36

43 8 4
                                    

Pasokan udara yang berada di sekeliling Jasmine terasa menipis. Dada Jasmine sesak bukan main. Sudah tiga hari Jasmine dikurung di tempat pengap ini.

"Ma..., Pa... Jasmine haus... " Suara lirih gadis malang itu keluar begitu saja. Tubuhnya yang sudah terkulai lemah di lantai gudang rumahnya. Ia sama sekali belum diberi makan ataupun minum. Rasanya ia akan mati mengenaskan di dalam gudang itu.

Semenjak insiden Jenna yang pingsan di depan kamar kedua orang tua mereka, Jasmine memutuskan untuk melarikan diri kala itu. Mengetahui jika ia akan benar-benar 'dikorbankan' demi kesembuhan Jenna, mendadak Jasmine enggan untuk tinggal lebih lama di rumah orang tuanya itu. Ia dihukum untuk segala kesalahan yang berasal dari perilaku Nuri, ibu kandungnya sendiri.

Mereka tidak hanya menginginkan donor darah Jasmine, mereka ingin mengambil kehidupan Jasmine perlahan-lahan. Hidup Jasmine sudah terasa sulit semenjak kehadirannya di dunia ini, dan mereka akan menambah intensitas kesakitan Jasmine menjadi semakin menyiksa. Jasmine hanya ingin hidupnya tenang, dan bisa bahagia dengan caranya.

Jasmine pernah dengar, seseorang hanya dapat bertahan selama tiga hari tanpa minum. Sudah tiga hari Jasmine dikurung tanpa makan dan minum di gudang. Air matanya sudah keluar membasahi pipinya. Ia akan mati sia-sia di dalam gudang yang pengap itu.

***

"Assalamu'alaikum!"

Tangan Nayaka terangkat mengetuk pintu rumah Jasmine. Ia hanya ingin memastikan apa yang terjadi pada Jasmine hingga tidak masuk sekolah selama tiga hari ini. Tanpa kabar, atau tanpa pemberitahuan yang spesifik.

Semula Ryuga, Kanaka, dan Natalie ingin ikut serta bersama Nayaka untuk menemui Jasmine langsung di rumahnya. Hanya saja Nayaka langsung mencegah. Ia rasa jika keadaan Jasmine harus ia pastikan lebih dulu.

Masih belum ada yang membukakan pintu setelah Nayaka sudah mengetuk pintu rumah Jasmine sebanyak tiga kali. Apa sedang tidak ada orang, pikirnya. "Apa besok aja gue kemari lagi?"

"Eh, adek cari siapa?"

Nayaka menoleh mendapati seorang wanita paruh baya yang kebetulan melintas di depan rumah Jasmine. Pemuda itu tersenyum tipis dan menghampirinya. "Saya cari yang punya rumah, Bu. Tapi saya ketik pintu beberapa kali belum ada yang buka. Kalau boleh tahu, Ibu tahu yang punya rumah ke mana?"

"Oh, sekitar tiga hari lalu, keluarga Pak Nino memang sudah bolak-balik rumah sakit. Anak mereka sakit."

Penjelasan dari wanita paruh baya di depannya membuat wajah Nayaka menunjukkan raut panik. "Anaknya? Yang namanya Jasmine?"

"Eh, bukan," balas wanita itu menggeleng pelan. "Kakaknya Jasmine yang sakit. Jenna."

"Oh, jadi Jasmine juga ada di rumah sakit?", terka Nayaka.

Wanita itu terlihat sedikit ragu. " Saya nggak tahu pasti soal Jasmine. Sejak Jenna dibawa keluarganya ke rumah sakit tempo hari, saya sama sekali nggak ngeliat Jasmine. Atau mungkin Jasmine pas kejadian itu lagi nggak di rumah. Bisa jadi juga Jasmine memang di rumah sakit sekarang. Yaudah, Dek, saya pamit dulu."

"Oh iya, Bu. Terima kasih."

***

"Udah dapat kabar soal Jasmine?", tanya Kanaka ketika Nayaka baru saja tiba di rumah.

Nayaka menggeleng. " Gue nggak bisa pastikan keadaan dia gimana sekarang. Tetangganya cuma bilang selama tiga hari ini keluarga Jasmine lagi mondar-mandir ke rumah sakit. Kakaknya Jasmine sakit. Awalnya gue pikir Jasmine yang sakit."

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang