4

71 15 2
                                    

Jasmine baru saja hendak melangkah masuk ke kelas dengan wajah riang.

"Huh?" Ia mengerutkan kening ketika ia melihat sosok yang ia kenali sebagai Irish meletakkan satu kotak makan di laci meja urutan bangku kedua. "Itu bangkunya si Kanaka," gumamnya.

Gadis itu memutuskan untuk tidak melanjutkan langkahnya dan memperhatikan Irish yang memang masih seorang diri saja di kelas. Setelah memastikan Irish sudah duduk kembali ke tempatnya, selang tiga menit barulah Jasmine memutuskan masuk ke kelas dengan berusaha pura-pura tidak melihat apa yang Irish lakukan.

Terlihat Irish tersenyum ramah pada Jasmine, dan tentu saja dibalas Jasmine tidak kalah ramahnya. Walau kenyataannya Jasmine kikuk. Jasmine duduk di bangkunya, sekalian menunggu Natalie yang beberapa menit lalu baru saja berangkat dari rumahnya.

"Kita belum kenalan, loh,"

Kedua mata Jasmine mengerjap mendengar ucapan Irish. Ditambah lagi gadis manis berambut panjang sepunggung itu tersenyum lebar. "Gue Irish."

"Hai, Irish. Gue Jasmine." Tangan Jasmine melambai-lambai pelan. "Senang bisa kenal Lo."

Irish mengangguk pelan. "Gue sama. Oh iya, Lo sejak kapan temenan sama Nayaka?"

"Oh? Belum lama, kok. Baru-baru ini. Dia pernah nolong gue pas gue jatuh."

Tak lama Irish bangkit dari duduknya dan bergerak duduk di sebelah Jasmine. Tepatnya, Irish duduk di kursi yang diduduki Natalie saat belajar di kelas. "Kalau Lo teman Nayaka, berarti Lo teman Kanaka juga. Jadi, gue nganggap ya kita juga bisa jadi teman baik, kan?"

Jasmine baru tahu, ternyata di IPA-1 ini ia tidak begitu sulit menemukan teman. Tanpa berpikir panjang dia mengangguk mengiyakan. Jarang-jarang juga ada yang mau mengajaknya berteman. Jasmine merasa beruntung.

Satu persatu teman sekelas memasuki kelas. Sosok Kanaka dan Ryuga pun sudah muncul. Jasmine mengerjap. "Mereka kayaknya sering bareng," gumamnya, tapi Irish masih bisa mendengarnya dengan cukup jelas.

"Pemandangan itu udah biasa. Dari kecil mereka memang selalu bareng."

Penuturan Irish membuat Jasmine menoleh. Tiba-tiba merasa tertarik begitu saja. "Oh iya? Sahabat dari kecil maksudnya?"

"Kalau dibilang sahabat, hubungan mereka bahkan lebih tinggi dari itu. Mereka sudah kayak saudara." Irish menatap Jasmine sembari tersenyum lebar. "Faktanya, orang tua mereka bahkan udah sahabatan juga pas masih SMA. Nggak cuma ada Ryuga, Kanaka, dan Nayaka, tapi ada Gwen, Adisti, dan Mbak Mindy. Mereka berenam udah kayak saudara yang nggak bakalan bisa dipisahkan."

"Wah ..." Wajah Jasmine tampak kagum. Kedua matanya kini tertuju pada Kanaka dan Ryuga yang tampak mengobrolkan sesuatu di bangku mereka. "Hubungan mereka ternyata udah tercipta saat orang tua mereka sahabatan sejak SMA."

Tawa pelan Irish terdengar. "Reaksi pertama gue pas tahu soal persahabatan orang tua mereka sama kayak Lo. Kagum. Persahabatan mereka awet banget sampai anak-anak mereka mulai beranjak dewasa."

"Berarti Lo dekat banget dong yah sama mereka? Lo tahu detail soal mereka, sampai ke akar-akarnya juga."

Kepala Irish menggeleng. "Nggak juga. Gue itu baru kenal Kanaka sama Nayaka dari pas umur gue delapan tahun. Gue sama keluarga gue bukan asli kota ini, gue orang Manado. Semua cerita itu gue tahu dari Nayaka."

Tanpa bisa dicegah kedua mata Jasmine berbinar cerah saat Irish menyebut nama Nayaka. "Nayaka?"

"Iya. Dia itu kalau gue nanya sesuatu dan selagi dia bisa jawab, pasti dia bakal kasih tahu." Irish tersenyum lebar. "Lo beruntung, dan gue pun beruntung punya teman seperti Nayaka."

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang