakkan ponselnya kembali ketempat semula, Ia pun melanjutkan kembali belajarnya.

.

Di kamar sebelah, Levi tengah memainkan game di ponselnya, belajar dari pagi membuat ia bosan, jadi ia memainkan game sebentar, lalu akan ia lanjutkan belajarnya.

Semenjak menjadi murid kelas 12, Levi tak henti-hentinya untuk mempelajari materi yang sudah diberikan oleh gurunya. Mengingat dia sudah kelas 12, jadi dia tidak boleh membuang-buang waktu untuk bermain.

Tidak ada motivasi khusus untuk Levi belajar dengan giat, ia juga tak memiliki cita-citanya yang pasti. Namun, ia berencana untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.

Tok tok tok

Levi menoleh kearah pintu kamarnya.

"Masuk!" Suruhnya.

Pintu pun terbuka, dan menunjukkan seorang gadis yang tengah berdiri di depan pintu. Gadis itu Lexa.

Lexa masuk kedalam kamar Levi, memandang meja belajar yang penuh dengan buku, hidungnya menghirup aroma khas dari kamar kakaknya itu. Ia akui, kamar kakaknya jauh lebih rapi dari kamarnya, dan juga ia sangat suka aroma kamarnya, ntah parfum atau apa yang dipakai kakaknya, ia sangat suka aromanya.

"Ada apa?" Tanya Levi yang tengah fokus ke layar ponselnya.

"Ada buku kosong nggak? Buku aku habis, mau keluar males jalan."

"Ada, di laci meja."

Lexa pun berjalan kearah meja belajar milik Levi. Levi membulatkan matanya, lalu menoleh kearah Lexa yang sedang berjalan kearah meja belajarnya. Ia baru ingat sesuatu.

Ia pun meletakkan ponselnya, lalu dengan cepat menghampiri Lexa dengan ketakutan.

Tangan Lexa terulur untuk membuka laci, namun tangan Levi dengan cepat mencegahnya.

Lexa menatap Levi. "Kenapa?" Tanyanya.

Levi tersenyum kikuk, "k-kakak aja yang ambil, hehe."

Lexa menatap Levi aneh. Dengan perasaan takut, Levi pun membelakangi Lexa, lalu membuka laci dengan pelan-pelan agar Lexa tak melihatnya.

Sebuah sampul buku mulai terlihat, buku itu adalah komik dewasa yang Levi pinjam dari Danny, ia lupa menaruhnya ditempat yang aman. Levi pun cepat-cepat mengambil buku kosong, lalu menutup laci dengan cepat.

Ia membalikkan badannya, dan mendapati Lexa yang menatapnya dengan curiga.

Ia pun memberikan buku kosong itu kepada Lexa. "Nih, udah sana keluar!" Usir Levi.

Lexa menyipitkan matanya, menatap kakaknya dengan curiga. Levi ketakutan, takut kalau Lexa menemukan buku itu.

"Ngapain sih! Liatan kakak kayak gitu?" Tanya Levi.

"Kak Levi nyembunyiin sesuatu kan?"

Levi tertawa dengan cringe. "Haha, apasih! Nggak ada! Udah sana pergi!"

Levi mendorong tubuh kecil Lexa untuk keluar. Setelah berhasil, ia cepat-cepat menutup pintunya. Levi bersandar pada pintu, tangannya mengelus dadanya.

Levi menghembuskan nafasnya lega. "Untung aja!"



.

Like & comment


ABOUT US √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang