18. Misunderstood

930 140 24
                                    

Berpikir bahwa minggu ini akan cukup tenang, kenyataan justru menampar Andisha dengan keras ketika tiba-tiba kakak sulung dari Dirgantara menghubunginya melalui sambungan telepon dan mengatakan bahwa si bungsu dalam dua minggu terakhir tidak dapat...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























Berpikir bahwa minggu ini akan cukup tenang, kenyataan justru menampar Andisha dengan keras ketika tiba-tiba kakak sulung dari Dirgantara menghubunginya melalui sambungan telepon dan mengatakan bahwa si bungsu dalam dua minggu terakhir tidak dapat dihubungi.

Namanya ketika orang yang lebih tua meminta tolong, tidak akan mungkin Andisha menolak, meskipun dia sendiri lebih dari dua minggu tidak berhubungan dengan Dirga. Ya terakhir saat pemuda itu merusak pertemuan Andisha dengan Harsa.

Mau tidak mau, Andisha menawarkan diri tidak hanya mencoba menghubungi, tapi justru mendatangi rumah sakit tempat Dirga koas. Berhubung pemuda itu baru saja pindah ke daerah Tanggerang, jadi tidak terlalu jauh dari Jakarta.

Sesuai instrusi dari sang Mama, Andisha juga menyiapkan beberapa makanan yang bisa jadi persediaan Dirga untuk kedepannya sekaligus bekal untuk pemuda itu hari ini.

"Titip salam dari Mama buat si ganteng, ya, Dek!"



Dih ganteng apaan? Banteng kali.



Andisha hanya mengangguk malas. "Iyaa! Andisha pergi ya, Ma."

"Yakin kamu pergi sendiri? Nggak mau dianterin Andaru aja?" tanya sang mama sekali lagi memastikan.

Andisha menghela napas untuk kesekian kalinya. "Gapapaa Mamaa, aku udah gede bukan anak SD lagi. Lagian ini aku mau ketemu cowokku, masa bawa-bawa Kak Andaru sih? Yang ada dia tuh ganggu!"

"Jiakh cowokku!" terdengar suara nyaring Andaru dari lantas atas dan membuat Andisha melirik tajam.

Mama hanya tersenyum geli. "Yaudah kalau gitu, pokoknya hati-hati. Pas sampai langsung kabarin Mama, yaa. Nanti ajak juga Dirganya makan bareng!"

"Iyaa, Nyonya Guinandra dua," balas Andisha sembari berjalan dan mendapat pukulan kecil dari sang mama.














**














Sebuah mobil sedan dengan merk ternama itu memasuki pelataran rumah sakit megah yang kala itu cukup dipenuhi oleh beberapa mobil.

Sekilas melihat betapa tiada hentinya ambulans datang silih berganti, Andisha sedikit mengurungkan niatnya untuk langsung turun dari mobil.

"Apa dia lagi sibuk, ya?" gumam sang gadis pelan kemudian melirik ke layar ponsel sebelum memutuskan untuk menekan tombol dial pada nomor seseorang.



Satu kali.

Dua kali gadis itu mencoba menghubungi Dirga, namun tak kunjung ada jawaban. Lantas, ia menghela napas pelan dan melirik pada kursi di sampingnya yang terdapat satu paper bag berisi makanan sekaligus kotak bekal untuk sang pemuda.

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang