Setelah beberapa hari sementara di tempat Rhea, akhirnya Karina berani memutuskan untuk kembali ke apartemennya sendiri setelah dua minggu lebih ditinggalkan begitu saja.Awalnya, Langit memaksa untuk menunggunya, karena ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Karina tidak apa-apa. Tetapi sekeras itu juga Karina menolak.
"Jangan lebay deh, Langit! Gue beneran gapapa! Males deh berasa gue selemah itu!" kesal sang gadis yang pada akhirnya membuat Langit bungkam.
"Nggak maksudnya anggap lo lemah tapi⸺"
"Ssstt! Pokoknya gue pulang sendiri. Gue punya mobil, gue bisa nyetir. Gue bisa sendiri. Paham sampai di sana 'kan?" tanya Karina yang semakin membuat Langit diam.
"Kalau mau mampir boleh banget, tapi kelar lo kerja. Okay?" lanjut gadis itu sembari menepuk pelan pipi kanan sang pemuda sebelum akhirnya gadis itu berlalu.
Memang benar. Kalau saja tidak ada Fandi yang datang ke kehidupan gadis itu, Karina adalah gadis yang mandiri.
Bisa membeli apartemen dengan uang tabungannya sendiri dan memutuskan untuk tinggal di sana saat memasuki tahun ketiga di kuliah. Sibuk sana-sini cari magang, meskipun kedua kakaknya bilang untuk diam saja karena dia akan melanjutkan bisnis di perusahaan cabang keluarga.
Fakta bahwa dirinya hanya anak adopsi dari keluarga Bhagawanta membuatnya semakin tertampar dan tidak boleh mengecewakan keluarga. Padahal Mama dan Papanya begitu menyayanginya dengan tulus, begitu juga dengan kedua kakaknya.
Sebelum kembali ke apartemen, Karina memutuskan untuk pulang sebentar.
Begitu bertemu dengan Mama dan Papa, tangis gadis itu kembali pecah. Kedua orang tuanya langsung memeluknya dengan erat.
"Karina sayang, maafin Mama ... udah nggak tahu kalau kamu menderita," isak sang Mama sambil merengkuh anak bungsunya itu.
Karina menggeleng. "Karina yang minta maaf, Ma. Karina gabisa bilang karena takut ngecewain Mama dan Papa ..."
Tuan Bhagawanta tentu saja sekuat tenaga agar tidak terisak. Melihat anak gadis kesayangannya diperlakukan seperti itu membuat hatinya begitu sakit.
"Sayang, apapun yang terjadi di masa lalu, sekarang kamu anak Mama sama Papa. Kamu anak kami, kamu adeknya Kaivan dan Malik. Siapapun nggak akan ada yang bisa merusak fakta itu," tegas sang Papa.
"Maaf karena tidak peka dengan kondisimu," kali ini Papa menarik Karina untuk memeluknya. "Yaampun, kasihannya anak gadis Papa."
Karina tidak menjawab apapun, hanya tangisnya yang semakin pecah. Untung saja Kaivan dan Malik belum pulang, kalau ada mereka juga akan jadi acara menangis masal di kediaman Bhagawanta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kanvas Putih✔️
Fanfiction[ 00 LINE NCT ] Bagaikan sang pelukis yang memberi warna pada sebuah kanvas putih. Bercerita tentang keenam manusia dengan masing-masing kisahnya terhubung dengan sebuah kata yang dinamakan persahabatan, terjerat dalam lika-liku dunia yang disebut k...