AYZA 39 : Khawatir

68 6 0
                                    

🎙️Qhutbus Sakha - Munajat Doa

Happy Reading

-----

Bukan mauku seperti ini, hanya saja jalannya semakin terjal bila dilanjutkan.

Cut Ahya Zaheera

***

Mata Ahya terbuka, dia tertidur didekat ranjang ibunya. Nisya diminta dokter untuk bed rest total karena kadar gulanya semakin tinggi, dan tubuhnya masih sangat lemah. Keluarga atau siapapun jangan ada yang membicarakan masalah yang terjadi, untuk memudahkan penyembuhan.

Mata Ahya menoleh kearah handphone nya yang sudah disetting alarm. Tangannya meraih handphone tersebut dan mematikannya. Setelah mematikan alarm tersebut, terlihat sebuah pesan masuk dari satu jam yang lalu.

Ahya mengklik pesan tersebut. Karena memang Ahya tidak pernah mematikan datanya, sehingga handphone selalu aktif.

Moza

Assalamualaikum Aya.

Maaf mengganggu malam-malam.

Mohon maaf sebelumnya jika selama ini hanya membebankan Aya dan keluarga, harusnya gue sadar diri, gue gak pantes berteman sama Aya yang tidak pernah terjalin masalah seperti gue yang bermasalah.

Sekali lagi gue mohon maaf, mungkin setelah ini lo gak akan merasa terbebani lagi sama gue. Gue akan pergi dari kehidupan menyakitkan ini, makasih banyak atas tumpangan kontrakannya, dan makasih banyak udah sabar mengajarkan gue tentang tauhid. Insyaallah gue akan istiqomah seperti pesan lo waktu itu.

Gue pamit, assalamualaikum.

Ahya menutupi mulutnya, airmatanya menetes seiiring membaca chat dari Moza.

Tubuh Ahya seakan lemah, dia terduduk menyandar di nakas. "Maafkan aku Moza, jika aku menyakitimu." Ahya merasa bersalah.

Kemarin adalah hal paling terendah bagi Ahya, ayahnya difitnah menculik anak dan dimasukan ke dalam penjara, ibunya langsung jatuh sakit dan harus bed rest. Ahya berpikir ini semua kesalahannya yang menghiraukan ancaman tersebut, dia tidak mengira bahwa akan menjadi seperti ini.

Rasa marah, kecewa, sedih, menyatu bersamaan. Seperti segumpal darah yang berhasil membentuk daging. Ahya tidak mau seperti ini, dia sudah nyaman berteman dengan Moza, dia tidak mempermasalahkan jika Moza berbeda keyakinan dengannya, lalu kenapa harus seperti ini alurnya.

Ahya berdiri, berjalan ke kamar mandi untuk melaksanakan sholat malam. Setelah selesai berwudhu, Ahya memakai mukenanya dan menggelar sajadah menghadap kiblat.

Setiap gerakan dan bacaan sholat, begitu merasuk ke jiwa rapuhnya. Airmata terjatuh bersamaan, seolah-olah dirinya sedang berkeluh kesah dengan Tuhannya.

"Assalamualaikum warahmatullah." Wajahnya menoleh ke kanan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh." Wajahnya berbalik menoleh kekiri.

Bibirnya basah oleh bacaan dzikir, hatinya tidak tenang saat membaca chat dari Moza. Ahya sebenarnya menginginkan untuk menjauh saja, tapi saat Moza benar-benar berniat pergi membuat dirinya semakin merasa bersalah.

AYZA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang