2

118 18 4
                                    

"Jasmine! Turun sarapan dulu!"

Gadis itu buru-buru menyisir rambutnya. Dengan langkah gerasak-gerusuk ia keluar dari kamar dan segera ke lantai bawah. Ini hari pertama tahun ajaran baru, dan Jasmine bangun lebih lambat dari biasanya karena terlalu terbiasa dengan waktu bangunnya di hari libur.

Salat subuhnya saja, ia baru laksanakan pukul setengah tujuh pagi!

Langkah Jasmine berayun cepat. Ia hampir saja terjatuh jika tidak berhasil mempertahankan keseimbangannya saat mendarat di undakan anak tangga paling bawah. Di meja makan sudah ada mama, papa, dan Jenna dan Jella--saudara perempuannya.

"Selamat pagi Ma, Pa, Kak Jella, Kak Jenna," sapa Jasmine dengan wajah ceria. Tak lama ia duduk tepat di sebelah Jella.

Nuri--mama Jasmine lalu menyodorkan sepiring nasi putih dengan lauk telur ceplok dan kecap. Dengan wajah antusias Jasmine menerima sarapannya kali ini. Jasmine juga sempat memperhatikan menu sarapan Jenna dan Jella.

Nasi goreng dengan telur dadar, sosis, dan nugget.

"Kenapa, Jasmine?", tanya Nino--papa Jasmine.

Jasmine menggeleng dengan senyum cerah. "Nggak papa kok, Pa. Hari ini Jasmine senang bisa sarapan bareng kalian sebelum masuk tahun ajaran baru. Apalagi Jasmine sampai disiapin menu sarapan telur ceplok dikecapin. Pasti enak."

Kegiatan sarapan itu pun dimulai. Jasmine terlihat bersemangat dengan sarapan pagi ini. Menu nasi putih dan telur ceplok mungkin terlihat sederhana, tapi bagi Jasmine ini menu istimewa sebab Nuri yang membuatkannya.

Jasmine sesekali melirik menu sarapan anggota keluarganya yang lain, dan ia tersenyum. Keluarganya harus tetap sehat, agar Jasmine lega. Jasmine tidak mau kehilangan mereka.

Setelah sarapannya habis, Jasmine mendekat pada Nuri dan Nino untuk berpamitan ke sekolah. "Ma, Pa, Jasmine pamit berangkat sekolah. Assalamualaikum," ujar Jasmine sembari mencium punggung tangan Nuri dan Nino secara bergantian.

***

Kegiatan PLS yang diselenggarakan dalam menyambut sekaligus memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah telah selesai dilaksanakan.

Hari ini adalah penentuan jurusan siswa.

Jasmine sebenarnya tidak peduli berada di jurusan mana. Toh, Nuri dan Nino juga tidak menuntut banyak hal soal belajar padanya. Mereka hanya berpesan pada Jasmine, agar tidak bolos dan membuat onar selama berada di lingkungan sekolah.

Dengan langkah riang Jasmine melangkah masuk ke dalam kelasnya. Ia langsung menghampiri Juli yang menjadi teman akrabnya sejak duduk di kelas X.

"Jasmine, untung Lo udah datang," kata Juli saat Jasmine yang masih memakai tas ransel hitamnya mengambil posisi duduk di hadapannya.

"Kenapa?", tanya Jasmine.

"Gue takut, Jas. Kalau gue di jurusan IPS atau bahasa gimana?"

Jasmine mengerutkan kening. "Lah kenapa? Jurusan IPS sama bahasa emang seburuk itu dipikiran Lo?"

Juli meringis. "Lo nggak bakal ngerti, sih." Wajah Juli terlihat lesu. "Gue punya tiga kakak cowok, dan mereka alumni IPA. Tiga-tiganya juga masuk kedokteran. Dan Lo pikir, ekspetasi orang tua gue gimana soal fakta betapa hebat dan pintarnya kakak-kakak gue?"

Kedua mata Jasmine mengerjap. "Ya tentu ekspetasi orang tua Lo bakalan lebih tinggi, sih. Tapi menurut gue kenapa Lo nggak tanya langsung aja sama orang tua Lo tentang ini? Kenapa kalian nggak coba diskusi?"

Juli meringis. "Diskusi apaan sih? Diskusi sama orang tua gue, gitu?"

Jasmine mengangguk mantap. "Iya. Kalau Lo nggak ngungkapin keluh kesah Lo ini, apa iya Lo mau jadi budak ekspetasi seumur hidup? Kayak beban banget harus ngikutin kakak-kakak Lo yang nyemplung ke dunia kedokteran."

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang