SPRITUAL-teenfiktion
🚫 Diambil positifnya buang negatifnya
^|^
Hidup itu antara takdir dan realistis, ketika manusia sudah tahu dia mau berjalan kemana dia akan tuju posisi itu walaupun keadaan menentang.
Seperti Moza yang mulai penasaran dengan Is...
Tidak salahnya mengalah untuk kebaikan dan kebaktian kita sebagai anak.
Cut Ahya Zaheera
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
📍Aceh
Di hamparan luasnya pantai sambil menunggu terbenamnya matahari dan alunan suara adzan Maghrib menggema.
Dua orang gadis sedang menatap jauh kesana, diatas pasir yang dialasi karpet.
"Nay, pernah tidak kamu merasa tiba-tiba kita tuh udah besar saja, seperti waktu berjalan secepat itu." Senyumnya ramah, tapi matanya masih menatap lekat langit senja itu.
"Iya ya, aku pun pernah, tapi mesin waktu tidak akan bisa kembali."
"Kenapa gitu?"
"Manusia itu dikasih hasrat, hasrat disini manusia selalu ingin itu ingin ini, kalo enggak terkabul ya jawabannya kalo gak pasrah atau dia akan terus berjuang untuk keinginannya."
"Kaya mimpi kan? Iya benar manusia banyak maunya, tapi ya itu realistis sih kalo tidak punya kemauan tidak hidup," kekehnya.
Cut Ahya Zaheera, sering dipanggil Ahya atau Aya. Jadi anak satu-satunya itu menyenangkan tapi bagi Ahya, dia itu sering kesepian apalagi kalo hari libur umma dan baba nya sengaja ke desa untuk berkebun, sedang dia asrama di Pesantren Az-Zumar peninggalan almarhum kakeknya.
Seperti biasa Ahya selalu ditemani sahabatnya Naya, setiap sore sehabis mengajar di Rumah Anshor.
Rumah Anshor ini masih peninggalan sang kakek, tempat dimana tuna wisma yang tidak memiliki tempat tinggal, dan anak-anak disabilitas.
Rumah Anshor ini gratis tidak dipungut biaya, mereka disana diajarkan juga tentang keagamaan serta pembelajaran umum lainnya.
"Ahya, kamu punya mimpi?" Tanya Naya setelah hening beberapa saat.
"Mimpi? Hm... punya, pengen umrah."
"Kan kamu udah pernah umrah bahkan haji juga waktu kamu kecil udah."
"Tidak, maksud aku sama suami gitu," ucap Ahya seketika wajahnya memerah malu.
"Dih suami-suami, yang kemarin juga kamu tolak," kekeh Naya menggoda Ahya.
"Aku belum siap nay, lagian aku mau kuliah dulu baru nikah."
"Alhamdulillah kalo begitu, terus kejar mimpi kamu ya." Naya tersenyum nanar.
"Kalo kamu jadi ambil beasiswa universitas Al-Azhar?" Tanya Ahya, Naya hanya menggeleng dengan wajah sendunya.
Ahya yang melihat itu seketika merapatkan tubuhnya ke Naya. "Kenapa?"