49. Epiphany; Deep Talk (2)

1.1K 108 8
                                    

Epiphany(n

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Epiphany
(n.) a moment of sudden revelation or insight.














# LAST CHAPTER




Selanjutnya, Harsa. Pemuda yang sejak awal ternyata begitu menunggu gilirannya. Dan di dalam otaknya sudah menyusun rapi kalimat yang akan diucapkan.

Namun, begitu ia dipersilakan untuk berbicara, helaan napas keluar singkat. "Parah banget, padahal dari mulai Radi ngomong, di otak gua udah banyak list kata-kata yang mau gua sebutkan. Pas show time-nya gua malah lupa!"

Karena pengakuan pemuda itu, yang lain tertawa kecil. Rhea yang disampingnya menepuk pelan paha sang pemuda. "Pikun!" sahut Rhea,

"Okelah, bodo amat sama urutan, gua akan ngomong sesuai ingatan aja!"

"Dari tadi pada ngomong makasih, kali ini gua nggak akan. Justru mau membanggakan diri, karena jujur aja pasti di dalam hati kalian itu bersyukur ketemu gua 'kan? Makhluk paling berbakat dan mendekati sempurna di muka bumi ini?" ujar Harsa dengan PENUH rasa percaya diri.

"Iya, iya. Gua tau banget kalian pasti sangat berterima kasih sama gua, gua pun sadar kalau gua memang sepenting itu di kehidupan orang lain," lanjutnya dengan wajah menyebalkan. Kalau yang lain tidak menunduk, mungkin saat ini Radi sudah melemparnya.

Memang bukan Harsa kalau tidak berusaha mencari pencair suasana. Di tengah suasana yang serius ini, ia bisa menyisipkan suasana ceria agar teman-teman yang lain terlalu tenggelam pada kesedihan.

"Denger apa kata Radi, Shifa, Langit, dan Karina tadi, gua jadi mikir kalau sebenernya kita itu emang ditakdirkan buat ketemu. Kenapa? Banyangin aja, nggak akan mungkin Karina dikasih cowok se-sinting Fandi kalau dia nggak punya knight kayak Langit. Karena bener, Tuhan nggak bakalan kasih kita beban yang nggak bisa kita pikul. Radi juga nggak akan mungkin melewati masa-masa beratnya di sekolah kalau nggak ada peri cintanya datang dengan tulus untuk mengobati."

"Wah gila, kata-kata gua keren juga, ya!" pujinya pada diri sendiri.

"Dan gua ..." lanjutnya kemudian menoleh pada gadis yang ada di sampingnya. "Gua akan pernah bisa negrasain punya tanggung jawab besar kalau Tuhan nggak memberi jalan gua ketemu sama satu cewek sok mandiri padahal dia lebih rapuh dari apapun."

"Semua itu udah takdir, apakah kita bisa melawan takdir? Nggak. Yang bisa kita lakuin cuma menjalaninya entah itu berat atau mudah, senang atau sedih. Karena semua rencana Semesta itu pasti yang terbaik."

"Menurut gua, dalam takdir itu ada dua jalan. Bisa aja, Langit memilih jalan lain dengan move on dan Karina yang tetap bertahan di pacar sintingnya, berarti jelas takdir mereka akan berbeda. Proses kita memilih itu pun, udah jadi takdir. Dari lahir sampai nanti kita kembali, jalan hidup kita udah di tentukan, tinggal kita aja menanggapinya gimana."

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang