AYZA 30 : Kabur

72 5 0
                                    

🎙️Tulus - Pamit

Happy Reading

-----

Say goodbye kenangan, tapi seakan aku tidak akan bisa berdiri jika tetap disini.

Moza Aleta

***

Bus berjalan seiring menyusuri jalanan kota, seorang perempuan yang menggunakan kacamata hitam, memandang jalanan dan pandangannya tidak berubah daritadi. Tiap embun menetes kepermukaan kaca, membuat kacanya memburam.

Dibalik kacamata hitam itu, ada mata yang memerah. Dia Moza, Moza sengaja menggunakan kacamata hitam untuk menutupi matanya yang memerah. Dia tidak mau orang lain tahu kalo dirinya menangis sedari tadi.

Malam tadi dia nekat kabur dari rumahnya, hanya beberapa yang dia bawa dalam tasnya termasuk photo ibunya. Sekarang dia tidak tahu tujuannya kemana, hatinya masih merasakan sakit atas tindakan ayahnya.

Air mata menetes keluar dari kacamata nya, pipi putihnya basah oleh airmata. Tapi, orang-orang tidak tahu Moza menangis karena dirinya menggunakan masker juga untuk menutupi wajahnya yang merah karena menangis.

Moza membenarkan duduknya, dia menegakkan punggungnya di sandaran kursi. Ini adalah pertama kalinya Moza menaiki bus umum, jika dia mencari taksi pada malam tadi dijamin tidak akan ada taksi. Moza pun harus nunggu beberapa jam sampe subuh tiba untuk pemberangkatan bus.

Moza membuka ponsel barunya, untung dia membawa ponsel baru yang sudah dia beli satu bulan kemarin. Moza feeling saja, suatu hari dia akan pergi dari rumah dan tidak mau Barend tahu posisinya. Handphonenya dia simpan di kamarnya sendiri dan mengambil handphone lain yang belum ada kontak siapapun.

Moza membuka penulusuran, dia menulis Pesantren Az-Zumar, setelah menunggu beberapa detik penelusurannya menampilkan alamat dan gambar pesantrennya.

"Aku gak tinggal di rumah, aku tinggal di Pesantren Az-Zumar, aku tinggal di asrama sama temanku yang lain." Cerita Moza.

"Pesantren itu apa, seperti sekolah lagi?" Tanya Moza.

"Pesantren itu emang kaya sekolah lagi tapi lebih keagamaan yang diperdalam, Sama hal nya dengan sekolah MI, MTS, dan MA. Nama-nama sekolah itu juga seperti SD, SMP, dan SMA, mereka termasuk sekolah keagamaan cuman bedanya pesantren biasanya ada namanya mengabdi, diam di pesantren begitu Moza."

"Liat, nah ini namanya Aul, dia suka banget sama novel islami tapi base on true. Kalo ceritanya gak nyata dia gak mau baca."

Moza tersenyum, mungkin yang ada dipikirannya adalah pesantren Ahya tempat dirinya mengabdi. Tidak direncanakan, tapi Moza tidak tahu akan membawa jiwanya kemana selain tempat jauh itu.

***
B

ibir Moza tersenyum merekah, saat turun dari mobil sewaannya dan melihat langsung bentuk pesantren yang bahkan tidak bisa Moza bayangkan visual bangunannya bagaimana.

Di depan gerbang terdapat tulisan nama pesantrennya sangat jelas. PESANTREN AZ-ZUMAR. Moza melangkah maju menghampiri gerbang yang tertutup rapat.

"Ubak soe kheueh gata jak?" (Mau ke siapa?)

"uh, sopan sama tamu, tapi bilang ada yang bisa gue bantu. nyoba-nyoba." (eh yang sopan sama tamu, tapi bilangnya ada yang bisa saya bantu. Coba-coba.) Tegur santri yang berumur lebih muda dari santri yang badannya tinggi.

AYZA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang