2. Radi ; Poison or the Cure?

1.9K 191 10
                                    

Banyak sekali yang mengatakan bahwa, kerja itu sulit, tetapi tidak kerja jauh lebih sulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Banyak sekali yang mengatakan bahwa, kerja itu sulit, tetapi tidak kerja jauh lebih sulit. Apakah benar?

Manusia yang kerap disapa Radi bisa langsung menjawabnya berdasarkan pengalaman yang ia rasakan. Jawabannya adalah benar.

Semua teman-temannya tahu bahwa sejak awal kuliah Radi sudah mulai banting tulang untuk bekerja paruh waktu.

Karena, saat itu yang ada dipikirannya jangan sampai ia menjadi beban untuk kakaknya dan juga teman-teman satu rumahnya. Meskipun tidak jarang teman-temannya itu bilang bahwa mereka ikhlas membantu, tetap saja bagi Radi ia seperti beban.

Radi tahu betul, bahwa teman-temannya itu baik. Sangat baik.

Akan tetapi, pemuda dengan watak keras serta pride yang tinggi semacam Radi tentu tidak akan mau diperlakukan seperti dirinya tidak berdaya sama sekali.

Ucapan khas dari pemuda itu ketika teman-temannya mulai menghamburkan uang untuknya, "Gua bukannya melarat, ya. Cuma nggak sekaya kalian aja!"

Pemuda itu memilih untuk kerja keras dan tidak masalah dipandang berbeda dari teman-temannya yang kaya itu, daripada ia harus memakai atau mendapatkan sesuatu yang sesungguhnya di luar kuasanya.

Meemang awal mendapatkan kerja saat kuliah dulu terbilang sangat sulit bagi Radi, di mana ia harus pandai membagi waktu kuliah, kerja, dan organisasi. Sekarang ia sudah mendapat banyak pengalaman berharga dan membuatnya mengerti bahwa semua kerja kerasnya terbayarkan sekarang.

Bahkan saat masih menyusuh tugas akhir, Radi sudah diterima magang di salah satu perusahaan e-commerce ternama (karena menjadi salah satu syarat sidang juga). Lagi-lagi, ia harus bisa membagi dirinya menjadi 2 kala itu; pekerjaan sebagai anak magang lancar dan tugas akhir tetap dikerjakan.

Yudha kadang bingung, "Heh lu nggak capek apa? Gua aja disuruh bantu-bantu di kantor Kakak gua udah capek banget."

Radi pasti menjawab, "Ya capek lah gila. Gua juga manusia kali. Tapi mau gimana lagi? Kalau nggak kerja capeknya bisa dua kali lipat."

Mungkin kalau bisa menyerah, Radi ingin sekali menyerah. Tidak jarang dirinya memikirkan kata terlarang itu. Tetapi, sebuah nama membuat semangatnya seakan-akan kembali terisi ketika mengingat nama tersebut.

Ashifa.


Gadis yang entah sejak kapan mampu menyita perhatian serta pikiran manusia yang membangun pertahanan setinggi tembok Cina itu. Gadis yang tak gentar meskipun mendapat perlakuan dingin dari Radi. Gadis yang hingga saat ini juga selalu menemani pemuda itu di saat terpuruknya. Seakan-akan gadis itu menjadi obat penawar atas lelahnya setelah bertarung keras di dunia pekerjaan.

Mereka mulai terbilang dekat, atau lebih tepatnya perlakuan Radi yang mulai berubah pada saat keduanya mulai mengerjakan tugas skripsi.

Setiap dua kali seminggu Shifa pasti akan datang jauh-jauh dari FIB untuk ke FISIPOL demi mengantarkan cookies buatannya untuk Radi. Setiap hari sang gadis pasti akan menanyakan bagaimana hari pemuda itu, dan meminta izin apakah boleh menelepon atau tidak.

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang