"Oh iya Pak Nino, terima kasih informasinya yah, Pak. Saya beserta istri akan datang ke sana. Iya, Pak."
Sambungan telepon itu telah berakhir, bersamaan dengan kelegaan meliputi hati Nayaka. "Terima kasih, Pak Rizal."
Rizal menoleh pada Nayaka dan mengerutkan kening. "Kenapa kamu minta saya buat nanya alamat rumah sakit tempat anaknya Pak Nino dirawat? Ada apa?"
Nayaka memandang Bella dan Rizal bergantian. "Saya ngerasa ada yang nggak beres, Pak, Tante. Terlalu banyak yang janggal. Jasmine beberapa hari ini sudah tidak masuk sekolah."
"Apa?", gumam Rizal dan Bella bersamaan.
"Jasmine sama sekali tidak ada kabarnya. Saya bahkan sempat ke rumahnya, dan kemungkinan yang saya temui itu salah satu saudaranya. Tapi dia bilang dia nggak tahu soal Jasmine. Apa ini masuk akal? Jasmine kan keluarga dia, saudaranya dia." Nayaka mengusap wajahnya pelan. "Perasaan saya tidak enak, Pak, Tante. Saya harap Jasmine baik-baik aja. Tapi saya sendiri nggak bisa menyangkal kalau saya gelisah. Selagi Jasmine belum saya lihat sendiri, kekhawatiran saya makin menjadi-jadi."
"Kamu tenang saja, soal Jasmine akan segera kamu ketahui. Saya pastikan itu," kata Rizal sebelum berlalu dari hadapan Nayaka dan Bella.
***
"Jasmine beneran menghilang, atau sengaja 'dihilangkan'?"
Nayaka melotot ketika mendengar Ryuga mengatakan itu padanya. Nayaka kebetulan ke rumah Ryuga bersama kedua orang tuanya dan Kanaka juga. Keduanya duduk di tepi kolam renang dengan pikiran yang tertuju pada satu orang, yakni Jasmine.
"Kenapa Jasmine 'dihilangkan'?", gumam Nayaka menatap Ryuga dengan sorot meminta jawaban.
Ryuga mengendikkan bahu. "Dari semua hal yang sudah lo ceritakan, ada beberapa hal yang gue rasa janggal. Tetangga rumahnya bilang, keluarga Jasmine bolak-balik rumah sakit soalnya salah satu saudara Jasmine sakit, kan? Tetangganya juga sempat kasih tahu ke lo, kalau dia nggak ngeliat Jasmine muncul waktu itu. Belum lagi soal lo yang ke rumahnya, dan ketemu sama perempuan yang bisa jadi saudaranya Jasmine yang kebetulan balik ke rumah waktu itu. Dia yang nggak ngasih info soal Jasmine dan cenderung nggak mau memberitahu, kan? Yang terakhir, soal pertanyaan lo ke Tante Bella soal keluarga Pak Nino Iskandar. Rupa-rupanya nama Jasmine sama sekali nggak pernah kesebut sebagai salah satu dari tiga anak perempuan Pak Nino Iskandar."
Nayaka baru menyadari detail-detail itu kala Ryuga berhasil membedah dan menjelaskan letak kejanggalan atas 'hilangnya' Jasmine. Jantungnya berdebar tidak karuan sekarang. Perasaan gelisahnya semakin menjadi. Asumsi-asumsi dalam kepalanya semakin memperkuat alasan jika apa yang Ryuga katakan benar.
Jasmine memang sengaja 'dihilangkan'.
"Gimana? Lo paham kan sama maksud gue?"
Perkataan Ryuga berhasil menarik kembali atensi Nayaka untuk menatap ke arahnya. "Iya. Gue paham. Awalnya gue ragu kenapa Jasmine terkesan dibuat hilang, tapi dari apa yang gue alami dan pendapat lo soal itu, gue makin yakin ada yang nggak beres. Ada yang berusaha disembunyikan."
Buru-buru Nayaka merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Tangannya bergerak menekan-nekan layar ponselnya, lalu menggulir layar ponselnya mencari kontak seseorang. Tak lama, ia menempelkan layar ponselnya di telinga. "Halo, Tante? Ke rumah sakitnya kapan, yah? Saya boleh ikut?"
***
"Kamu yakin ngelakuin ini?"
Rizal menoleh pada sosok Nayaka yang malam ini turut serta dengannya dan Bella menuju ke rumah sakit tempat saudara Jasmine dirawat. Nayaka yang malam ini sengaja mengenakan pakaian serba hitam mengangguk pelan. "Yakin, Pak. Saya harus tahu informasi soal keberadaan Jasmine sekarang. Saya nggak bisa mengulur waktu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Teen Fiction"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...