Tahukah apa yang menjadi tantangan terbesar dalam suatu hubungan? Yaitu sebuah restu.
Tidak ada yang salah dalam sebuah hubungan, sebelum akhirnya mencapai garis yang dinamakan restu. Semua seperti berjalan dengan baik, komunikasi lancar, tetapi ketika bertemu titik ini, semua akan hancur tiada sisa.
Sebenarnya hal tersebut yang menjadi ketakutan terbesar seorang Radiansyah. Bukannya setelah berhasil jadian menandakan hubungan akan semakin baik? Tentu saja tidak. Memangnya mau selamanya pacaran? Tidak mau melangkah ke arah yang lebih serius?
Meski baru menginjak usia 22 tahun, pemikiran Radi sudah melayah jauh ke sana. Bagaimana kelak dalam 5 tahun ke depan, 10 tahun ke depan, dan seterusnya.
Kalau bisa juga besok gua nikahin si Shifa. Tapi ya gimana ... jangankan restu, duit aja belum seberapa.
Radi yang tengah tenggelam pada pemikirannya, langsung dikejutkan oleh bunyi ponsel yang terletak di atas dasbor mobilnya. Pemuda itu tersadar dan langsung meraih ponsel tersebut.
"Hm iya, kenapa, yang?" jawabnya seketika setelah menerima panggilan.
"Iya tau kita udah jadian sih, tapi tiap kamu manggil gitu kok aku tetep salting ya?!?! Ada yang aneh nih?!?!"
Radi tertawa kecil. "Aneh apanya? Bagus dong, tandanya the spark is still there. Aku juga masih suka degdegan kalau tiap mau ketemu kamu, takut kalap."
"Gue kata luh aneh."
Tawa Radi semakin jelas terdengar.
"Jadi gini ... kebetulan nih. Mama ngadain acara makan malam, kayaknya ada koleganya juga. Tapi aku udah request buat ngundang pacarku dan mama setuju! Gimana, kamu mau?"
Ada sekitar beberapa detik jeda untuk Radi menjawab ajakan tersebut. "Oke, boleh banget. Siapa tahu bisa langsung minta restu buat nikah, ya."
"NGGAK GITU JUGA! JANGAN GILA DEH!"
"Minta restu tuh bukan berarti besoknya mau langsung nikah! Lagian semuanya juga butuh persiapan at least ... tiga tahun? Sebenernya aku--"
"Iya, iya! Aku udah tahu banget kamu tuh pasti udah mikirin semuanyaa! Tapi jangan paksain diri kamu, yaaa, pokoknya pelan-pelan selagi kamu nyaman!"
Radi tersenyum manis mendengar kata demi kata tersebut.
"Siap tuan putri. Oh, iya. Mau temenin beli baju nggak? Masa iya 'kan mau ketemu calon mertua baju lama semua."
"Boleeeeh! Jemput aku?"
"I'm on my way!"
**
Bersamaan dengan tibanya Radi di salah satu rumah pada komplek kediaman Argawijaya, bersamaan dengan tibanya sebuah mobil sedan mewah. Turun sepasang suami istri paruh baya dengan pakaihan mahal mereka, beserta satu orang anak laki-laki sepantarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kanvas Putih✔️
Fanfiction[ 00 LINE NCT ] Bagaikan sang pelukis yang memberi warna pada sebuah kanvas putih. Bercerita tentang keenam manusia dengan masing-masing kisahnya terhubung dengan sebuah kata yang dinamakan persahabatan, terjerat dalam lika-liku dunia yang disebut k...