Nayaka kembali ke UKS di jam istirahat ini. Ia harus memastikan soal kondisi Jasmine. Pikirannya terus memutar kejadian saat Jasmine histeris sebab Julia sudah meninggal dunia. Nayaka juga panik saat Jasmine menangis dengan napas yang sudah berhembus tidak teratur.
Di dalam UKS, terlihat Kak Indah masih menemani Jasmine sambil sesekali menengok siswa lain yang butuh bantuan darinya. Nayaka menelan saliva susah payah mendapati Jasmine dalam posisi berbaring, dengan sudut mata masih mengeluarkan air. Gadis itu masih menangis dengan isakan pelan. Kedua matanya menatap sayu langit-langit UKS.
"Jasmine," panggil Nayaka dengan suara pelan. "Mau sesuatu?"
Jasmine tak kunjung memberi tanggapan. Tubuh Jasmine terlihat kaku berbaring di atas tempat tidur UKS. Gadis itu hanya sesekali mengedipkan mata dengan air mata berjatuhan.
Nayaka tidak menyerah. Ia mengambil salah satu kursi dan duduk di sebelah tempat berbaring Jasmine. "Semuanya berat buat lo, itu udah pasti." Nayaka membasahi bibir bawahnya. "Gue akan sangat membebani lo dengan kata 'sabar' atau 'tenang' di kondisi lo yang sekarang. Lo berhak keluarin semua emosi terpendam sampai tuntas, saat lo belum siap ketemu Julia buat terakhir kali."
Untuk sesaat Nayaka tidak sepenuhnya yakin mengatakan hal seperti itu pada sosok gadis yang tengah sibuk bergelut dengan kesedihannya itu. Ia paham jika Jasmine sedikit butuh waktu untuk memahami, jika batas pertemuannya pada Julia berhenti disaat sahabatnya itu memutuskan untuk pergi dari dunia ini. Julia mengambil keputusan itu dan hal itu sudah tercatat dalam takdir Jasmine sendiri. Takdir jika Jasmine memang harus dipisahkan dengan Julia dengan cara menyakitkan seperti ini.
Di sisi lain, Jasmine menangis dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Rasanya seperti mimpi buruk yang membuat Jasmine sesak. Ia ingin segera bangun dari mimpi mencekam ini. Tapi dibandingkan mimpi, kenyataan ini memukul Jasmine dengan telak.
"Nangis aja. Emosi lo jangan ditahan. Lo berhak bersedih sekarang. Lo berhak," kata Nayaka dengan suara lembutnya. "Tuntaskan apapun yang menurut lo menyesakkan. Karena gue yakin untuk terakhir kalinya, lo pengen ngeliat Julia, kan? Lo nggak bakal ninggalin Julia sekalipun dia sudah tutup mata?"
Tubuh Jasmine gemetar dengan tangis membanjiri wajahnya. Tidak histeris seperti tadi, tapi suara tangisan gadis itu cukup menyayat hati Nayaka. Nayaka bangkit dari duduknya dan mengusap-usap kepala Jasmine. "Insha Allah, semoga lo kuat. Nggak papa nangis sekarang. Nggak papa."
Jasmine dengan mata yang terasa berat menatap Nayaka. Sejak tadi Nayaka sama sekali tidak beranjak darinya. Nayaka menungguinya dengan sabar kala Jasmine memang dalam keadaan teramat kacau untuk sekadar berbicara. Bahkan Nayaka masih mengusap lembut kepalanya, dan mengangguk dengan tatapan teduh pada Jasmine.
Interaksi kedua orang itu berhasil membuat seseorang yang ikut menunggu di luar UKS merasa aneh. Perasaan mengganjal yang sama sekali tidak bisa ia lukiskan. Perasaan tidak rela jika Nayaka semakin dekat dengan sosok Jasmine.
***
"Nayaka, " kata Jasmine dengan suara pelan. "Lo yakin gue kuat buat ngeliat Juli?" Perkataan Jasmine semakin memelan di ujung kalimat, yang dibalas Nayaka dengan anggukan pelan.
"Kalau gue bisa jelaskan, pasti lo bakal sesedih itu ngeliat Julia udah nggak bernyawa. Julia yang akhirnya sudah beda alam sama kita. Tapi, lo akan lebih menyesal karena nggak ngeliat dia buat terakhir kali. Lo akan lebih sedih karena nggak bisa ngelawan perasaan lo sendiri." Nayaka mengatakannya dengan penuh kehati-hatian.
Saat ini Nayaka mengantarkan Jasmine pulang ke rumahnya. Kanaka sendiri kembali bersama Bisma dan Ukail, yang diantar oleh sepupu Bisma yang kebetulan mengendarai mobil ke sekolah. Rencananya, mereka akan melayat ke rumah Julia keesokan harinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Dla nastolatków"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...