03 - BERULAH LAGI

913 49 1
                                    

Selamat membaca, Vrennn 😍💖

1 vote + komen kalian, semangatku!!!
Follow Instagram fitriyarmd_ & wp_ayaaa

Enjoy!

🌻🌻🌻

-Ilusi hati yang menipu otak-

"Gue pengen ketemu ayah, tapi gue nggak tahu wajah ayah gimana," ucap Atlas dengan suara bergetar.

Afghan meremas ujung bajunya --- menahan sesak di dadanya, entah bagaimana dia bisa merasakan penderitaan cowok di sebelahnya. "Sorry, Las. Gue belum bisa bantu."

"Kalo Tuhan kasih satu kesempatan, gue cuma mau satu rumah sama ayah sama mama, sehari aja nggak apa-apa."

"Gue juga, Las. Gue juga mau punya keluarga yang harmonis ...," timpal Afghan, cowok itu kemudian berdecak. Tangan kanannya dia gunakan untuk mendorong pelan tubuh Atlas. Atlas yang belum siap sedikit oleng.

"Sedih mulu, mending nonton gue balapan."

Atlas yang mendengar kata balapan langsung menatap Afghan dengan beribu pertanyaan. "Balapan lagi?"

"Mau lihat lo?" tanya Afghan jenaka.

"Ogah," balas Atlas sekenanya.

"Yaudah, gue di sini aja nggak jadi balapan," balas Afghan dengan bibir dimanyunkan.

Atlas hanya melirik Afghan sekilas."Terserah."

Afghan melotot tidak percaya mendengar respon cowok di sebelahnya. "Kok lo nggak larang gue sih, Las. Biasanya lo bakal marah-marah, terus larang gue buat dateng ke arena?" tanya Afghan kepo.

"Udah gede."

Afghan menaik-turunkan alisnya, cowok itu bertanya, ambigu. "Gede apanya?"

"Setres." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Atlas.

"Buset gue tanya gitu doang."

"Eh ... Las, gimana?" lanjut Afghan bertanya.

"Apa?"

"Starla kiw." Afghan terkikik geli. Dia mengedip-ngedipkan sebelah matanya --- menggoda Atlas.

"Hm ...."

"Gue tampol juga lo, ham hem ham hem doang dari tadi," geram Afghan. Pasalnya sedari tadi Atlas hanya menjawab pertanyaan Afghan sekenanya.

"Hm ...."

"Bangsat lo, Las." Afghan menarik ujung gitar yang berada di pangkuan Atlas.

"Balikin!" Atlas menatap Afghan sengit.

"Las ...."

"Apa?"

"Anjing!" Afghan mengacak rambutnya prustasi. Ngomong sama Atlas harus ekstra sabar, jiwa bar-bar nya tidak berguna jika sudah bersama cowok dingin ini.

"Kebiasaan."

"Salah siapa lo jadi cowok ngeselin."

Atlas menatap Afghan sekilas. "Lo cowok?"

"Ya iyalah, lo kira gue apaan? Bencong?" jawab Afghan, nampaknya kesabarannya benar-benar diuji.

"Nyadar?"

"Terserah capek gue ngomong sama lo," prustasi Afghan.

Atlas yang melihat wajah Afghan hanya berdeham, tidak ada niatan membalas sedikit panjang ucapan sahabatnya itu. "Hm ...."

ATLASTA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang