33. Their Plan

948 120 17
                                    

Matahari bahkan belum menunjukkan diri, Gisella dan Andisha sudah berada di ruang inap Karina pagi-pagi buta, membawa dua paper bag berisi buah dan makanan ringan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















Matahari bahkan belum menunjukkan diri, Gisella dan Andisha sudah berada di ruang inap Karina pagi-pagi buta, membawa dua paper bag berisi buah dan makanan ringan lainnya.

Berhubung hari sabtu dan keduanya tidak ada kerja, mereka memang sudah memutuskan untuk datang lebih awal gantian dengan Yudha, Harsa, dan Rhea.

Padahal Karina sendiri sudah bilang kalau dia tidak apa-apa ditinggal sendirian.

"Iya lo yang gapapa, tapi nanti kita yang kenapa-kenapa kalau terjadi sesuatu sama lo, Rin!" ucap Harsa yang waktu itu memaksa. Pada akhirnya, Karina menurut aja.





Ah, btw jadwal jaga hari ini adalah Dirga, Andisha, dan Gisella.

Kalau kata Harsa, Dirga sendirian cukup lah, orang dia diam-diam begitu lebih kuat dari Langit.




Saat ketiganya sampai, rupanya Karina sudah bangun dan menyambut teman-temannya dengan senyuman manis.

"Dih, apa-apaan itu senyum lo?" protes Gisella yang datang lalu meletakkan salah satu paper bag dengan isi buah.

Karina merengut. "Gue 'kan menyambut kalian! Masa gue senyum salah?"

"Aneh aja, soalnya lo emang udah jarang senyum sekarang," balas Gisella.

Karina terdiam dan mengangguk kecil. Apa yang dikatakan sahabatnya itu benar, beberapa waktu terakhir ia memang sudah jarang mengeluarkan senyum tulus, apalagi tawa lepas. Hanya setelah bertemu dengan Andisha, Rhea, Nirmala, dan Shifa; dan para ekor mereka alias the genk, semuanya pelahan membaik.












Sejak awal membuka mata hingga sekarang, ponsel Gisella tak henti-hantinya berbunyi. Gadis itu berasa diterror habis-habisan.

"Mending lo angkat dulu itu telfon, baru nanti lanjutin," saran Karina yang mulai jengah dengan nada dering ponsel sahabatnya.

Gisella menghela napas. "Iya, iyaa!"

Haduh, Rin, kalau lo tau siapa yang dari tadi nelpon, gue yakin lo juga nggak bakalan angkat deh!

Gisella berjalan ke luar ruangan dan menatap kesal layar ponsel yang menunjukkan nama 'Langit'.

"Berisik deh lo! Apaan lagi?!" kesalnya begitu panggilan tersebut tersambung.

"Makanya biar gue nggak berisik, tinggal angkat apa susahnya!"

"Kenapa lagi?! Udah gue bilang Karina nggak apa-apa, dia emang betah banget mendem dalam apart!" bohong Gisella.

"Heh, lo kalau mau boong tuh yang pinteran dikit, gue tanya ke tetangganya kalau Karina emang udah beberapa hari ini nggak kelihatan. Cepet bilang Karina di mana, sebelum gue tau sendiri."

Cerita Kanvas Putih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang