Irish berdecih. "Tapi soal lo yang suka Nayaka, gue nggak salah, 'kan?"
Jasmine tidak mau terpancing dengan pertanyaan Irish. Ia tahu betul jika ia memberitahu yang sebenarnya, Irish akan mencecarnya. "Kenapa harus ngurusin perasaan orang lain, padahal perasaan lo masih abu-abu?"
Raut sinis diwajah Irish semakin kentara. "Perasaan siapa yang abu-abu?"
"Lo!" Jasmine menjawab dengan wajah menahan kesal. "Gue tahu, perasaan lo masih abu-abu buat Nayaka."
Irish tertegun menatap kesal wajah Jasmine. "Apa alasannya lo mikir begitu?"
"Sebelum berusaha dekat sama Nayaka, dulunya lo suka sama Kanaka, kan? Atau sampai sekarang perasaan lo ke Kanaka masih sama?"
Sungguh Jasmine tidak ingin ikut campur sejauh ini. Tapi Irish juga sudah membuat dia terdesak. "Awalnya gue ragu sama apa yang gue liat pertama kali gue liat lo. Lo yang taruh kue di laci meja Kanaka, kan? Selain itu, ada di waktu tertentu lo nggak bakal fokus sama satu hal karena terlalu fokus liatin Kanaka. Apa gue salah?"
Kali ini Irish tidak bisa berkutik. Ia tidak bisa menyangkal. Irish tidak pernah tahu jika Jasmine cukup mudah membaca perasaannya. Ia tidak sadar sejak kapan Jasmine mengamati tingkah lakunya.
"Soal lo yang nanya, apa gue suka Nayaka? Gue nggak bisa bohong. Sejak awal ngeliat Nayaka untuk pertama kali, gue ngerasa mulai kagum ke dia." Jasmine menunduk. "Tapi disisi lain saat gue tahu yang Nayaka suka itu lo, gue jadi sadar diri. Untuk sesaat gue sedikit sedih kenapa harus Nayaka cowok yang gue suka. Lalu pada akhirnya gue sadar, setidaknya rasa suka gue nggak bikin gue jadi serakah dan jahat. Dianggap teman aja sama dia gue udah bersyukur. Setelah Juli milih buat pergi dengan jalannya sendiri, Tuhan kirim Nayaka buat jadi teman yang super baik."
Sebelumnya, Jasmine merasa sedikit kesal dengan Irish sebab berusaha mengorek soal perasaannya pada Nayaka. Tapi Jasmine selalu sadar akan satu hal. Ketika mulutnya perlahan terbuka dan rentetan kalimat yang ia katakan membicarakan sosok Nayaka, kemarahannya sirna. Di kepalanya hanya ada kesenangan saat membicarakan kebaikan Nayaka selama ini.
"Gue tahu kalau gue nggak berhak minta apapun ke lo. Cuma gue harap lo nggak nyakitin Nayaka sama Kanaka. Dibanding gue, lo lebih lama kenal mereka. Gue bahkan bisa ngerasain kalau mereka peduli satu sama lain. Jangan hancurin perasaan Nayaka seandainya lo masih ada rasa ke Kanaka." Jasmine menghembuskan napas panjang dan menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah ssnyuman. Tanpa mengatakan apapun, Jasmine berlalu dari hadapan Irish.
Irish pun tidak melakukan penyangkalan. Ia biarkan Jasmine berlalu begitu saja. Rasanya Irish berada diambang kebimbangannya. Karena perkataan Jasmine, Irish jelas kebingungan dengan perasaannya sendiri.
Sikapnya beberapa hari ini yang ia tunjukkan pada Nayaka membuatnya malu dan senang secara bersamaan. Dulu, Kanaka sama sekali tidak terganti. Irish merasakan dadanya hampir meledak setiap kali melihat Kanaka. Segalanya tentang Kanaka terasa begitu menyenangkan dan mendebarkan.
Namun, ketika Irish sadar jika Kanaka hanya menganggapnya sebagai teman, ego Irish pada akhirnya tidak lagi mengambil. Ia telah keliru menganggap jika Kanaka akan berbalik menyukainya, disaat Irish sendiri hanya menunjukkan perhatian sembunyi-sembunyi. Saat bersama Kanaka, Irish berusaha menunjukkan sisi sempurna. Irish berusaha menjadi gadis tanpa kurang.
Namun, saat bersama Nayaka tak ada keraguan bagi Irish untuk bersikap apa adanya. Irish lebih banyak berbicara. Ingatannya pada waktu bersama Nayaka mulai diputar satu persatu dalam kepalanya.
Irish menggigit bibir bawahnya, langkahnya terarah mundur. Apa perasaannya pada Nayaka sudah mulai tumbuh?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Novela Juvenil"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...