Jasmine kembali ke rumah setelah sebelumnya ke rumah mendiang Julia untuk mencari tahu isi surat peninggalan yang Julia tinggalkan untuknya. Rizal Maheswara--ayah Julia sudah menceritakan kronologi Julia ditemukan di asrama sekolah barunya. Semua kronologi itu masih terpatri jelas di kepala Jasmine.
Julia yang ditemukan gantung diri di dalam asrama, dan ditemukan oleh satu kamarnya. Suasana mencekam dan menakutkan. Soal Julia yang akhirnya terkuak jika dia adalah putri bungsu keluarga Maheswara. Kasus yang ditutup oleh pihak keluarga yang tidak ingin menambah rasa bersalah mereka pada sosok Julia.
Ketika tiba, suasana malam langsung menyapa Jasmine ketika tiba di rumah. Setiap kembali menginjakkan kaki ke tempat tinggalnya, perasaan kosong itu menyergap tanpa permisi. Seperti sekarang, kondisi rumahnya terlihat kosong kala Jasmine sudah membuka pintu.
Baru saja hendak ke kamarnya, namun sosok Jenna dan Jella yang terlihat di dapur membuat Jasmine hendak mendekati kedua kakaknya itu. Namun urung ketika ia mendengar kalimat yang menambah kebingungannya. Lebih tepatnya, kebingungan yang memang tak terpecahkan dalam keluarganya sejak lama.
"Kalian yakin bakal ngelakuin semua ini demi aku? Demi kesembuhan aku?" Suara Jenna terdengar lebih dulu.
Jella membalas dengan suara yang lumayan keras. "Kamu pikir, kenapa Papa ngelakuin ini? Semuanya emang layak dilakukan, kan? Kamu akan dapat penanganan terbaik. Segala dendam yang Papa pendam akan tertuntaskan."
"Terus, gimana sama Mama? Kalian pikir Mama nggak tertekan sama situasi selama ini?" Jenna sudah menatap tajam Jella.
"Mama tentu tertekan, dan aku bahkan bisa tahu soal itu. Tapi kalau lewat kesembuhanmu bisa membuat rasa bersalah Mama tuntas, kenapa tidak? Semuanya terjadi karena adanya orang itu, dan dia menambah satu malapetaka lain dihidup kita. Jadi tolong bersabar. Kita nggak akan terlalu pusing setelah ini." Jella mengatakannya dengan wajah yakin, membuat Jenna menghela napas.
"Apa semua ini akan berhasil? Apa kalian yakin dia mau melakukannya?" Jenna bertanya sangsi.
Jella tersenyum miring. "Mau atau tidak, dia harus melakukannya. Kehadirannya dalam keluarga kita membuat hidup kita hancur. Hubungan Papa dan Mama berubah. Semuanya tidak seperti saat kita masih kecil. Tidak ada kedamaian lagi. Lagipula, kamu tahu kan, kasus orang yang akan dihukum mati? Atau hewan-hewan yang akan dikurbankan? Mereka diberi perlakuan istimewa sebelum mati. Papa pun akan melakukan hal sama, pada sumber masalah di dalam kehidupan kita."
Jasmine belum sepenuhnya bisa memahami apa yang dibahas Jenna dan Jella. Siapa yang menjadi orang yang merebut kedamaian keluarga mereka? Anggota keluarga Jasmine sungguh tidak bisa dipahami.
Yang jelas Jasmine menyadari setelah pembicaraan kedua kakaknya itu, ia merasa tidak baik-baik saja.
***
Nayaka menutup buku paket sejarahnya ketika guru mereka sudah beranjak keluar dari kelas. Waktu istirahat yang tiba langsung membuat kelas hampir kosong. Nayaka sendiri masih belum sepenuhnya beranjak dari kursinya. Rasa penasarannya pada Jasmine menguasai pikirannya saat ini.
Karena itulah, Nayaka sudah bangkit dan hendak berjalan ke kelas XI. IPA-1. Ia juga sekalian menemui Kanaka dan Ryuga. Baru juga hendak ke luar dari kelas, Bisma sudah menyusul langkah Nayaka.
"Mau ke kelas XI. IPA-1, kan?", tebak Bisma yang diangguki langsung oleh Nayaka. " Gue juga pengen ke kelas IPA-1. Mau ketemu si Ari, mau pinjam komiknya." Keduanya lalu berjalan bersama menuju ke arah kelas XI. IPA-1.
Setibanya di kelas IPA-1, benar saja Bisma langsung menemui siswa yang bernama Ari. Sedangkan Nayaka berusaha mencari keberadaan Jasmine melalui ekor matanya. Keningnya berkerut tidak mendapati sosok gadis berambut sebahu itu. Alhasil dia malah mendekat ke arah bangku Kanaka dan Ryuga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Novela Juvenil"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...