8

50 11 0
                                    

Irish menggigit bibirnya saat ia baru saja bangkit dari duduknya. Ia merasa gugup. Tanpa ia sadari tali sepatunya terlepas. Hingga kejadian tidak diinginkan terjadi. Irish tanpa sengaja terjatuh dengan posisi lututnya terbentur.

"Allahu Akbar!!!!"

Jasmine yang kebetulan lewat buru-buru berlari dan membantu Irish berdiri. Jasmine sedikit merendahkan tubuhnya dan membersihkan lutut Irish. "Ya Allah Lo nggak papa? Jangan sampai deh Lo gegar otak!!!"

Kanaka yang berada di sana mengerutkan kening. "Gegar otak? Kan yang nyaris luka dengkulnya."

"Huh?" Jasmine bergumam. "Oh iya, yah? Gegar dengkul, jangan sampai Lo gegar dengkul."

"Emang ada gegar dengkul?", sahut Adisti menggaruk pipinya yang terasa gatal.

"Ngawur," balas Ryuga.

Irish tersenyum kepada Jasmine. "Gue nggak papa kok, Jas. Makasih yah udah ditolongin."

"Tapi beneran nggak sakit, kan? Nggak nyut-nyutan?", tanya Jasmine lagi.

"Nggak, kok. Gue kurang hati-hati. Gue nggak sadar tali sepatu gue longgar. Makanya keinjak. Yaudah, gue mau ke toilet dulu."

Irish berlalu dari hadapan mereka. Jasmine terus memandangi Irish yang berjalan menjauh. Tak lama ia memandang Kanaka, Nayaka, Ryuga, dan Adisti. "Yang cowok-cowoknya nggak peka, nih. Tadi nggak langsung tolongin."

"Dih," respon Ryuga. "Yang tahu dia bakal nginjak tali sepatunya siapa? Kami ini nggak punya bakat paranormal."

"Lagian, Lo lebih gercep pas nolongin dia." Kanaka ikut menimpali.

"Kalian yang kurang sat-set," omel Jasmine. "Kasian banget si Irish."

"Yaudah, lain kali kami bakalan lebih sat-set." Nayaka menahan tawa. "Tumben Lo ngomel. Nggak nyangka gue."

Kedua alis Jasmine terangkat naik. Matanya mengerjap lambat. Aih, Jasmine meringis sebab tahu ia sudah bersikap sedikit berlebihan. "Ah, i-itu gu-gue cuma reflek... Tapi gue nggak ada niatan mau ngomelin kalian, kok! Suer deh!" Kedua jari Jasmine terangkat naik membentuk simbol damai guna meyakinkan keempat orang di hadapannya.

"Santai. Ya kali kayak gini diambil hati," kekeh Nayaka.

"Gue minta maaf karena rada lebay. Gue cuma nggak mau ngeremehin luka kecil. Biasanya dari luka kecil banyak orang yang harus diamputasi entah tangan atau kakinya." Jasmine membasahi bibir bawahnya. "Makanya tadi gue gitu."

"Kekhawatiran Lo bisa lumayan dimaklumi," jawab Ryuga.

Tak lama setelahnya, Ryuga mengajak Adisti, Kanaka, dan Nayaka untuk berlalu. Nayaka sempat pamit pada Jasmine sebelum ia ikut berlalu, menyisakan Jasmine dengan degup jantung menggila. Memastikan jika mereka sudah tidak lagi di sana, Jasmine berbalik badan dan meletakkan telapak tangannya di dada. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan. "Ini ... ini efek naksir nih pasti. Gawat dah gawat ..."

***

Nayaka membereskan buku pelajarannya. Mata pelajaran sejarah di jam terakhir telah usai. Teman-temannya yang lain tampak sangat senang sebab sudah waktunya pulang sekolah.

Saat sibuk-sibuknya dengan peralatan sekolahnya, Nayaka tidak sengaja melihat Julia yang tidak beranjak sedikitpun dari posisinya. Gadis itu hanya bertopang dagu dan memandang ke arah jendela. Semua orang antusias untuk pulang sekolah, hanya Julia saja yang tidak menunjukkan reaksi serupa.

Nayaka mengangkat kedua bahunya dengan gestur cuek. Lagipula bukan tanahnya untuk tahu. Di kelas XI.IPS-2 bukan hal baru lagi jika seorang Julia Maheswari menjadi salah satu siswi yang jarang diajak mengobrol. Gadis itu hanya berbicara seperlunya seputar pelajaran. Selebihnya ia hanya akan diam dan keluar kelas entah ke suatu tempat. Teman sekelas lain juga enggan bertanya.

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang