Jasmine berusaha menceritakan awal mula mengapa kedua orang tua Juli tidak menyukainya. Nayaka mendengarkan dengan sangat fokus. Ia bisa merasakan jika Jasmine setidak-mau itu dipisahkan dari Juli.
"Mereka pikir gue bawa pengaruh buruk buat Juli. Gue bahkan nggak dikasih waktu lebih buat sekadar ngejelasin, kalau gue nggak mungkin kayak gitu ke Juli. Gue nggak mau kasih efek nggak baik ke Juli." Kepala Jasmine menunduk dalam setelah mengatakan itu.
Nayaka mengangguk pelan, ia sudah paham garis besar masalahnya. "Gue boleh bilang sesuatu?"
"Huh?" Kepala Jasmine terangkat kembali, memandang Nayaka yang duduk di sebelahnya.
"Lo salah satu cewek pemberani yang gue kenal selain Mama." Nayaka tersenyum kecil kala mengatakan itu pada Jasmine. "Lo nggak sepenuhnya salah. Lo cuma mau bantu Juli perjuangin sedikit hak dia, setidaknya biar Juli nggak dikekang sama orang tuanya. Tapi, tidak semua orang ngerti kan sama niat baik yang lo mau lakuin?"
Jasmine tidak sangka jika Nayaka akan berpikir dengan sudut pandang seperti itu. Ia pikir Nayaka akan terkejut dengan tindakan Jasmine yang terkesan tidak sopan dan pembangkang. "Gue berterima kasih, karena lo nganggap gue begitu. Tapi sikap gue yang seperti itu, yang bikin Juli makin kesusahan sekarang. Imbasnya sampai dia harus pindah sekolah kayak gini."
"Lo setuju kan sama setiap tindakan yang kita lakukan selalu ada resiko yang mengikutinya? Nggak peduli besar atau kecilnya perbuatan kita?" Nayaka mempertanyakan hal itu dengan menatap tepat kedua mata Jasmine.
Sementara gadis berambut sebahu yang ditatap itu mengangguk seperti orang yang terkena hipnotis. Tidak ada argumen yang bisa Jasmine katakan untuk membantah kalimat itu. Tidak ada bantahan.
"Ketika Juli setuju ngebawa lo sama dia buat ngadap langsung ke orang tuanya, kalian pasti mikir resikonya, kan? Mungkin kalian bakal kena marah, atau resiko yang lebih besar dari sekadar kena marah dari orang tuanya si Juli." Nayaka menghembuskan napas perlahan lalu kembali melanjutkan perkataan yang memang ia ingin katakan pada Jasmine. "Tapi kalian tetap ngelakuin itu, kan? Dengan keberanian yang kalian punya, kalian tetap ngadap ke orang tua Juli. Sebisa mungkin kalian berusaha ngeyakinin, tapi seperti yang gue bilang, niat baik kadang tidak bersambut baik. Akhir dari usaha sendiri itu juga udah lo jelasin. Lo nggak lagi diterima dan berakhir diusir demi bantu teman lo."
"Tapi gagal, Yaka." Jasmine kembali menunduk. Entah mengapa kedua matanya terasa panas.
"Kembali lagi, resiko. Harus lo terima karena keputusan itu adalah awal dari segala tindakan lo sama Juli. Gue rasa baik lo ataupun Juli nggak salah. Kalian cuma lagi berusaha. Kebetulan usaha kali ini gagal. Kalau situasinya sekarang kayak gini, lo bisa tetap semangati Juli dan berdoa buat dia. Nggak ada yang bisa halangin lo buat terus berbuat baik sama Juli. Jauh atau dekat, semua tergantung sama niat lo. "
Jasmine tertegun mendengar penjelasan Nayaka. Baru kali ini ia mendengar Nayaka berbicara sepanjang ini. Jasmine merasa bersyukur. Bersyukur bisa mendengar sudut pandang Nayaka terhadapnya. Senang karena Nayaka tidak menghakiminya atau Juli.
"Nayaka, makasih yah." Tidak ada kalimat lain yang bisa Jasmine katakan selain itu. Ia kehabisan kata membalas Nayaka, karena apa yang Nayaka katakan memang cukup membuatnya sadar.
"Jadi sekarang gimana? Udah lebih baik? Atau masih mau di sini?"
Kekehan pelan keluar dari mulut Jasmine. "Niatnya mau langsung balik. Tapi karena lo baik banget hari ini, gue mau traktir."
Nayaka menahan senyumnya. "Yakin? Gue kalau ditraktir kadang nggak tahu diri, loh." Ia sengaja mengatakan hal itu guna membercandai Jasmine.
Kedua mata Jasmine membulat. "Beneran? Emang lo suka jajanan atau minuman apa aja?" Jasmine sudah merogoh saku seragamnya, berharap ada uang di sana. Belum lagi tas ranselnya buru-buru ia buka dan mencari lagi uang di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Teen Fiction"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...