🎙️BCL - Harta Berharga
Happy Reading
-----
Lembutnya dia berbicara bak seorang ibu yang menyampaikan betapa besar sayangnya kepada anaknya.
Moza Aleta
***
"ini Moza, anaknya teh Ana. Mama."
"Masya Allah cantik sekali Moza ini." Dalila menghampiri Moza dan memeluknya. Dalila bahkan menitikkan airmata dalam pelukannya, dia bahkan menganggap Moza seperti anaknya sendiri.
Moza dan Dalila saling melepaskan pelukan, Moza menghapus airmata Dalila yang terus keluar tanpa diminta.
"Tante kenapa menangis, apa aku minta salah?" Dalila menggeleng dan menyeka airmata nya.
"Tidak, Moza anak Tante yang baik dan cantik. Tante hanya merindukanmu nak, maaf Tante belum sempat bertemu dan mengajakmu bermain."
"Tidak apa Tante aku memakluminya, aku yang seharusnya bilang maaf kepada om dan Tante baru hari ini berkunjung ke rumah "
"Ko jadi sedih-sedih ya," kekeh Dalila dan diikuti tawa Angga dan Moza.
"Oiya, Alhamdulillah tadi Tante masak banyak. Mungkin ini ya, tante tiba-tiba masak banyak ternyata bakalan ada neng cantik ini." Dalila menangkup wajah Moza dan mencium kening Moza.
Moza terharu dengan perlakuan Dalila pada ya, mungkin jika Moana masih ada dia akan merasa dicintai ibunya sepanjang masa. Disampingnya Angga yang tersenyum hangat, bahkan tangannya mengusap kepala Moza bak ayah yang sedang mengusap anaknya.
Saat akan memasuki rumah, langkah mereka terhenti karena ucapan Moza. "Maaf Tante Dalila dan om Angga, temen aku diluar biar aku panggilkan dulu gapapa, kesian dia diluar sendirian."
"Gapapa atuh, ajak temennya kita makan siang sama-sama."
Moza keluar gerbang dan menghampiri Issac yang sedang duduk di warkop, malahan dia sedang asik mengobrol dengan bapak-bapak komplek lainnya.
"Kak Jae ayo ke dalam dulu." Issac dan bapak-bapak itu menoleh kearah Moza yang wajahnya tersinari oleh matahari.
"Waduh ini siapa cantik bener."
"Eh pak jangan lupa istri di rumah."
Bapak-bapak itu menertawakan laki-laki yang berprofesi tukang sayur di komplek itu.
"Ini calon istri saya." Ucapan Issac membuat mata Moza melotot.
"Wes, calon bojo ternyata." Kata bapak yang bertubuh tambun itu dengan logat Jawa.
"Hm, saya mau bawa temen saya dulu ke rumah." Moza langsung menarik tangan Issac begitu saja.
"Eh jangan buru-buru atuh neng, nanti kalo sudah halal mah boleh main tarik-menarik." Goda bapak berkumis lebat itu dan diiringi tawa yang lain.
Moza sangat malu, datang kesini malah jadi bahan godaan gara-gara Issac membuat dia geram. Mengaku sebagai calon istrinya, melamarnya juga belum.
Sedangkan Issac mengulum senyum, dia menang banyak bahkan tatapan Moza selalu mengarah padanya dengan tajam. Bukan marah dia malah menjadi gemas dengan Moza.
***
Di meja makan Moza, Issac, Angga, dan Dalil makan siang bersama sesekali ada obrolan kecil yang menambah suasana makan siang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYZA (Tamat)
SpiritualSPRITUAL-teenfiktion 🚫 Diambil positifnya buang negatifnya ^|^ Hidup itu antara takdir dan realistis, ketika manusia sudah tahu dia mau berjalan kemana dia akan tuju posisi itu walaupun keadaan menentang. Seperti Moza yang mulai penasaran dengan Is...