48. Epiphany; Deep Talk (1)

1.1K 114 0
                                    

Epiphany(n

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Epiphany
(n.) a moment of sudden revelation or insight.






















# LAST CHAPTER












Momen yang paling ditunggu-tunggu tiba. Sejak sore Rhea, Andisha, Dirga, dan Harsa disibukkan di dapur untuk menyiapkan daging. Sedangkan Karina dan Shifa membantu menyiapkan makanan lainnya. Theo membantu menyiapkan alat-alat pemanggang dan sesekali dibantu oleh Dirga.

Sisanya? Bermain dengan gembira.

Meskipun sejak tiba sama sekali tidak keluar menggunakan kendaraan, mereka begitu menikmati. Telebih, pemandangan yang disajikan begitu keluar dari villa sangat memanjakan mata. Ketika sunrise dan sunset adalah favorit mereka.

Berhubung udara cukup dingin dipenghujung tahun, semua berbalut pakaian tebal dengan kaus kaki. Bahkan Yudha belum mandi sejak pagi karena alasan dingin.


Riuh memenuhi ruang tengah karena pertandingan sengit tenis meja antara Langit dan Yudha. Radi ada di tengah-tengah menjadi wasit. Padahal penontonnya hanya Gisella dan Nirmala, tapi serasa sedang berada di pertandingan nasional.

"Berisik banget dah, pada ngapain?" tanya Rhea yang sibuk mencuci daging dan mengirisnya tipis-tipis.

Harsa menoleh singkat dan tertawa kecil. "Main tenis meja, Langit sama Yudha. Kok seru banget ikutan ah!" balas Harsa setelah menyelesaikan tugasnya yang menyiapkan bumbu.

Pemuda Nareswara itu langsung berlalu selepas mencuci tangannya dan mencuri satu kecupan singkat di pipi Rhea. Gadis itu hanya menggerutu kesal.

"Emang cowok sama aja!"

Andisha yang tidak jauh dari sana terkekeh. "Kayaknya Kak Dirga doang yang agak beda, dia kalau diajak permainan fisik gitu suka males, makanya cuma biasa jadi beban."

"Wah itu orang agak lain sih, magerannya tingkat dewa. Kak Harsa suka cerita, walaupun gitu dia kuat banget, setara Kak Langit," balas Rhea.

"Bener," jawab Andisha mengangguk. "Dia rajin nge-gym."




Tiba-tiba orang yang dibicarakan hadir setelah menyiapkan alat pemanggang.

"Bumbunya udah?" tanya Dirga.

Rhea menunjuk sebuah wadah di sampingny. "Udah nih tadi dibuat sama Kak Harsa. Coba cicip dulu aja, Kak."

Dirga langsung mencicipi dan mengangguk pelan begitu lidahnya merasa cukup puas. "Udah oke kok ini. Itu dagingnya jangan terlalu tipis, ya, jangan juga terlalu tebal."

Begitu akan berlalu, Dirga sempat menoleh pada Andisha yang sedang membersihkan dan memotong ayam. "Awas itu pisaunya tajam banget, hati-hati," ujarnya sembari mengusap singkat puncak kepala sang gadis.

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang