42

62 7 0
                                    

"Maafkan Papa, Nak."

Jasmine menunduk dengan wajah muram ketika pria yang duduk tidak jauh darinya itu meminta maaf padanya. Ditambah lagi kemarahan Rizal sebelumnya cukup menyentak Jasmine. Satu fakta terkuak jika Rizal dan Rendy--yang merupakan ayah kandungnya sendiri adalah kakak beradik.

"Kenapa?"

Rendy menatap Jasmine lamat-lamat. Sejak Rendy meminta pada Rizal dan Bella untuk duduk dan berbicara empat mata dengan Jasmine, anak perempuannya sempat membisu. Ketika pertanyaan 'kenapa' itu keluar, Rendy bingung harus bagaimana menanggapinya.

"Kenapa Bapak meninggalkan saya?" Jasmine menggigit bibirnya ketika ia kembali melontarkan tanya. "Apa Bapak sendiri tidak pernah menginginkan saya hadir di dunia ini? Apa kehadiran saya beban buat Bapak juga?"

Rendy tertawa miris mendengar pertanyaan Jasmine. Sebenarnya ucapan Jasmine tidak sepenuhnya benar, dan juga tidak sepenuhnya salah. "Awalnya Papa pikir kehadiran kamu bisa jadi masalah buat Papa ke depan. Saat itu Papa pusing bagaimana caranya agar kehadiran kamu nggak menghambat banyak hal yang Papa usahakan. Andai saja Papa tidak egois, kamu pasti tidak akan menderita seperti sekarang."

Jasmine bahkan belum sepenuhnya memahami, apa alasan terbesar Rendy meninggalkan dan lepas tanggung jawab atas dirinya. Yang Jasmine ingat hanyalah perkataan Nino, yang mengatakan jika Jasmine adalah kesalahan yang terjadi akibat ulah Nuri dan Rendy di masa lalu. Mengingat itu, Jasmine merasa sakit hati.

"Saya pernah dengar dari Pak Nino, kalau saya adalah kesalahan yang hadir karena perbuatan Pak Rendy dan Mama. Apa benar begitu?", tanya Jasmine dengan suara bergetar menahan tangis.

Rendy sedikitpun tidak bisa mengelak. Memang benar, alasan ia meninggalkan Jasmine sebab menganggap sang putri adalah sumber masalahnya, awal mula gerbang kesalahannya dibuka. "Awalnya memang seperti itu, Nak. Tapi Papa tetaplah salah satu orang tua kamu yang sudah seharusnya bertanggung jawab penuh atas kehidupan kamu. Papa yang harusnya menjadi figur yang membimbing kamu, mendidik, dan memberi nafkah agar kebutuhan kamu senantiasa cukup. Sayang sekali Papa malah melakukan hal yang bertolak belakang dari semua hal yang seharusnya Papa lakukan sejak awal."

Jasmine sama sekali tidak ingin dicap sebagai 'kesalahan' yang timbul karena hubungan antara Nuri dan Rendy. Jasmine tidak pernah memilih ataupun meminta untuk menjadi anak perempuan dari dua orang ini. Tapi untuk semua yang telah terjadi, apa Jasmine masih berhak untuk melayangkan protes atas takdir Tuhan yang satu ini?

Tubuh Jasmine agak melemas. Kenyataannya bahwa dia adalah kesalahan tidak akan pernah bisa ia lupakan. Ia adalah korban dari bagaimana egoisnya kedua orang yang melakukan tindakan yang menyakiti hati orang di sekitar mereka.

"Saya yang mau mengeluh tentang nasib saya yang seperti ini sudah nggak punya tenaga. Saya mau marah atau sedih dalam waktu yang lama tidak serta merta mengubah keadaan yang sulit ini." Untuk pertama kalinya Jasmine menoleh dan menatap Rendy. Ia tidak akan lagi menghindar. Ia akan hadapi semua yang sudah ada di depannya. "Apa Bapak mau menebus segala waktu yang Bapak buang untuk memberikan kehidupan yang baru buat saya?"

Rendy merasakan ada letupan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit muncul dalam dadanya. Perasaan senang membuncah yang tidak bisa ia takar seberapa besar kebahagiaan yang melimpahinya hari ini. Ini artinya Jasmine memberi kesempatan baginya untuk memperbaiki hubungan mereka yang berputus belasan tahun lamanya.

"Papa akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kehidupan untuk kamu, Nak. Terima kasih sudah memberi Papa kesempatan untuk bertanggung jawab untuk kehidupan kamu ke depannya. Papa bahagia sekali."

***

"Hai, Nayaka."

Nayaka mengerutkan kening, mendapati Irish sudah ada tak jauh dirinya. Gadis itu tersenyum lebar seakan berjumpa dengan Nayaka adalah hal paling membahagiakan di dunia.

Batas RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang