Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, Jasmine sempat mengalami kondisi di mana gadis itu dehidrasi parah, dikarenakan kurangnya asupan cairan yang masuk ke dalam tubuhnya. Untung saja, kondisi Jasmine sudah lebih baik sekarang. Wajahnya sudah tidak pucat seperti yang Nayaka lihat terakhir kali.
Selama masih berada di rumah sakit, Nayaka sering menjenguk Jasmine. Begitupun dengan Orane dan Fagan yang mengunjungi Jasmine demi memastikan kondisi gadis itu. Bella bahkan sampai menginap demi menjaga Jasmine.
"Jasmine!"
Jasmine tersenyum kecil ketika sosok Natalie tiba dengan Nayaka, Ryuga, dan Kanaka.
Natalie langsung memeluk Jasmine. "Gue kangen banget tahu sama lo! Akhirnya bisa lihat lo lagi setelah lama nggak nongol."
"Gue juga senang banget lo datang ke sini. Makasih, yah. Makasih juga buat kalian yang sempatin waktu buat ngejenguk gue," tutur Jasmine dengan senyum merekah.
"Cepat sembuh, biar bisa balik sekolah lagi," kata Ryuga dengan wajah kalem.
"Iya. Kebetulan gue sama Kanaka udah buatin rangkuman beberapa pelajaran pas lo absen." Kanaka meletakkan buku berisi rangkuman pelajaran itu di atas nakas.
"Kalian baik banget, makasih banyak. Rangkuman itu beneran gue butuhin, dan bakal membantu banget." Jasmine menatap teman-temannya satu persatu dan ia menatap sosok Nayaka lama.
Nayaka sudah menolongnya berkali-kali. Hingga detik ini pun, Jasmine bisa hidup karena pertolongan Nayaka dan keluarga Julia. Harus dengan cara apa Jasmine membalas orang-orang baik ini?
***
"Jadi kamu mau aku gimana, Mas? Sejak Jasmine dibawa sama temannya seolah semua yang aku lakuin itu salah terus, kamu melimpahkan semua perasaan negatif itu ke aku. Aku bahkan nggak bakal sangka jika kejadiannya seperti ini!" Nuri tidak tahan lagi menerima makian Nino ketika kondisi Jenna dinyatakan semakin memburuk.
"Ya ini memang salah kamu! Anak sial itu harusnya sudah di sini, jadi pendonor buat Jenna biar dia bisa selamat!", balas Nino dengan suara meninggi.
Kedua pasangan suami istri itu menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di rumah sakit. Pertengkaran mereka menjadi tontonan dan wajah beberapa orang yang berbisik sungguh terlihat menyebalkan.
"Entah di mana Jasmine sekarang. Dia harusnya di sini, jadi pendonor Jenna! Saya nggak terima anak itu lolos begitu saja tanpa membalas budi pada saya!" Nino mengusap wajahnya frustrasi.
Nuri tidak mengatakan apa-apa. Tatapannya hanya tertuju ke arah Jenna yang sudah semakin lemah setiap harinya. Sebagai seorang ibu yang melahirkan Jenna dengan nyawanya sebagai jaminan, Nuri begitu terluka dengan fakta jika anaknya itu menderita penyakit yang harus membuatnya bertahan dengan segala hal yang sulit.
Tanpa sadar kedua tangan Nuri terkepal kuat tanpa disadarinya. Ia tertawa sumbang yang berhasil mengusik Nino. "Padahal Jenna bisa ditolong lebih awal, kamunya yang seolah sibuk mengulur waktu dan kesempatan itu."
"Jadi sekarang kamu menyalahkan saya?", tanya Nino dengan wajah mengeras.
"Iya! Ini nggak cuma salah aku, kamu juga bersalah! Kamu terlalu sibuk dengan sakit hati kamu sendiri dan luka yang kamu terima di masa lalu. Kenapa harus Jasmine?"
"Apa?"
"Kenapa harus Jasmine yang jadi donor Jenna?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
Fiksi Remaja"Hidup dengan orang tua yang bersikap adil itu, bagaimana rasanya?" Nayaka Akhilendra bingung ketika seseorang itu menanyakan hal itu padanya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah, 'apakah orang itu hidup dengan baik, atau justru ia bertemu dengan h...