40

45 8 0
                                    

Nayaka bersama Kanaka, Ryuga, Bisma, Ukail, dan Natalie turut serta menemui Jasmine di rumah sakit. Setelah dinyatakan sudah lebih baik kondisinya, Jasmine sudah bisa keluar dari rumah sakit. Jasmine juga sudah merasa lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

"Lo rencana mau balik ke rumah lo?", tanya Natalie ketika ia baru saja selesai membantu Jasmine membereskan beberapa barang yang akan dibawa pulang.

"Memangnya gue mau ke mana lagi, Nat?" Jasmine tersenyum pedih. "Gue nggak punya tempat tinggal sekarang ini. Gue nggak punya pilihan lain."

"Lo bisa ke rumah gue, Jas! Ayo ke rumah gue! Mama gue juga bakal senang kalau lo tinggal sama kami, sampai kondisi lo benar-benar baik. Terlalu beresiko kalau lo balik lagi ke rumah keluarga lo. Lo nggak lupa 'kan beberapa hari lalu mereka jahat banget sama lo? Mereka ngunci lo di gudang, Jasmine! Apalagi alasannya mereka mau jadiin lo pendonor darah dan ginjal buat kakak lo yang sakit! Mereka mau bunuh lo perlahan-lahan, apalagi usia lo belum legal jadi pendonor!"

Jasmine tertegun mendengar penuturan Natalie. Tangan Jasmine terulur dan mengusap lembut pundak Natalie. "Gue udah ngerasa lebih baik dari situasi kemarin. Gue cuma mau ketemu Mama. Gue cuma mau ngeliat Mama dari dekat."

Natalie menoleh cepat dan menatap Jasmine dengan kening berkerut samar. "Lo ini kenapa kesannya malah cari mati, sih? Lo nggak takut apa pas lo di sana keluarga lo bakal sekongkol biar lo jadi pendonor paksa?"

Jasmine tentu saja merasa khawatir. Ditambah lagi kejadian saat berada di gudang beberapa hari tanpa diberi makan dan minum yang layak tidak bisa lepas dengan mudah dari pikirannya. Namun, Nuri tetap ibunya. Jadi, Jasmine memutuskan untuk menengok Nuri terlebih dahulu.

Terlepas dari perilaku Nuri selama ini kepadanya, Jasmine sulit membenci wanita yang melahirkannya itu. Setelah banyak hal yang telah terjadi, Jasmine hanya ingin melihat wajah Nuri sekali lagi. Lalu, Jasmine akan memikirkan bagaimana hidupnya akan terus berlanjut.

"Sekali. Gue cuma pengen lihat Mama sekali aja. Setelah itu gue bakal menjauh. Gue juga nggak mau nyiksa diri gue lebih lama dengan kenyataan kalau gue bukan anak yang diinginkan. Seburuk apapun Mama, Mama tetap orang yang bikin gue lahir di dunia ini." Jasmine menghela napas.

Kemungkinan buruk sudah muncul satu persatu di dalam kepalanya. Tak ayal sikap jahat keluarganya mungkin saja akan diperlihatkan tanpa tanggung lagi. Namun, di atas semua itu Jasmine sudah bertekad untuk bertemu Nuri sebelum memutuskan pergi dan menjauh dari keluarganya itu.

"Gue berharap setidaknya lo bisa langsung minta bantuan kalau mereka jahat sama lo."

Jasmine tersenyum kecil dan mengangguk pelan. "Siap, Nat!"

***

Bersama dengan teman-temannya, Jasmine mulai menuju ke kediaman keluarganya. Perasaan campur aduk dalam dadanya tidak terelakkan. Namun, ia ingin sekali saja menemui Nuri sebelum memutuskan menghilang dari hadapan keluarganya yang lain.

Nayaka melirik Jasmine yang tampak gugup. Nayaka sedikit mendekatkan tubuhnya agar bisa berbicara sepelan mungkin pada Jasmine. "Tenang, semuanya bakal baik-baik aja."

Jasmine menoleh sedikit pada Nayaka. Aroma parfum segar dan lembut itu membiusnya untuk beberapa saat. Jasmine bahkan lupa jika Nayaka adalah orang yang ia suka sekarang. "Gue bakal coba tenang. Semoga hari ini nggak ada masalah yang besar."

Jasmine baru bisa bernapas dengan lega saat Nayaka sedikit menjauhkan diri lagi darinya. Jantungnya nyaris copot karena sikap dari pemuda ini. Apakah pantas jika Jasmine terus menyukai Nayaka seperti ini? Sementara masalahnya belum terselesaikan semua?

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang