🎙️Irwansyah & Zaskia Sungkar - Harim di Tanah Haram
Happy Reading
-----
Kebahagian selalu bersama dengan kesedihan, sama halnya senyum dan tangis bisa jadi luka, tapi bisajadi pula adalah bentuk bahagia.
Moza Aleta
***
Senyum terukir, matanya menukik tajam. Dihadapannya saat ini, adalah orang yang memakai baju pidana.
"Apakah anda mengenal saya?"
"Sepertinya saya tidak tahu." Barend terkekeh, bahkan kekehannya menjurus seperti sebuah ejekan.
"Anda memang tidak tahu, tapi anda akan kenal saya seterusnya setelah ini."
"Memangnya anda seterkenal itu, sampai mesti saya mengenal anda," jawab Umar dengan senyumannya.
Barend yang mendengar itu, membuatnya tersinggung. Namun, dengan cepat mengembalikan perasaannya dengan sifat angkuhnya.
"Teuku Umar Al-Anshori, biasa dipanggil Umar. Bahkan pemimpin pesantren pun bisa masuk ke dalam penjara, jadi jangan sombong. Orang-orang tidak tahu, orang seperti anda tidak butuh dihormati, karena kalian memang gila hormat." Sindir nya pedas.
"Terimakasih," ucap Umar dengan senyumannya. Bahkan wajahnya seperti tidak menampilkan kemarahan, atau ketersinggungan.
Barend mengangkat halisnya, merasa heran dengan respon Umar. "Anda senang, saya sebut gila hormat?"
"Tidak, bahkan saya tidak mengharuskan orang-orang untuk menghormati saya, karena yang mesti dihormati dan disembah hanya Tuhan kami."
"Bahkan anda bersembunyi karena takut, kan?
"Anda salah pak, saya tidak pernah takut. Mungkin, bapak sendiri merasa cemas?"
"Anda menyindir saya?"
"Saya tidak menyindir pak, mungkin, bapak sendiri yang terlalu berperasaan."
Barend rasa tersulut emosi, tapi dia mencoba menekan emosinya.
Barend terkekeh, "ternyata ayahnya lebih berani ketimbang anaknya." Ejek Barend.
"Dan, sepertinya anda lebih suka suasana penjara, ketimbang bebas." Lanjutnya.
"Sepertinya bapak orang sibuk, saya pergi dulu." Umar perlahan melangkah, namun, terhenti saat Barend berucap.
"Bahkan kesombonganmu tidak akan membuat anda keluar, dan kasih tahu anakmu, untuk jauhi anak saya jika tidak mau lebih dari ini." Tekan Barend dengan wajah datar, bahkan dia tidak sama sekali berbalik, masih dengan duduk di tempat yang sama.
Mata Umar memerah. Umar tahu orang yang berbicara adalah orang yang memasukkannya ke dalam penjara ini. Hati ayah mana, ketika anaknya sendiri diusik, tapi dia tetap tenang.
Tanpa berbalik Umar berucap. "Ingat pak, diatas langit ada langit. Bahkan ada seorang manusia, yang tidak pernah takut ketika dirinya dibakar api, dan ada orang yang tidak pernah takut dirinya dipenjara, bahkan sekalipun itu adalah sebuah tuduhan." Setelah mengucapkannya, Umar pergi dan berlalu kembali ke sel.
Sementara Barend, wajahnya semakin dingin, matanya menatap tajam bak elang, dan tangannya mengepal. Sindiran halus itu membuat hati kerasnya terusik.
"Manusia sok suci, yang mengagungkan harga diri, tapi dirinya sengsara," gumam Barend.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYZA (Tamat)
SpiritualSPRITUAL-teenfiktion 🚫 Diambil positifnya buang negatifnya ^|^ Hidup itu antara takdir dan realistis, ketika manusia sudah tahu dia mau berjalan kemana dia akan tuju posisi itu walaupun keadaan menentang. Seperti Moza yang mulai penasaran dengan Is...