Nayaka tertawa melihat tingkah Bisma yang tampak begitu berhati-hati sesaat mereka tiba di rumah. Ukail pun ikut serta ke rumah Nayaka. Katanya, mau mencicipi kue kering keju buatan mama Nayaka yang terkenal enak itu.
"Kenapa, sih?" Ukail akhirnya buka suara. "Si Adis-Adis itu nggak ada. Nggak percaya banget lo sama Nayaka."
Bisma meringis mendengar omelan Ukail. "Takutnya dia muncul tiba-tiba di sini."
"Nggak. Adis nggak ngasih kabar mau ke sini." Masih dengan sisa tawanya, Nayaka membalas perkataan Bisma.
Bisma menegakkan tubuhnya, menatap Nayaka penuh harap. "Gue beneran berharap selama di sini gue bisa tenang, lebih tepatnya nggak ada Adis."
"Jadi ceritanya lo trauma?" Ukail sudah tertawa pelan.
"Diam!" Bisma bersungut sebal.
"Eh, ada teman-temannya Nayaka?"
Ketiga remaja laki-laki itu menoleh mendapati Orane sudah menyambut mereka dengan senyum hangat. Ukail dan Bisma tersenyum sopan sebelum mendekat kepada Orane dan mencium punggung tangan mama teman mereka itu. Tak lupa dengan menyebutkan nama juga tentunya.
"Wah, Tante senang banget kalau Nayaka punya banyak teman di sekolah! Kalian kalau ada waktu harus sering ke sini, yah? Nanti Tante masakin makanan enak kesukaan kalian. Tinggal sebut aja."
Ukail dan Bisma yang semula akan merasa canggung dengan Orane rupanya merasakan hal sebaliknya. Mereka tidak menyangka jika mamanya Nayaka itu memiliki perangai yang sangat menyenangkan. Bahkan Ukail dan Bisma sudah mulai mengobrol dengan suasana tidak canggung dengan Orane.
"Oh iya, Ma, Naka ke mana? Yaka nggak liat dari tadi." Nayaka bertanya pada Orane mengenai kembarannya itu.
"Oh, tadi izin keluar beli sirup melon. Sebentar lagi pulang, kok." Orane menjawab dengan senyum lebar. "Oh iya, Yaka, ajak temannya keliling rumah kalau mereka mau, yah. Nanti Mama panggil kalau makanannya udah siap di meja."
"Yaka bantu yah, Ma?", tawar Nayaka.
"Hari ini nggak usah. Kamu temenin aja teman kamu." Tak lama Orane sudah berlalu kembali ke dapur, menyisakan ketiga remaja laki-laki itu yang saling melempar pandang satu sama lain.
"Mama lo baik banget, sumpah!" Ukail berkata dengan senyum lebar.
"Iya. Gue pikir rasanya bakal canggung atau sungkan bicara sama beliau, tapi ternyata asik juga," puji Bisma dengan wajah riang. Sebetulnya, baik Nayaka ataupun Kanaka sering sekali mendengar pujian jika mama mereka adalah orang yang baik. Tak sekali dua kali mendengar pujian itu, yang tak urung membuat Nayaka dan Kanaka senang sekaligus bangga pada sikap baik sang mama.
"Gue senang kalau kalian bisa ngerasain kebaikan Mama. Jadinya gue nggak ragu buat ngajakin kalian datang ke sini lagi," kekeh Nayaka dengan senyum lebar tersungging di bibirnya.
"Gue sekarang jadi paham kalau kebaikan lo nurun dari mama lo. Kayaknya gue bakalan betah temenan sama lo. Apalagi kalau mama lo baik begitu," kata Ukail dengan wajah senang.
Bisma mengangguk setuju dengan ucapan Ukail. "Ini ceritanya bukan lo lagi yang ngajak ke sini, bisa jadi gue yang bakal minta buat bisa mampir ke sini."
Senyum Nayaka terbentuk lagi. Ia bahkan tidak masalah jika Ukail ataupun Bisma akan sering berkunjung ke rumahnya. Suatu bentuk kebahagiaan tersendiri bagi Nayaka sekeluarga jika tamu yang datang ke rumah mereka semakin beragam.
"Mau keliling rumah gue, nggak? Mumpung Mama masih masak juga?", tawar Nayaka memandang kedua temannya secara bergantian.
" Wuih, kek house tour gitu! Kayak di televisi! " Ukail malah semakin antusias dengan tawaran itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Teen Fiction"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...