Tinggal satu tempat lagi yang belum dicek oleh Nayaka di rumah besar itu.
"Posisi gudang di rumah ini ada di mana?", tanya Nayaka dengan sorot tajam pada Jella yang sejak tadi mengikuti pergerakannya hingga ia tidak begitu leluasa mencari Jasmine.
"Kamu sudah periksa semua! Kenapa harus ke gudang lagi?", balas Jella menahan kesal.
"Saya masih terhubung sama Pak Rizal, kasih tahu di mana letak gudangnya!", tutur Nayaka bersikeras.
Jella tidak mau menunjukkan, dan membuat Nayaka berdecih. Ia akan cari sendiri. Langkahnya mulai terayun cepat, meninggalkan Jella jauh di belakangnya.
Tindakan Jella yang berusaha menghalanginya menambah rasa yakin Nayaka jika Jasmine tidak pergi ke mana-mana. Jasmine ada di sekitarnya. Mata Nayaka menajam mencari posisi gudang di rumah besar itu.
"Apa itu gudangnya?", gumam Nayaka ketika menemukan sebuah ruangan terkunci di posisi paling belakang dengan pintu berwarna merah kusam. Tanpa mau mengulur waktu lebih lama lagi, Nayaka meraih kusen pintu dan ingin masuk ke dalam.
"Terkunci?", gumamnya dengan tangan memegang erat kusen pintu. Akan sulit jika ia meminta kunci gudang pada Jella. Nayaka akan membuka gudang itu sendiri.
Ia mulai mengambil langkah mundur, dan ia mulai menendang pintu gudang itu.
Percobaan pertama belum berhasil, maka Nayaka akan terus melakukan usaha.
"Jangan tendang pintu gudangnya!", teriak Jella ketika Nayaka sudah bersiap menendang pintu gudang itu lagi.
" Wah, saya malah makin penasaran apa yang ada di dalam gudang," seloroh Nayaka lalu menendang gudang itu sekuat tenaganya.
Jella termundur beberapa langkah ketika pintu gudang itu terbuka. Napasnya berhembus tidak teratur. Ia angkat kaki dari sana.
Nayaka terdiam dengan wajah terkejut mendapati seseorang tergeletak di lantai berdebu itu. Tubuhnya sedikit gemetar dengan kedua mata menyorot tajam. "Jasmine...," gumamnya lalu buru-buru mendekat.
Dengan hati-hati ia meraih tubuh Jasmine dan membawanya dalam dekapannya. "Jasmine, kita bakal pergi dari sini. Bertahan..." Nayaka lalu menggendong tubuh ringkih Jasmine keluar dari gudang.
Nayaka menggendong Jasmine dengan setengah berlari. Wajah pucat Jasmine dan bajunya yang sudah lusuh karena debu di gudang membuat kepanikan Nayaka menjadi. Ia mengeratkan tangannya pada tubuh Jasmine.
***
"Dokter, suster, tolong!" Sembari berlari menyusuri koridor rumah sakit, Nayaka terus membawa Jasmine. Ia berharap gadis ini bisa bertahan.
Dada Nayaka serasa sesak ketika gadis itu bernapas dengan lemah. Tubuhnya terlihat ringkih dan begitu lemah. Salah seorang dokter dan perawat sudah tiba dan membawa Jasmine masuk ke dalam salah satu ruangan.
Punggung Nayaka bersandar di dinding, dan perlahan tubuhnya merosot berakhir terduduk di lantai. Antara lega dan gelisah, rasanya kombinasi itu memenuhi ruang dadanya. Ia lega karena telah menemukan Jasmine, dan gelisah jika hal buruk akan menimpa gadis malang itu.
Sambungan ponsel Nayaka dan Rizal terputus sejak Nayaka membawa Jasmine ke rumah sakit. Nayaka juga sudah memberi informasi kepada Rizal dan Bella rumah sakit tempat Jasmine dirawat. Ia hanya menunggu pasangan suami istri itu tiba.
Kedua mata Nayaka memejam. Selama ini, ia jarang meminta hal yang muluk-muluk selain kebahagiaan keluarganya dan dirinya sendiri. Tapi dalam kesempatan ini, ia berdoa dengan segenap hati yang tulus agar setelah Jasmine membuka mata, hanya ada kebahagiaan untuk gadis baik hati itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Novela Juvenil"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...