15. Feelings

1K 151 5
                                    

Hari ini adalah hari yang cukup tenang bagi Andisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





























Hari ini adalah hari yang cukup tenang bagi Andisha. Tidak ada jadwal bimbingan skripsi, tidak ada juga pekerjaan yang menumpuk (untungnya) dan memang hari sabtu seharusnya ia tidak bekerja.

Gadis termuda di trah Guinandra itu sudah merencanakan untuk me time seharian, bahkan ia sudah menulis to-do-list spesial hari ini. Mulai dari mengunjungi café favorit, ke toko buku, shopping, dan terakhir makan malam.




Senyum manis merekah di wajah cantiknya setelah melihat pantulan diri yang sudah siap dengan busana kasual favoritnya.

Akan tetapi, nada dering ponsel sang gadis mendistraksi.


"Halo, Kak Harsa? Ada apa, Kak?"

"ANDISHA!"


Sosok di sebrang telepon berteriak tepat setelah Andisha menjawab panggilan, membuat gadis itu mau tidak mau menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak.

"Iya gue nggak budek, Kak, ngomongnya biasa ajaa."

"Hehe sorry. Lo sibuk nggak? Ketemuan skuy, ada yang mau gue omongin!"

Andisha mengerutkan dahinya singkat, bingung. "Mau ngomong apa emangnya, Kak?"

"Soal Rhea. Lo pasti tahu maksud gue."



Gadis Guinandra itu terdiam setelah mendengar jawaban dari Harsa. Iya benar, ia tahu apapun tentang sahabat dekatnya itu.

"Oke, Kak. Nanti ketemu di Café T ya, kebetulan jam 10 ini gue mau ke sana."

"Oke siap!"

"Anyway, Kak! Kalau gue ajak Wina juga gapapa? Sebenernya yang lebih banyak tau itu si Wina daripada gue sama Delya..."

"Gapapa, kalian 'kan emang sahabatnya Rhea. Mau ajak Delya juga sekalian boleh."

"Oke, Kak Harsa. Seeyou!"
















**















Karena akhir pekan, jadi keadaan sebuah Café yang biasanya penuh dengan para pekerja kantoran kali ini cukup lengang.

Setelah memesan, Andisha langsung duduk di meja pojok tepat di sebelah jendela. Gadis itu sengaja mengambil tempat dengan kursi 4 lantaran ia juga mengajak sahabatnya yang satu lagi bernama Wina.


Selepas meletakkan nomor pesanan, Andisha tampak merogoh tas kecilnya setelah sekilas melirik pergelangan tangan kirinya yang kosong. Gadis itu seperti tengah mencari sesuatu.


"Mampus gue! Kayaknya ketinggalan di atas meja!" gerutunya sembari memukul pelan pipinya karena bareng yang ia cari tidak kunjung ditemukan.

Iya, smart watch yang biasa ia gunakan untuk mengukur detak jantungnya. Bisa-bisanya Andisha lupa membawa benda penting itu.

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang