.
Jam pertama adalah pelajaran olahraga, Lexa sudah siap dengan baju olahraganya.
Mereka berbaris di lapangan basket, mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu sembari menunggu Pak Budi guru olahraga mereka datang.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan."
Mereka kompak menghitung.
Setelah selesai pemanasan, mereka duduk terlebih dahulu karena Guru olahraga mereka belom juga datang.
"Ketua kelas! Panggil Pak Budi sana!" Teriak salah satu siswa kepada Ketua kelas, Kevin.
"Emang pak Budi nya dimana?"
"Ya nggak tau! Cari aja sana."
Kevin dan satu teman nya, pergi untuk mencari Pak Budi.
Lexa menepi sebentar di bawah pohon, diikuti juga oleh beberapa teman nya.
Lexa mengedarkan pandangannya, banyak kelas yang belom memulai jam pelajaran.Dan matanya tak sengaja bertemu dengan mata Levi yang tengah berdiri di lantai atas tepatnya di kelasnya berada.
Lexa langsung mengalihkan pandangannya.
"Orang itu ngeliatin lo tau, dari atas!" Ucap Clara yang duduk disampingnya sambil melihat seseorang yang dari tadi memandang Lexa.
"Iya tau."
"Siapa? Pacar lo ya? Ganteng banget dia, kenalin dong!"
Apa? Pacar? Lexa langsung menatap Clara.
"Pacar apanya? Dia kakak aku!"
Clara terkejut, "kakak lo?" Tanyanya.
Lexa memandang.
"Kok nggak mirip? Gue kira dia pacar lo!"
Kalimat pertama yang diucapkan oleh Clara membuat ia diam. Ini adalah 2 kalinya orang bilang mereka tidak mirip.
.
Jam pelajaran olahraga telah usai, beberapa siswa ada yang langsung berganti baju dan aja juga yang langsung ke kantin untuk membeli sesuatu yang bisa mereka makan.
Seperti sekarang ini, Lexa, Clara dan Milan. Mereka sedang mengantri untuk membeli bakso yang ada di kantin nya.
Tak selang beberapa menit, makanan mereka telah datang dengan es teh yang juga mereka pesan.
Mereka pun mulai melahap makanan mereka masing-masing.
"Habis ini pelajaran apa?" Tanya Milan.
"Ekonomi." Jawab Lexa.
"Gurunya yang killer itu bukan sih?"
"Iya! Yang jarang masuk itu!" Timpal Clara.
"Moga aja nggak masuk sih!" Ucap Lexa.
Ia tidak suka dengan guru Ekonomi, jarang masuk, tapi sekali masuk kelas langsung marah-marah.
Clara dan Milan menyetujui ucapan Lexa.
"Bener! Muak nggak sih, liat guru itu marah-marah terus setiap masuk kelas." Ucap Clara.
"Iya! Apalagi gue yang terus kena semprot."
Clara dan Lexa tertawa.
"Lagian dikelas kamu brisik sih! Hahaha." Ucap Lexa.
"Gue brisik kan juga karna lo berdua!' Ucap Clara kesal, pasalnya bukan hanya dia saja yang brisik.
.
"Gue duluan ya Xa!" Ucap Milan.
"Iya! Hati-hati!" Ucap Lexa.
Milan pun melenggang pergi meninggalkan Lexa.
Semua orang dikelas sudah pada pulang, kini hanya tinggal Lexa sendiri di dalam kelas.
Lexa menggendong tasnya, lalu melangkah keluar kelas. Namun, langkahnya terhenti ketika HPnya bergetar, tanda ada pesan masuk.
Lexa mengambil Hpnya yang ada di dalam tas. Lalu mulai membuka hpnya.
Ternyata pesan dari kakaknya, Levi. Ia pun membukanya.
Kak Levi
Tunggu di lpngn basket
kakak nggak di kelas.Setelah membaca isi pesan dari kakaknya, Lexa pun melanjutkan jalannya.
Ia pun duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan basket untuk menunggu Levi, sesuai perintahnya.
5 menit sudah ia menunggu, namun belum ada tanda-tanda kakaknya muncul.
Lexa menatap sepatunya, lalu menatap kedepan bergantian.
"Lexa?"
Suara seseorang membuat Lexa membeku. Ia tau suara tersebut, tidak salah lagi, suara itu milik Dean.
Lexa menoleh, lalu mendapati Dean yang tengah berjalan kearahnya.
Mampus! Jadi dia sekolah disini juga? Kenapa ia tidak tau? Kalau begini, sudah pasti hidupnya tidak akan damai.
"Kamu sekolah disini juga?" Tanya Dean lalu duduk di samping Lexa.
Lexa menggeser bokongnya.
"I-iya."
"Kebetulan banget ya! Kita satu sekolah lagi." Ucap Dean tersenyum kepada Lexa.
Kebetulan? Tidak tidak! Ia tidak mengharapkan ini terjadi, bahkan kalau ia tau Dean disini, ia pasti tidak akan sekolah disini.
Lexa hanya diam tidak menanggapi ucapan Dean, ia hanya ingin kakaknya cepat-cepat datang. Matanya tak henti-henti menyapu seluruh lapangan hanya untuk mencari Levi.
Dean yang melihat Lexa pun ikut memandang kedepan.
"Kamu cari siapa?" Tanya Dean.
Lexa menoleh, "a-aku lagi carii...." Ucapnya terhenti, tiba-tiba kepalanya kosong ia tidak tau harus berkata apa.
Lalu matanya tak sengaja melihat Levi yang baru saja keluar dari gudang olahraga.
"Pacar aku!" Ucap Lexa dengan spontan, ia tidak tahu kenapa tiba-tiba ia berkata seperti ini.
Dean yang mendengar ucapan Lexa, hanya diam. Lexa bisa melihat, Dean terlihat tidak suka kala ia mengatakan ucapannya tadi.
Levi datang menghampiri Lexa, ia menatap Dean.
Lexa buru-buru bangkit dari duduk nya, lalu memeluk tangan Levi. Levi kaget karna tindakan Lexa yang tiba-tiba itu.
"Ini Pacar aku!" Ucap Lexa tersenyum kepada Dean.
Levi terlihat kaget, apa? Pacarnya? Dia tidak salah dengar?
"Iya kan Yank?" Lexa menatap Levi, lalu mengedipkan matanya.
Levi yang sadar, lalu berkata.
"O-oh iya, iya dong!" Ucap Levi menuruti Lexa.
Dean menatap tajam Levi, berdiri lalu melenggang pergi.
Lexa memandang punggung Dean, lalu ia bernafas lega.
Levi yang tidak mengerti, memandang Lexa. Lalu, matanya beralih kepada tangannya yang masih di pelukan Lexa. Jantungnya berdegup dengan kencang.
Lexa yang sadar masih memeluk tangan kakaknya, langsung melepaskannya.
Lalu menatap Levi. "Jangan diambil serius! Aku cuma lagi acting aja tadi." Ucapnya.
Lexa tersenyum. "Ayok pulang!" Ajak Lexa.
.
Like & comment
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US √
Teen Fiction[CHAPTER LENGKAP] [TAHAP REVISI & TAHAP PENULISAN ULANG. JANGAN KAGET KALAU ALUR CERITANYA SEDIKIT BERBEDA] Hubungan keluarga yang mereka jalin dari dulu tak berjalan dengan baik seperti yang mereka harapkan. Bermula, ketika sepasang suami istri me...