17 - GENGSI

482 42 2
                                    

Hallow Vrennn. I'm comeback😎❤️

Gimana kabar kalian Vrennn, baik?

🌻🌻🌻

-Ilusi hati yang menipu otak-

"Bu, kasih saya waktu buat bayar uang bulanan. Masa Ibu nggak kasihan sama saya, bunda saya baru saja meninggal satu minggu yang lalu loh, Bu."

"Uang bulanan kamu sudah nunggak empat bulan, Starla. Kalau nggak segera kamu lunasi, bulan depan kamu terpaksa nggak bisa ikut ujian," kata Ibu Guru yang berumur kisaran kepala empat.

Starla mendengkus kesal. "Sistem apaan yang nggak ngebolehin muridnya ikut ujian, cuma gara-gara nunggak uang bulanan," sindir Starla membuat guru administrasi itu menatapnya tajam.

"Saya bayar setahun, Bu," celetuk seorang cowok yang baru saja datang.

Starla yang mendengarnya langsung menengok ke sumber suara. Di belakangnya Digo sudah tersenyum --- memamerkan gigi putihnya. Sedangkan guru itu hanya menatap Digo acuh.

Starla mendengkus, Netra tajamnya membidik netra milik Digo. "Mau apa lagi sih lo?"

"Mau bayarin uang bulanan lo setahun, atau mau sampe lulus? Gue sanggup," kata Digo jemawa.

"Makasih, tapi gue nggak butuh bantuan lo," jawab Starla ketus. Gadis itu kemudian mencepol rambutnya asal.

Digo tersenyum remeh. Cowok itu maju satu langkah, dengan tatapan merendahkan Starla. "Yakin lo? Bunda lo baru aja mati kemarin, ayah lo? Masih di penjara, kan? Terus mau dapet uang dari mana lo? Malak anak kelas lain? Anak kelas lain udah pada nggak takut sama lo lagi. Oh ... atau jangan-jangan lo mau jadi jalang?" ujar Digo. Di mana tepat di kalimat terakhirnya cowok itu berbisik di telinga Starla.

"Jadi jalang gue, gue bayar mahal---"

PLAK!

Belum selesai Digo berbicara, Starla sudah menampar pipi sebelah kanan cowok itu, membuat Digo meringis.

Digo tersenyum miring. Dia kemudian menjauhkan wajahnya dari menatap Starla. Cowok itu terkekeh, lalu tangan kekar dengan urat yang sangat kentara terulur membelai wajah Starla sejenak.

Ibu guru administrasi itu tidak begitu memperhatikan percakapan Starla dengan Digo. Guru itu entah sedang mengerjakan apa di komputer yang berada di depannya, jari-jari lentiknya sangat lincah mengetik keyboard dengan arah pandangan tidak lepas dari layar komputer.

Digo yang awalnya menatap Starla beralih menatap Ibu guru administrasi. "Bu, saya tinggal sebentar," izin Digo, tanpa menunggu jawaban dari guru itu, dia sudah terlebih dahulu menarik kasar pergelangan tangan Starla.

Koridor lengang, tidak ada satu langkah kaki pun yang berjalan di atasnya. Digo mendorong tubuh Starla pada tembok, menyudutkan gadis itu. Kedua tangannya sudah mengunci di kanan dan kiri tubuh Starla. Starla mencoba pergi dari sana, tapi tidak bisa. Kekuatan Digo tidak sebanding dengan dirinya.

"Bitch. Lo mau bayaran berapa? Tinggal ngomong entar gue transfer," kata Digo merendahkan.

"Brengsek, lo kira gue cewek apaan, hah?"

Bukannya menjawab, tangan Digo malah seenak jidatnya melepas rambut yang baru saja Starla cepol asal itu.

"Mulut lo lemes banget kayak nggak pernah di sekolahin."

"Balikan sama gue---"

"Nggak! Lo pikir gue masih sudi punya pacar kayak lo?" Starla menatap nyalang Digo.

ATLASTA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang