Hallow, i'm back🤪🤟
Satu vote + komen kalian, semangatku!!!
🌻🌻🌻
"Jangan sentuh cewek gue!" pekik Atlas kemudian berjalan mendekati meja Starla dan Gara. Starla langsung meneguk ludahnya susah payah ketika melihat kedatangan Atlas.
"Las, lo ngapain di sini?"
Atlas menatap manik mata Starla dalam. Starla dapat melihat ada semburat kecewa di mata cowok itu.
"Kenapa nggak bilang, Starla?"
"Gue cuma mau ambil uang dessert---"
"Besok nggak usah ke sini lagi!" Atlas tidak membiarkan Starla menyelesaikan kalimatnya. Dia lalu menatap Gara yang duduk di depan Starla. Cowok itu terlihat santai, namun, Atlas dapat melihat tatapan merendahkan yang Gara tujukan untuk dirinya.
Starla menggeleng kuat. Dia tidak setuju dengan permintaan Atlas kali ini. "Nggak bisa."
"Starla, aku mohon kali ini aja nurut."
"Mau makan apa gue, kalau nggak kerja di kafe Gara?" tanya Starla dengan intonasi lebih tinggi dari sebelumnya.
"Ntar kita cari tempat lain----"
"Apa hak lo ngelarang, Starla?" Gara yang sedari tadi diam angkat bicara.
"Yang minta lo ngomong siapa?" Atlas menatap sengit Gara. Starla yang melihatnya langsung kaget, gadis itu tahu kalau Atlas dari dulu memang tidak suka dengan Digo, dan kedua temannya. Tapi, Atlas tidak pernah seperti ini. Apalagi ke Gara.
"Sorry, Las. Tapi kali ini gue setuju sama Gara. Kita udah nggak ada apa-apa, lagian gue lebih kenal Gara daripada lo."
"Pulang Starla!" Atlas menarik pelan pergelangan tangan Starla, tapi langsung ditepis kasar Gara.
"Lo bisa pulang, ntar Starla gue yang anter," celetuk Gara. Atlas tersenyum miring. Saat dia baru ingin membalas ucapan Gara, tiba-tiba suara baraton sudah memenuhi kafe Gara. Atlas, dan Starla langsung menatap ke arah sumber suara pun dengan Gara.
"GARA ORANG YANG UDAH NEROR ATLAS. GARA YANG UDAH BIKIN BUNDA KAMU MENINGGAL. GARA YANG MAU HANCURIN KALIAN BERDUA," teriak Afghan yang baru saja masuk ke dalam kafe. Afghan tidak datang sendiri, ada Ariel, Excel, juga Mikha. Mereka berempat lantas berjalan mendekati meja Starla.
Ariel dan Afghan langsung berdiri di belakang Gara, sedangkan Mikha dan Excel berdiri di samping Starla. Starla yang awalnya duduk langsung berdiri, tapi tidak dengan Gara. Cowok itu masih duduk, wajahnya datar, tidak terkejut dengan pengakuan Afghan sama sekali.
Starla tidak percaya dengan kebenaran ini, apalagi saat melihat Gara masih duduk santai, seolah memang dirinya tidak bersalah. "Lo kalau emang nggak suka Gara nggak usah fitnah, sampai ngomong kayak gitu."
"Afghan nggak bohong, Starla," ungkap Atlas.
Starla tertawa kecil, dia menatap Atlas dan teman-temannya bergantian. "Lo tahu siapa orang yang paling peduli ke gue, Gara, Gara orangnya. Dia yang selalu dengerin gue cerita, dia yang selalu ada kalau gue susah. Bahkan, lo semua tahu, saat Atlas nyakiti gue, Atlas nyuruh gue pergi dari hidupnya. Gara yang nenangin gue."
"Gara juga yang udah ngasih gue kerjaan, kalau nggak karena Gara mungkin gue udah mati kelaparan. Kalau emang kalian nggak suka yaudah, tapi nggak usah kayak gini," jelas Starla menggebu-gebu. Bagaimana bisa dia percaya dengan kebenaran ini. Gara orang baik, Starla sangat yakin hal itu.
"Starla, kamu pasti nggak percaya. Awalnya kita juga nggak percaya."
"Ternyata lo semua nggak bodoh. Jadi mulai hari ini gue nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi buat hancurin lo berdua. Atlas Sagar Alvieto, saudara tiri gue. Dan lo, Starla Lavena."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLASTA | SELESAI
Teen FictionPart masih lengkap "Ilusi hati yang menipu otak." ••• Ini adalah kisah Atlas dan Starla. Atlas Sagar Alvieto. Ketua OSIS dengan sifat dinginnya yang selalu melindungi Starla Lavena, yang notabennya seorang bad girl. Starla suka memalak golongan kela...