4. Langit ; Two Broken Hearts

2K 175 19
                                    

Tidak jarang bagi Langit mendengar kata 'BULOL' dari teman-temannya, bahkan terlalu sering sampai dirinya sudah terbiasa dengan kata tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Tidak jarang bagi Langit mendengar kata 'BULOL' dari teman-temannya, bahkan terlalu sering sampai dirinya sudah terbiasa dengan kata tersebut. Istilahnya, sudah masuk telinga kanan keluar telinga kiri, dia pun tidak peduli lagi, toh memang itu faktanya.

Tidak perlu ditanya apakah teman-temannya berusaha 'mencarikan' sosok lain untuk Langit, kalau bisa, sudah mereka carikan sejak dulu. Masalahnya, mencari untuk diri mereka sendiri saja sulitnya bukan main mohon maaf.

"Masalahnya, mau kita cariin juga kalau dianya nggak peduli ya percuma, bray," kata Harsa.

"Bener."

"Di tempat kerja lu harusnya banyak sih cewek cakep, bro," ujar Yudha.

"Tapi kalau boleh jujur, Karina dewi banget sih. Kalau ada yang lebih cantik dari dia, berarti di atas dewi."



Langit  tidak akan peduli, katakanlah dia bulol sampai mulut kalian pun bosan mengatakannya, hatinya tidak akan pernah berubah.

Entah sejak kapan pemuda itu begitu kokoh melabuhkan hatinya pada seorang gadis yang mungkin saja sudah melupakannya. Entah apa yang menyebabkan dirinya begitu menyayangi gadis itu meski sekian tahun telah berlalu. Bila ditanya apa alasannya, akan ada banyak jawaban.

Don't ask me why I didn't leave. She made my world so small and I couldn't see the exit.












**












Selepas pertandingan kecil tempo hari antara Langit dan Fandi, pemuda itu cukup kesulitan untuk tidur.

Sepanjang malam ia hanya terus menatap foto keluarganya ketika masih lengkap ; bersama Mami dan dua adiknya. Membuat ingatan kala itu kembali terputar di dalam otaknya.






  Flashback start.

Ledakan emosi antara dua orang dewasa itu terdengar jelas di telinganya, setiap hari bahkan tiada henti. Kepala pemuda yang baru memasuki usia beranjak dewasa itu rasanya ingin pecah.

Tentu saja Langit masih jauh dari kata dewasa saat itu, bahkan kakak tertuanya saja baru menginjak perguruan tinggi. Apa yang lantas yang bisa dilakukan pemuda itu?

Tetapi, hanya dirinya, hanya dirinya yang punya keberanian lebih untuk membantah dan selalu melerai kedua orangtuanya. Baik Yozita, Cakra, maupun Jagat, tidak ada yang berani.


"Mami, Papi. Nggak bisakah kalian bersikap seperti orang dewasa untuk kami? Kalau kalian seperti ini terus, lebih baik kalian hidup terpisah aja!"

Langit yang tidak bisa menahan emosinya, tanpa sadar mengeluarkan kata-kata tersebut. Membuatnya terus menyalahkan diri, karena setelah itu kedua orangtuanya benar-benar memutuskan untuk bercerai. Dengan Mami yang membawa Cakra dan Jagat, serta Papi mempertahankan Yozita dan Langit.

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang