14

40 10 0
                                    

Nayaka meringis pelan ketika melihat Adisti terus saja mengomelinya hanya karena tidak diberitahu jika ada Bisma saat mereka mengobrol berdua.

"Bang Yaka kejam!", seloroh Adisti dengan wajah jengkel.

Sejak Nayaka memberitahu jika ada Bisma, Adisti sudah sibuk mencak-mencak dan tidak terima dengan sikap Nayaka. Nayaka duduk di sebelah Adisti, yang dibalas dengan Adisti yang membelakangi Nayaka begitu saja. "Adis..., " panggil Nayaka lembut.

"Adis marah sama Bang Yaka! Nggak mau ngomong sama Bang Yaka!", tukas Adisti melipat tangannya di depan dada. " Kenapa sih, Bang Yaka, Bang Naka, sama Bang Ryuga nggak mau bantu Adis deketin Kak Bisma? Katanya kita saudara. Kok kalian nggak mau bantuin adeknya?"

"Itu kamu barusan ngomong," jawab Nayaka polos, hingga tubuh Adisti berbalik. Wajah gadis itu sudah merah padam. Nayaka mendengus. "Bang Yaka salah, Bang Yaka minta maaf." Adisti masih terlihat kesal, dan karena itu Nayaka semakin bingung dibuatnya.

Ditambah lagi bibir Adisti sudah mencebik. Belum lagi lalu lalang siswa di sekolah yang merasa interaksi antara Adisti dan Nayaka itu aneh. Nayaka tidak menyangka efeknya akan sebesar ini memengaruhi sikap serta suasana hati Adisti.

"Emang Adisti jelek, yah?" Kali ini pertanyaan dengan nada lemah itu meluncur begitu saja dari Adisti. "Sampai Kak Bisma nggak suka sama aku."

Nayaka makin merasa bersalah. Suasana hati Adisti pun kembali berubah secepat kedipan mata. "Bukan gitu. Cuma mungkin Bisma... " Nayaka berdecak frustrasi karena kali ini ia tidak bisa memberikan jawaban yang setidaknya bisa menenangkan Adisti. Ia butuh bantuan Ryuga dan Kanaka sekarang juga!

"Mungkin apa? Apa Kak Bisma udah ada pacar?" Adisti menatap Nayaka dengan sorot berharap.

"Bang Yaka nggak tahu, Adis." Jawaban Nayaka berhasil membuat Adisti menghela napas. Nayaka berusaha tidak kehabisan akal guna membujuk Adisti. Tapi topik seperti apa yang akan Nayaka bicarakan dengan adiknya ini?

"Eh, Nayaka, Adis, kok di sini?"

Kedua orang itu menemukan sosok Irish yang tersenyum lembut pada mereka berdua. Irish mendekat dan duduk bersebelahan dengan Adisti. Jadi, posisi Adisti berada di tengah Nayaka dan Irish.

"Adis marah sama gue, karena nggak bilang ada Bisma pas gue sama dia ngobrol bareng," kata Nayaka pada Irish.

Irish sudah terkekeh pelan. "Kamu masih suka aja yah sama Bisma?"

Adisti mengangguk semangat. "Sekarang Adis malah tambah suka, Kak. Adis aja masuk ke sekolah ini biar bisa liat Kak Bisma."

Nayaka memilih menyimak obrolan antara Irish dan Adisti. Ia bahkan tidak habis pikir jika Adisti akan ke sekolahnya ini untuk melihat Bisma. Nayaka bisa membayangkan betapa stressnya Kanaka menghadapi Adisti saat meminta nomor ponsel Bisma.

Suara kedua perempuan yang tidak jauh darinya benar-benar menggelitik Nayaka. Bagaimana tidak, Adisti bahkan menceritakan alasan yang dia miliki untuk mendekati Bisma kepada Irish tanpa keraguan sama sekali. Irish bahkan dengan sabar menghadapi setiap tingkah pola Adisti. Hah, disituasi ini Nayaka kadang memberanikan diri mencuri pandang ke sosok Irish, dan dari jarak sedekat ini ia bisa mendengar suara lembut Irish.

"Nayaka, kok liatin gue kayak gitu? Ada yang kotor yah dimuka gue?" Irish sudah mengusap wajahnya dengan salah satu tangannya.

Nayaka dengan sedikit gelagapan berdehem pelan. "Nggak, kok. Tadi gue kira ada hewan apa gitu dirambut lo. Ternyata gue salah liat. Mungkin cuma daun kering kecil."

"Oh.. " Tangan Irish terangkat dan mengusap rambutnya. Lagi-lagi, tindakan sesederhana itu berhasil menciptakan detak jantung menggila di dalam dada Nayaka.

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang