23

26 7 0
                                    

"Kamu pasti bisa jagain dia. Jaga dia semampu kamu, dan jangan anggap itu beban. Jasmine pasti bingung di posisinya sekarang. Dia tentu nggak bakal nyangka kalau Julia minta hal itu ke kamu. Jaga dia seperti kamu jaga Mindy, Adis, dan Gwen. Tentu rasanya beda, karena Mindy, Gwen, atau Adis adalah saudara kamu. Tapi, perlakukan Jasmine dengan baik sebagaimana kamu memperlakukan tiga saudara perempuan kamu yang lain, yah?"

Ucapan Orane mengiang di dalam kepala Nayaka. Ia hanya perlu yakin jika Jasmine bisa pulih dari kesedihannya. Nayaka juga perlu memastikan jika Jasmine tidak larut dalam kedukaannya sebab ditinggal oleh Julia.

Pulang sekolah nanti, Nayaka bersama teman sekelasnya akan ke rumah Julia. Julia memang sudah bukan bagian dari kelas XI. IPS-2 sejak gadis itu pindah sekolah. Tapi Julia yang belum lama pindah sekolah masih meninggalkan kesan bagi mereka. Mereka datang sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk sosok Julia Maheswari.

Sekarang, Nayaka sudah duduk bersama Bisma di depan ruang komputer. Keduanya masih membicarakan soal Julia dan juga Jasmine. Apalagi Bisma masih ingat bagaimana histerisnya Jasmine saat tahu kebenaran jika Julia sudah meninggal dunia.

"Jadi lo bareng Jasmine?", tanya Bisma menunggu Nayaka memberikan jawabannya.

Kepala Nayaka menggeleng. " Nggak. Dia bareng Natalie. Biarin aja. Mungkin kalau bareng sesama cewek dia lebih nyaman."

"Gue takutnya dia lebih histeris daripada yang kemarin. Gue khawatir dan kasihan banget sama dia," gumam Bisma dengan hembusan napas pelan.

"Mudah-mudahan nggak." Ya, Nayaka mengharapkan jika kondisi emosi Jasmine akan lebih stabil. "Oh iya, lo bareng gue aja berangkatnya nanti. Biar si Naka bareng Ryuga."

"Oke," jawab Bisma. "Ukail katanya nggak bisa ikut. Soalnya ada urusan keluarga juga, dan dia nggak bisa tinggalin."

***

Sudah banyak orang yang berdatangan ke rumah duka. Mulai dari rekan bisnis Rizal Maheswara hingga orang di sekitar perumahan keluarga Julia. Rumah mewah itu sudah dipenuhi dengan karangan bunga, pertanda belasungkawa.

Natalie menoleh ke arah Jasmine yang berdiri dengan ekspresi menahan tangis di sebelahnya. Lantas Natalie meraih tangan Jasmine dan menggenggamnya. "Jasmine, lo beneran nggak papa?"

Suara Natalie menginterupsi Jasmine. Jasmine berusaha menampilkan senyum diwajahnya yang muram. "Nggak papa kok, Nat. Gue harus kuat, karena Juli ada di sana," lirih Jasmine dengan fokus ke arah rumah Julia. "Ayo!", ajak Jasmine dengan posisi tangannya digenggam Natalie. Kedua gadis itu melangkah mendekat dan sudah masuk bergabung dengan pelayat lainnya.

Kedua kaki Jasmine gemetar ketika langkah demi langkah ia pijaki. Ia masih ingat ketika Julia pertama kali membawanya ke rumah ini, dan mereka bersama-sama membawa harapan jika kedua orang tua Julia bisa luluh dan menerima apapun yang sudah ditetapkan untuk Julia. Namun semuanya hanya tinggal ingatan saja sekarang.

Tubuh Jasmine mematung ketika ia melihat kedua orang tua Julia berada di sisi Julia, dan juga ketiga kakak laki-laki Julia yang berusaha menenangkan kedua orang tua mereka. Anggota keluarga Julia luar biasa terpukul. Jasmine bisa melihat sorot penyesalan yang begitu dalam diwajah mereka.

Julia adalah sesuatu yang sangat berharga, dan keluarganya baru menyadari hal itu disaat Julia memutuskan untuk menemui ajalnya sendiri. Jika Jasmine bisa, ia ingin Julia bangun sebentar saja. Ia ingin memperlihatkan jika keluarganya begitu sayang pada Julia.

"Jasmine," panggil Natalie dengan suara pelan. "Lo ke sana, lihat Julia lebih dekat. Sebentar lagi Julia nggak bisa lo lihat lama-lama. Jadi manfaatkan waktu lo dengan baik." Natalie sudah mundur perlahan dan ikut duduk dengan pelayat lainnya.

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang