Sekitar satu atau dua hari setelahnya, Ofelia baru berani untuk mengajak Langit berbicara. Pasalnya, setelah tempo hari membantu rencana Radi, Langit benar-benar tidak ada membahas apapun mengenai Karina.Jauh dari kata tidak mungkin kalau pemuda itu tidak khawatir.
"Langit," panggil sang gadis pada sosok pemuda yang tengah fokus pada kemudi.
"Ya?" respon Langit dengan pandangannya masih pada jalanan.
Tidak lama, kendaraan yang dikendarai tiba di kantor. Selepas memarkirkan mobil dengan sempurna, Langit akhirnya menoleh pada Ofelia. Setelah merespon singkat tadi, sang gadis belum ada berbicara lagi.
"Kenapa, Fel?" tanya Langit.
Gadis itu menghela napas kecil sebelum akhirnya tersenyum pada Langit. "Gue tau, lo itu baik bangettttt. Baik yang baik banget. Bahkan waktu itu masih bisa nahan emosi dan nggak bikin anak orang mati."
Langit tertawa mendengar kata terakhir pada kalimat Ofelia. "Hm, terusss?"
"Gue udah bilang 'kan? Bahkan udah sering ribuan kali kalau gue gapapa?" lanjut Ofelia.
"Gapapa maksud⸺"
"Please, jangan paksain diri lo, Langit. Ikutin kata hati lo. Gue tahu, lo pasti masih peduli sama Karina. She needs you, Langit."
Mendengar perkataan Ofelia, Langit terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng pelan. "Lo ngomong apa sih? Fel, gue mau menghargai lo. Gue lagi berusaha."
Dengan cepat Ofelia menggeleng. "Percuma juga kalau lo berusaha, tapi hati lo sendiri masih di tempat yang sama. Hati lo nggak yakin, masih ragu. Iya 'kan?"
Langit sepenuhnya bungkam, seakan-akan langsung menyetujui perkataan Ofelia barusan.
"Gue udah berkali-kali bilang, Langit. Gue gapapa. Gue sadar posisi gue nggak bakalan pernah bisa lebih dari rumah singgah buat lo," lanjut Ofelia.
"Fel ..."
Gadis itu tersenyum kembali. "Gue serius, dengan senang hati gue bakalan bantuin lo dan Karin."
"Terus lo gimana?" tanya Langit.
Ofelia terkekeh kecil. "Lo nanya gitu cuma karena nggak enakan sama gue 'kan? Udah, nggak usah pikirin hal yang nggak seharusnya lo pikirin. Pasti masih ada cowok lain yang lebih baik dari lo," canda gadis itu. Tetapi tak mampu langsung membuat Langit tenang.
"Nggak usah lihatin gue pake tatapan kasian gituu! Ih gue marah nih?! Langit, tanpa lo harus memaksakan diri, kita bisa jadi temen kok. Gue nggak kayak kebanyakan cewek yang galau brutall sampe blokir dan sebagainya. I am strong more than you know!" gadis itu menunjukkan kepalan tangannya ke udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kanvas Putih✔️
Fanfiction[ 00 LINE NCT ] Bagaikan sang pelukis yang memberi warna pada sebuah kanvas putih. Bercerita tentang keenam manusia dengan masing-masing kisahnya terhubung dengan sebuah kata yang dinamakan persahabatan, terjerat dalam lika-liku dunia yang disebut k...